Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuraidah S.
Abstrak :
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) salah satu metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk menjarangkan jumlah anak dan alternatif kedua sctelah MOW/MOW bagi pasangan yang ingin mengakhiri kesuburannya. AKDR selain efektif juga efisien karena dapat digunakan sampai menopause. Masalah psnelitian adalah rendabnya psmakaian AKDR padabal Alat Kontrasepsi Dalarn Rabim disediakan gratis untuk keluarga miskin paling berhubungan dengan pemakaian AKDR adalah umur dan persepsi terhadap AKDR. Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di Kota Lubuklinggau perlu diberikan persepsi yang benar kepsda masyarakat berupa KIE (Komunikasi, informasi dan Edukasi} tentang AKDR {efektifitas, manfaat, cara kerja, efek samping/komplikasi dan earn penanggulangannya)Perlu sosialisasi kepada keluarga Prasejahtera dan Sejahtera l pelayanan KB gratis termasuk AKDR. Bidan harus memberikan informasi yang adekuat (lengkap, akurat dan benar) psda pasangan usia subur untuk mengambil keputusan yang tepar dalam pemililian kontrasepsi secara rasional.
Intrauterine Contraceptive Device is one of the contraception methods to control numbers of children and is the second alternative after Operation Method for Women/Operation for men for the couples who would like to restrain her fertility. Intrauterine Contraceptive Device is effective and efficient because it can be used till menopause. The problems statement of this research is the low of using Intrauterine Contraceptive Device, whereas such this contraception is free of charge for the poor. Based on multi regression shows that the strongest correlated variables with Intrauterine Contraceptive Device are the age and perception on Intrauterine Contraceptive Device. In order to improve the using Intrauterine Contraceptive Device in Lubukfinggau City it is necessary to provide the right/perception on Intrauterine Contraceptive Device to the people through communication, Information and education. rt is important to explain about the effectiveness. usefulness, the way it works, side eftbcts and the way to deal with Intrauterine Contraceptive Device. It is necessary to socialize about free family planning and Intrauterine Contraceptive Device to pre-prosperous families and prosperous families I. Midwives should give accurate and adequate information to fertile-age couples so they can make the right decision to choose contraception.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Tinexcelly Marisiuli
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan ingin melihat gambaran persepsi remaja terhadap Norma KeIuarga Kecil di Kota Depok karena setelah desentralisasi Program Kependudukan dan KB di Indonesia cenderung menjadi tidak prioritas, dikhawatirkan persepsi remaja terhadap NKK memprihatinkan. Di era desentralisasi ICIE KB sudah tidak segencar dulu lagi, sementara perilaku seksual remaja sudah memprihatinkan, remaja terdiskriminasi oleh program, mereka tidak mendapatkan Hak Reproduksi dan Hak Seksualnya, Hak atas infonnasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang sebaik¬baiknya belum terpenuhi, sementara berbagai Infeksi Saluran Reproduksi mengancam, kecenderungan kawin muda dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak turun, ditandai dengan TFR 2007 yang konstan. Tahun-tahun ini adalah masa dari bonus demografi, dimana situasi kawula muda pada saat ini memberikan kesempatan yang tidak perah terjadi sebelumnya dalam usaha untuk mempercepat perturnbuhan dan mengurangi kemiskinan. Populasi penelitian adalah remaja kelas XI SLTA Kota Depok. Pengambilan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Survey dilakukan terhadap 400 remaja kelas XI SLTA Kota Depok sejak akhir April 2008- Juni 2008 secara potong lintang dengan cara pengisian daftar tilik sebagai alat ukur. Secara umum persepsi remaja terhadap Norma Keluarga Kecil sangat memprihatinkan (23%), tidak ada perbedaan antara anak laki-Iaki dan perempuan, Faktor yang kurang dipersepsikan secara baik adalah dalam hal Rencana Jarak Kelahiran, Rencana Jenis Kelamin Anak serta Rencana Cara Menjarangkan Kelahiran. Faktor yang berhubungan positif dengan Persepsi Positif mendukung NKK pada remaja adalah Pengetahuan yang baik tentang NKK dan Status sosial ekonomi menengah ke bawah. Faktor yang paling berhubungan dengan Persepsi terhadap NKK adalah Pengetahuan tentang NKK sedangkan faktor yang paling berhubungan bermakna secara statistik dengan Persepsi terhadap Rencana Usia Menikah adalah Tingkat Pendidikan Ibu, dan faktor yang paling berhubungan bermakna secara statistik dengan Persepsi terhadap Rencana Cara Menjarangkan Kelahiran Anak adalah Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Alokon. Sumber-sumber informasi kesehatan reproduksi yang tertinggi diperoleh melalui media elektronik dan media cetak. Persepsi Remaja Kota Depok terhadap Norma Keluarga Kecil pada umumnya belum positif. Persepsi yang negatif masih bisa diintervensi dengan mernberikan informasi dan pengetahuan tentang Norma Keluarga Kecil melalui berbagai sumber informasi. Disarankan kepada Pemerintah Kota Depok untuk memberi perhatian kepada kaum remaja dengan menerbitkan Perda dan Kebijakan Pengembangan Program Kesehatan Reproduksi Remaja dengan memberi penguatan Pengetahuan tentang Norma Keluarga Kecil dan Pengetahuan tentang Alat dan Obat Kontrasepsi, baik Iangsung terhadap remaja mau pun secara tidak langsung melalui sekolah, orang tua, kelompok masyarakat serta tokoh-tOkoh masyarakat......The situation of young people today, at demography bonus, presents the world with an unprecedented opportunity to accelerate growth and reduce poverty. In era decentralization, Population and Family Planning Program in Indonesia tend to be not a priority thing. The purpose of this study was to identify adolescent's perceptions and factors contributing to the adolescent's perception of Small Size Family Norm' Perceptions. Family Planning campaign at era decentralization doesn't sounding; it's not really good like before, in other side adolescents' sexual behavior tend to high risk. The teenagers being discriminate by programs, they don't get their Sexual and Reproductive Rights. These cause Sexual Transmitted Infection warn them, unwanted pregnancy and early married, in other side, fertility appears to have stabilized at 2.6 level, there is no change between 2002-2003 and 2007 IDHS surveys. Data collection in crossectional method among 400 teenagers who are 11th grade teenagers high school students of Depok City at the end of April 2008 until mid of June 2008, using questionnaire as a measurement tool. The results are analyzed to gain factors which related to the adolescent's perception of Small Size Family Norm. This research results indicate that only 23% Adolescents with positive perception in Small Size Family Norm. These findings indicate that only 23% adolescents perceive to married at age above 20 years old, perceived to birth spacing on 3-5 years, perceived to have children maximum two, no preference sex, and use contraceptive according to birth spacing. There is no differences perceptions proportion between boys and girls, each 11.5%. The low perceptions factors are from birth spacing perceptions, sex preference perceptions and how to birth spacing perceptions. The most contribute factor on positive perceptions on Small Size Family Norm among 11111 grade teenagers in Depok, 2008 is Small Size Family Norm Knowledge variable, while the most related factor for positive perception on Married Age is Education Level of mother's adolescents, and for perception on how to spacing between two birth is Contraceptive Knowledge. Based on these finding, it was conclude that most of Depok's adolescents did not receive sufficient family planning education, specifically Small Size Family Norm information. Depok City's Government have to advocate the sectors and NGO for build such adolescents reproductive health program through establish adolescents reproductive health' laws and designed with teenagers lens, start from planning up to evaluation, especially toward knowledge about Small Size Family Norm. This Small Size Family Norm' campaign suggested not only for the adolescents but the parents, community leaders and community organizations.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Murni
Abstrak :
Pengobatan beiiatnt sentiyu merupakan pengobatan alternatif dari sejumlah pengobatan yang dikenal oleh orang Dayak Benuaq. Pengobatan ini dilandasi oleh pengetahuan orang dayak Benuaq mengenai konsep sakit - sehat, penyebab dan klasifikasi penyakit. konsep betiatnt sentiyu, proses dan pelaku yang terlibat dalam pengobatan serta faktor predisposisi sehingga pengobatan ini masih dipraktekkan. Penelitian yang mengambil lokasi di Desa Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dilakukan pada 25 Oktober - 4 November 1999. Pengumpulan data menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengamatan, pengamatan terlibat, dan wawancara mendaiam. Penyakit yang diderita oleh seseorang bagi orang Dayak Benuaq adalah akibat perilaku individu tersebut dalam menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Penciptanya, manusia dengan alam lingkungan sekitar tempat tinggalnya, atau hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ketidakharmonisan hubungan akan menyebabkan penyakit di derita oleh seseorang atau sekelompok orang. Oleh sebab itu, pelt' dilakukan pengobatan beliatnt sentiyu sebagai upaya penyembuhan penyakit tersebut Penyakit (illness) oleh orang Dayak Benuaq dibagi dalam dua klasifikasi yakni penyakit berat (rotate tahapt) dan penyakit ringan. (rotatn ele). Konsep pengobatan beliatnt sentiyu berawal dari kerasukan (sentiyu = kerasukan) mengenal sejumlah pelaku yakni : pemeliatnt (penyembuh tradisional), rotatn ("pasien"), penu'ung (pemusik), dan pengugu/pengegugu garu (orang yang membantu pemeliatnt menyiapkan segala perlengkapan upacara). Pengobatan beliatnt sentiyu erat terkait dengan sistem religi asli orang Dayak Benuaq. Tahapan dalam proses pengobatan beliatnt sentiyu diawali dengan pemeriksaan terhadap rotant oleh pemeliatnt dengan cara : (i) kakaap (meraba tubuh rotatn yang dirasakan sakit); (ii) nyegook (mengisap bagian kepala rotatn); (iii) nyentaau ("mendiagnosa" dengan menggunakan Jilin di dalam mangkuk untuk mengetahui penyakit rotatn); (iv) tafsir mimpi (menanyakan mimpi yang pernah dialami oleh rotatn atau keluarganya); (v) ngentaas (memanggil roh kelelungan para pengentaas ); (vi) melihat hati dan limpa babi. Ramuan-ramuan tumbuhan dan hewan digunakan bersamaan atau terpisah dari pengobatan beliatnt sentiyu. Pelaksanaan pengobatan beliatnt sentiyu dapat dilakukan pada pagi, slang, sore, maupun malam hari, balk di lou (rumah panjang) maupun di rumah rotatn. Lamanya waktu pengobatan tergantung pads tingkat keparahan suatu penyakit. Demikian pula, jumlah pemeliatnt yang terlibat dalam sebuah pengobatan beliatnt sentiyu. Biaya yang dikeluarkan untuk suatu penyelenggaraan pengobatan beliatnt sentiyu tergantung pada ringan atau beratnya penyakit den lamanya proses pengobatan. Beliatnt sentiyu merupakan fakta pengobatan tradisional yang masih dipraktekkan oleh orang Dayak Benuaq dengan segala segi positif mauptm negatifnya. Penelitian laboratorium terhadap sejumlah ramuan tumbuhan dan hewan yang digunakan dalam pengobatan nil perlu dilakukan, sehingga dapat diketahui manfaat atau bahayanya bagi kesehatan. Kerjasama lintas sektoral antara Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, dan Departemen Pendidikan Nasional perlu diupayakan agar pengobatan beliatnt sentiyu dapat dikembangkan sebagai aset pariwisata dengan retail melakukan pembinaan guna meningkatkan derajat kesehatan pada Orang Dayak Benuaq. ......Beliatnt Sentiyu : Alternative Medicine of the Dayak Benuaq People (A Study of the Dayak Benuaq People at Tanjung Isuy village, Jempang Subdistrict, West Kutai District, East Kalimantan 1999) One of the healing systems among the Dayak Benuaq is beliatnt sentiyu. Concepts of illness and health, the classification of disease and their causes, the actors involved in the healing process and predisposition factors are elements of this healing system. The study was carried out at Tanjung Isuy village, Jempang subdistrict, East Kalimantan from 25 OCtober to 4 November 1999. Participant observation and in-depth interviews were used as data collection method. An illness is perceived as a result of a person's behavior in maintaining a hatsnonious relationship between said person and his/her's creator, the natural environment ar his/her fellow man. An inharmonious relationship will cause one or a group of people to suffer illness. Among the Dayak Benuaq, illness is divided into `severe' illness (rotatn tahapt) and `light' illness (rotatn ele).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trini Nurwati
Abstrak :
Dosen sebagai tenaga pengajar dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dosen sebagai bagian dari proses belajar mengajar dan dosen sebagai individu. Sebagai bagian dari proses belajar mengajar dituntut untuk menjadi tenaga profesional pendidikan dengan segala kompetensi yang dipersyaratkan, termasuk didalamnya mampu mengelola proses belajar mengajar dengan balk. Sebagai seorang individu dosen tak lepas dari adanya faktor-faktor yang akan selalu berbeda antara yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi umur, jenis kelimin, latar belakang pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, akta mengajar yang pernah diikuti, pengalaman mengajar dan beban mengajarnya.

Sesuai dengan tugas dan peranannya seorang dosen harus mempunyai kompetensi mengajar sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu, handal dan profesional. Para dosen akademi keperawatan swasta juga memiliki berbagai keanekaragaman faktor-faktor yang dimilikinya dan berdasarkan hasil wawancara dan catatan hasil ujian semesteran MK 105, MK 213, MK 217, MK 320 temyata masih banyak mahasiswa yang memperoleh nilai di bawah nilai kelulusan sehingga harus ikut ujian ulang (her). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan inforrnasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi mengajar dosen akademi keperawatan swasta di kota Bandung.

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional . Lokasi penelitian adalah di Bandung, di Akper Borromeus, Akper Bhakti Kencana, Akper Bidara mukti dan Akper Achmad Yani. Pola penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel karena semua dosen yang mengajar 4 mata kuliah keahlian sebanyak 75 orang dijadikan responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada dosen yang mengajar MK 105, MK 213, MK 217, dan MK 320 clan kepada mahasiswa tahun ke I, II, III yang terpilih untuk melakukan penilaian kompetensi mengajar dosen . Analisis data terdki dari analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil penelitian menunjukkan 62,7% dosen memiliki kompetensi mengajar cukup baik. Dari basil analisis bivariat diketahui latar belakang pendidikan dengan nilai p value = 0,020, beban mengajar dengan nilai p value = 0,030 dan umur dengan nilai p value = 0,020 mempunyai hubungan bermakna dengan kornpetensi mengajar. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan hanya latar belakang pendidikan yang berhubungan bermakna dengan kompetensi mengajar dengan nilai OR 4,88 setelah dikontrol oleh variabel akta mengajar, beban mengajar, dan umur.

Disarankan kepada Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan agar membuat suatu kebijakan bagi tenaga pengajar yang akan mengikuti pendidikan lanjut harus relevan dengan bidang keahliannya. Bagi Kanwil Depkes Propinsi agar melakukan pembinaan intensif kepada, institusi swasta. Bagi pimpinan Akademi Keperawatan agar disusun suatu program untuk meningkatkan kompetensi mengajar dengan menambah penguasaan pengetahuan/bahan pengajaran melalui pendidikan lanjut, pelatihan bidang studi dan pendidikan akta mengajar. Bagi dosen akademi keperawatan agar berusaha meningkatkan kompetensi mengajarnya melalui pendidikan lanjut, pendidikan akta mengajar atau latihan mengajar sendiri. Bagi peneliti lain agar diadakan penelitian sejenis dengan cakupan populasi yang lebih leas dan variabel penelitian yang lebih banyak.
Daftar Pustaka : 40 (1974 -1999)
Factors Related to Lecturer's Teaching Competence in Teaching Expertise Subject at Private Nurse Academy, Bandung, 2000Lecture as a teaching instructor can be seen from two dimensions, i.e. lecturer as a part of teaching-learning interaction and as an individual. As a part of teaching-learning interaction, lecturer is demanded to be a professional educator with all competence required, including teaching-learning management. As an individual, lecturer depends on some factors which differ from one another such as age, gender, education background, training, teaching certificate (AKTA), teaching experience and his/her teaching load.

A lecturer has to have teaching competence in order to bear high quality, reliable and professional graduates. Lecturers at private nurse academy also have various factors and based on interview and semester-test result of MK 105, MK 213, MK 217, MK 320 turned out that many students had. scores below passing grades. Therefore they have to makeup exam. Moreover this research has objective to obtain information about some factors related to lecturer's teaching competence at private nurse academy in Bandung.

The research were carried out in Bandung at Akper Borromeus, Akper Bhakti Kencana, Akper Bidara Mukti, and Akper Achmad Yani by using cross sectional design. This research didn't take sample for there are 75 respondents who teach four expertise subjects. Primary data is carried out by givings questioners to lecturers who teach MK 105, MK 213, MK 217, and MX 320 and to students from first, second and third year who are chosen to evaluate lecturer's teaching competence.

Analysis is carried out with univariat to find out frequency distribution. Bivariat analysis with simple logistics regression to find out the relation between independent variable and dependent variable; and confounding variable and dependent variable. Multivariat analysis with logistic regression to find out at the sometime some independent variables and confounding variables which is estimated influence dependent variable.

The result showed 62,7% lecturers have good teaching competence. The result of bivariat analysis was found out education background with score p value = 0.020; teaching load with score p value = 0,030 and age with score p value = 0.020 had correlation with teaching competence. The result of multivariat analysis with logistic regression was found out education background had correlation with teaching competense with score Odds Ratio or OR 4.88 after controlled by teaching certificate variable (AKTA), teaching load and age.

Based on the result of this research, we suggest the Center for Education for Health Personnel (Pusdiknakes) make a policy for teaching staffs who are going to take further education should be relevant to their competencies. Provincial Health Department (Kanwil Depkes) should give intensive assistance to private institutions especially for quantity and qualification of permanent and part-time teaching staffs. Nurse academy director should design programs to increase teaching competence by adding the mastery of knowledge/teaching material through further education, subject material training. Lecturer at nurse academy should try to upgrade his/her teaching competence through further education or self-practice teaching. Other researchers should carry out similar research in the future with larger respondents and variables.
References : 40 (1974 -1999)
2000
T5142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrum
Abstrak :
Persepsi merupakan proses psikologis dalam menginterpretasikan sesuatu. Dalam proses persepsi terjadi proses pemililihan dan penilaian, sehingga informasi yang diinterpretasikan dapat dihayati dengan tepat. Persepsi terhadap kemampuan tindakan keperawatan terpilih adalah merupakan penilaian individu (mahasiswa) terhadap kemampuannya untuk melakukan tindakan keperawatan terpilih yang sudah dipelajari dan dipraktekkan. Persepsi seseorang terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal yang bersifat afektif seperti kepribadian (konsep diri, disiplin diri), minat, dan pengalaman masa lalu. Dengan mengetahui hubungan faktor afektif dengan persepsi akan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk pelaksanaan proses belajar mengajar di Akademi Keperawatan dimasa mendatang. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi dan menganalisis hubungan antara faktor afektif dengan persepsi mahasiswa terhadap kemampuannya melakukankan tindakan keperawatan terpilih. Disain penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan YPTK Solok tahun ajaran 1999/2000. Sampel diambil secara total sampling sebanyak 165 orang yang terdiri dari mahasiswa tingkat I 58 orang, tingkat II 59 orang dan tingkat III 48 orang. Hasil penelitian menggambarkan 58.8 % dari responden sebagai mahasiswa Akademi Keperawatan YPTK Solok mempersepsikan/menilai diri mereka mampu melakukan tindakan keperawatan terpilih. Dengan analisis bivariat, sebanyak 3 (tiga) variabel independen semuanya menunjukan adanya hubungan yang signifikan dengan variabel dependen. Pertama, responden yang berminat terhadap keperawatan menilai dirinya 14,118 kali lebih mampu melakukan tindakan keperawatan terpilih dibandingkan dengan responden yang kurang berminat. Kedua, responden dengan konsep diri positif menilai dirinya 5,628 kali lebih mampu melakukan tindakan keperawatan terpilih dibandingkan dengan responden dengan konsep diri negatif. Ketiga, responden yang berdisiplin menilai dirinya 4,595 kali lebih mampu melakukan tindakan keperawatan terpilih dibandingkan dengan responden yang kurang berdisiplin. Hasil uji multi variat dengan logistic regression terhadap 3 (tiga) variabel independen menunjukan semua variabel signifikan. BiIa melihat pada nilai p, yang paling sifnifikan secara berturut-turut adalah variabel minat terhadap keperawatan, variabel konsep diri, dan variabel disiplin diri. Model ini dapat diterima karena dapat menjelaskan 81,82 %. Rekomendasi dalam penelitian ini ialah perlunya memperhatikan faktor afektif mahasiswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Dalam proses pembelajaran sangat penting peranan pengajar menumbuhkembangkan minat dan konsep diri mahasiswa serta menanamkan disiplin dengan segala hentuk peran yang diperankan pengajar dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya ketiga faktor ini memberikan konstribusi terhadap kemampuan mahasiswa melakukan tindakan keperawatan terpilih. Relationship the Affective Factor and Perception Towards Critical Nursing Interventions of Nursing Academic Students of YPTK in Solok, Academic Year 1999/2000Perception is psychological process in interpreting something. In processing perception occurs process of choosing and evaluating, therefore interpreted information can be comprehended fully. Perception towards critical nursing intervention ability is students' judgments towards their ability to carry out critical nursing interventions that have been learn and practiced. Individual perception is so much influenced by affective personal characteristics e.g. personality - self-concept - self discipline, and interest. In studying relationship between affective factor and students' perception should give benefit input in teaching and learning process at the Nursing Academic. This research aimed to get information and analyze the relationship between affective factor and student' perception towards their ability to carry out the critical nursing interventions. The research design is cross-sectional study. The research population is nursing academic students of YPTK in Solok, academic year 199912000. Sample were taken total sampling, add up to 165 people that consist of 58 the first year students, 59 the second year students, and 48 the third year students. The results of this research described 58.8 percents of respondents as nursing academic students of YPTK in Solok percept their self that they are able to carry out the critical nursing interventions. In analyzing bivariat, of three independent variables, all of them showed their significant relationship. first, the respondents who interested to nursing would percept their self are 14.118 times able to carry out the critical nursing interventions than they lack of interest. Second, the respondents who have positive self-concept would percept their self are 5.628 times able to carry out the critical nursing interventions than they have negative self-concept, Third, the respondents who have positive self-concept would percept their self are 5.628 times able to carry out the critical nursing interventions than they are lack of discipline. The results of multivariate analyze using logistics regressions for all independent variables showed significantly. Based on p value, the very significant in successions; are variable of interest to nursing, variable of self-concept, and variable of self-discipline. This model can be used because it should describe 81.82 percents. Recommendations on this study are important to see about the affective students' factor to reach the result of teaching and learning optimally. The lecturer role in teaching and learning process is very important to develop or stimulate the students' interest and self-concept, and stimulate growth their discipline. So that, these factors may be contribute their abikities to carry out the critical nursing interventions.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Tritunggariani
Abstrak :
Ketidaksesuaian penggunaan obat merupakan masalah yang sering dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan primer (Puskesmas). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita ISPA bukan pneumonia mendapatkan antibiotika yang seharusnya tidak perlu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai penggunaan obat pada pengobatan ISPA bukan pneumonia di puskesmas perawatan di Kota Bekasi tahun 2001 dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidaksesuaian pengobatan ISPA bukan pneumonia di puskesmas perawatan Kota Bekasi tahun 2001 dengan buku pedoman pengobatan. Penelitian ini dikerjakan dengan cara potong lintang di lima puskesmas perawatan, yaitu Puskesmas Pondok Gede, Pejuang, Karang Kitri, Bojong Rawa Lumbu, dan Bantar Gebang I. Variabel independen terbagi menjadi tiga kelompok faktor yaitu predisposing (pendidikan, pelatihan, pengetahuan, sikap, lamanya melaksanakan tugas), enabling (ketersediaan obat dan ketersediaan serta pemanfaatan buku pedoman), reinforcing (supervisi dan monitoring). Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi ketidaksesuaian penggunaan obat pada ISPA bukan Pneumonia dengan buku pedoman pengobatan adalah 70 % dan terdapat 25 jenis obat yang diantaranya merupakan obat "brand name". Hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara faktor predisposing (pengetahuan dengan p = 0,000 dan sikap dengan p = 0,000), reinforcing (supervise dengan p = 0,001 dan monitoring dengan p = 0,005). Dengan melihat tingginya proporsi ketidaksesuaian penggunaan obat dan banyaknya jenis obat.yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebur merupakan masalah yang harus ditangani secara proporsional. Untuk itu disarankan kepada pejabat berwenang di Dinas Kesehatan Kota agar melakukan pengaturan kembali terhadap obat-obat yang digunakan di puskesmas dan meningkatkan kesesuaian penggunaan obat dengan buku pedoman pengobatan. khususnya pada ISM bukan pneumonia. Disamping itu untuk penelitian selanjutnya agar menambah jumlah subyek yang dileliti. Daftar bacaan: 22 (1982 - 2000)
Inappropriate use of drug is the problem often meets in primary health center (Puskesmas). Some research showed that most of all patients with ARI non-pneumonia receive unnecessary drug such as antibiotic. The aim of this research was to know profile about use of drugs of treatment ARI non-pneumonia in primary health center plus of Bekasi in 2001. Beside that the purpose of research is to know the factors related to inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline in primary health center plus of Bekasi in 2001. The method of this research is cross sectional in five primary health center plus. It is Pondok Gede, Pejuang, Karang Kitri, Bojong Rawa Lumbu, and Bantar Gebang I. Independent variables were divided into three categories. It is predisposing factors (education, training, knowledge, attitude, and working time), enabling (stock of drugs and use of treatment guideline), and reinforcing (supervision and monitoring). Dependent variable was the inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline. The result of this research showed that inappropriate use of drugs of treatment ART non-pneumonia with treatment guideline proportion is 70 % and several of drug is 25 items, it is any drugs with brand name. Among independent variables tested, only 4 variables have significant relationship to the inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline. Those variables were predisposing factors (knowledge with p = 0,000; attitude with p = 0,000) and reinforcing factors (supervision with p = 0,001 and monitoring with p = 0,005). Based on the result of this research such as the inappropriate use of drugs of treatment ARI non-pneumonia with treatment guideline and various drug item, we can conclusion that it condition is a problem must do with proportional. It was suggested that the district official government to regulate use of drug in primary health center facilities (Puskesmas) and provide appropriate use of drugs with treatment guideline especially treatment ARI non-pneumonia. It was also recommended to the next researcher to add independent variables. References: 22 (1982-2000)
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Yuniastati
Abstrak :
Perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Ibu sebagai individu yang paling banyak waktu untuk bertemu dengan anak serta paling mengerti dengan anak, sehingga dapat melakukan pendekatan untuk membiasakan anak sejak dini memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Pertumbuhan balita yang sehat tidak lepas dari pertumbuhan dan perkembangan gigi geliginya, untuk itulah dibutuhkan perilaku ibu yang positif terhadap kesehatan gigi dan mulut. Perilaku ibu tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari diri ibu sendiri maupun faktor lingkungan di sekitarnya antara lain lingkungan pendidikan di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, sehingga perilaku ibu-ibu tentang kesehatan gigi dan mulut seyogyanya baik. Berdasarkan hal itu maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi balita di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan cross sectional (potong lintang). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel, karena semua ibu-ibu karyawan dan isteri karyawan yang mempunyai anak balita sejumlah 145 orang dijadikan responen. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden serta wawancara. Analisis dilakukan dengan univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi, analisis bivarat dengan tingkat kuadrat untuk mencari hubungan variabel independen dengan variabel dependen dan analisis multivariat dengan regresi logistik untuk mengetahui variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan hanya 46,9 % ibu-ibu Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta berperilaku baik. Dan hasil analisis bivariat diketahui sikap ibu terhadap kesehatan gigi balita dengan nilai P value = 0,038, jumlah anak ibu dalam keluarga dengan nilai P value = 0,041, serta kemudahan dalam pencapaian ketempat pelayanan kesehatan gigi dengan nilai P value = 0,011 mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi balita. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan hanya kemudahan dalam pencapaian ketempat pelayanan kesehatan gigi yang sangat erat hubungannya dengan perilaku ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi balita dengan nilai OR = 3,667, artinya ibu yang mendapatkan kemudahan dalam pencapai ketempat pelayanan kesehatan gigi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada institusi untuk meningkatkan perilaku ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi balita dengan mengupayakan program DHE (Dental Health Education), meningkatkan tindakan promotif dan preventif serta mengupayakan kemudahan pencapaian ketempat pelayanan kesehatan gigi. Bagi peneliti lain, agar diadakan penelitian yang sejenis dengan disain kasus kontrol / kohort atau studi eksperimental dengan cakupan populasi yang lebih luas dan variabel penelitian yang lebih banyak. ...... Factors Connection with Mother's Behavior in Maintaining Pre School Children's Dental Health in University of "Pembangunan Nasional Veteran" Jakarta year 2000Individual Dental Health Behavior of Community Dental Health Behavior are one of the many factors which influence the individual dental health status or community dental health status. Mother as an individual who spent the most of time and most understand about her children can persuade her children from the early age to maintain the cleaning of the oral hygiene. Development and growth of healthy Pre School children depends on the development and growth of their dentition. That's why mother's behavior with a positive attitude of oral and dental health is a necessity. Mother's behavior are influenced by many factors whether the mothers themselves and their environment factors and hopefully the environment like university environment will have a good influence. Based on the opinion, research is carried on in order to find relation factors in mother's behavior maintaining Pre School children dental health in University Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. The method of the research is Cross Sectional , taking sample is not required because all mothers whether they are employee or the wife's employee amount 145 persons are all respondent. The data collection is using questionnaire which filled by respondent and interview. The analysis is univariat to know the frequency of distribution, bivariat with Chi-Square to find independent variable correlation and multivariat with logistic regression to find to most correlative independent variable. The result shows that only 46,5 % University Pembangunan Veteran mothrer's Jakarta have good behavior. From bivariat analysis result shows that mothers behavior in Pre School children's dental health has score Pvalue = 0,038 and the number of children in the family has score P value = 0,041 and accessibility of dental health resources has score P value = 0,011 have significance relationship with mother's behavior in maintaining Pre School children's dental health. Based on the result we suggest the institution to increase mother's behavior in Pre School children's dental health through Dental Health Education Program, to increase Health Promotion and Prevention action and accessibility of dental health resources. For another researcher, to continue the research with Case Control design or Experimental Study and more population to represent the relationship between mother's behavior and Pre School dental health children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Kirana
Abstrak :
Salah satu penyebab tingginya angka kematian Balita di Indonesia adalah diakibatkan penyakit diare. Angka diare yang didapat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) bila diproyeksikan pada semua golongan umur adalah 54/100.000 penduduk dan pada Balita terjadi kematian 55.000 (2,5il000 Balita). Propinsi Kalimantan Selatan mempakan daerah endemis diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kalimantan Selatan tahun 1995, telah teljadi tiga kali kejadian luar biasa (KLB) pada dua kabupaten yang mencakup 5 kecamatan dan 8 desa Di kota Banjarmasin sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, menurut klasifikasi rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, diare menduduki urutan pertama dan rnenduduki urutan ke dua di Puskesmas. Dari data Profil Dinas Kesehatan kota Banjamlasin tahun 2000, salah satu upaya penanggulangan diare adalah dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) kemasan (92,69%) kepada penderita diare. Tujuan perlelilian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare yang berobat ke Puskesmas se kota Banjamlasin tahun 2001. Rancangan penelitian ini adalah Cross Secrionai. Populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai balita diare dau berobat ke Puskesmas so kota banjarmasin, sedangkan sampel adalah ibu-:ibu yang mempunyai balita diare yang berobat ke Puskesmas se kota Banjarrnasin pada bulan Maret tahun 2001 (Quora Sampling). Pengumpulan data dilakulcan dengan kuesioner dan wawancara langsung. Data kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari hasil analisis bivariat diketahui ada empat variabel yang mempunyai hubungan bemrakna terhadap perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare, yaitu variabel pcndidikan, variabel pengerahuan, variabel sikap, dan variabel kerersediaan oairan rehidrasi oral. Sedangkan variabel nomra subyektif dan variabel rasa diketahui tidak ada hubungan yang bermalma dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare. Dari model Regression Logistic diketahui temyata variabel yang paling berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada balita diare adalah variabel sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Ratio terbesar yaitu 8,508 ( 95% CI = l,0/-l-9 - 68,98l). Yang berarti ibu yang bersikap positif kemungkinan memberikan cairan rehidrasi oral pada balitanya yang diare sebesar 8,508 kali lebih besar dibandingkan ibu yang bersikap negatif terhadap pemberian CRO pada balita diare. Sebagai saran unluk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilalrukan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin adalah perlunya peningkatan dan pengembangan Program Pemberantasan Penyakit Menular Diare sehubungan dengan didapatkannya infomrasi dari penelitian ini tentang rendahnya pemberian cairan rehidrasi oral di rumah oleh ibu kopada balita diare. Bagi Puskesmas se kota Banjamrasin, disarankan agar lebih meningkatkan dan mengembangkan materi penyuluhan tentang diare dan cairan rehidrasi oral. Disarankan juga perlunya penelitian lebih lanj ut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian cairan rehidrasi oral di rumah pada Balita diare, dengan melihat variabel-variabel lairmya, seperti, suku, tinglcat pendidikan suami, status pekerjaan dan lain-lain.
One ofthe causes of Child Mortality Rate in Indonesia is diarrhea. According to household health survey ( SKRT, l995) the incidence of diarrhea all age groups is 54/l00.000 and among child under tive years old is 55.000 deaths (2.5/l000). South Kalimantan is endemic area of diarrhea. Based on health profile of south Kalimantan 1995, there were three times diarrhea epidemic incidence. ln two regencies which covered 5 sub districts and S villages. While in Banjarmasin as capital of South Kalimaman, according to classification of medical treatment in hospital placed at first rank and second in public health center. From health office profile of Banjamiasin city 2000, one of effort to cope with diarrhea is provide oral rehydration fluid (92,69%) to patients. Objective of this research is to find out factors that related to mother?s behavior In The Use oral rehydration fluid at home to children under five years old with diarrhea who has taken medial care to public health centers in Banjanriasin city year 2001. This research use Cross Sectional Design. Population and sample are mothers which their children under tive years old get diarrhea and take medical care to public health centers in Banjarhidsih city, where as sample are mothers who brought their children under five years old get diarrhea and take medical care to public health centers in Banjarmasin city in March 2001 (Quola Sampling). Data collecting use questioner and interview. Data processed statistically and analyzed with Chi Square and Multiple Regression Logistic techniques. Bivariate analysis, should four variables were proved to be significant by correlated with mother?s behavior in the use oral rehydration fluid to children under five year old at home. They are education variable, knowledge variable, attitude variable and availability variable. While subjective nomi variable and taste variable found have no significant correlation with mother?s behavior In The Use oral rehydratiori fluid at home. From regression logistic model found the most significant variable related to mother behavior ln The Use oral rehydration fluid at home is attitude variable with Odds ratio 8,508 ( 95% Cl = 1,049 - 68,9811 From result of interaction test not found any significant correlation between variable. Based on result of this research health office of Banjarmasin should improve and develop of transmitted disease program for diarrhea because lack of mother's which giving their child with diarrhea with oral rehydration Fluid at home. For every public health centers in Banjarmasin, should improve and develop education matters about diarrhea and oral rehydration fluid. Other suggestion is conduct the other research with more variable, such as ethnic, husband education.
2001
T3753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Mardiana
Abstrak :
Sebagian besar (99%) wanita di Indonesia telah menyusui bayinya akan tetapi hal tersebut belum dilaksanakan dengan baik dan benar, masalah utama adalah bahwa ibu-ibu membutnhlkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyu§ui bayinya dengan baik dan benar.

Pemberian ASI di kota Balikpapan cukup tinggi yaitu 95,7% tetepi hanya sebesar 28,77% dari angka tersebut yang rnenyusui sampai umur 24 bulan dan sisanya ada yang menyusukan hanya sampai umur kurang dari nol (0) bulan sebesar I,44%, umur I-S bulan sebesar l0,l2% dan yang sampai umur 6-11 bulan sebesar 2I,3l%.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk memperoleh informasi tentang gambaran pemberian ASI di kota Balikpapan yang dilihat dari faktor-faktor Prediposisi dan faktor pendorong

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional, pengumpulan data dilakukan di kota Balikpapan dengan jumlah sampel 312 responden dafi 26 Rukun Warga yang dilaksanakan mulai bulan Juli tahun 2001 dengan cara pengambilan sampel Multi Stage Random Sampling.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi dilakukan analisis univariat, proporsi pemberian ASI yang bailc 57,l% dan perkiraan dipopulasi dengan CI 95% adalah antara 42,1%~72,l%. Untuk mengetahui hubungan antara variabcl dilakukan analisis bivariet dengan menggunakan uji Chi-square dengan P = 0,05. Hasil menunjukkan ada hubungan bermakna antara lain pengetahuan, sikap, bentuk puting susu, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI dengan masing-masing nilai P = 0,000, P = 0,001 , P = 0,001, P = 0,050, P = 0,005. Kemudian dilaukan analisis multivariat dengan uji Regresi Logistik, yang masuk dalam kandidat model yailu nilai P = < 0,25 yaitu pengetahuan, sikap, bentuk puting susu, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga_ Hasil akhir uji Regresi Logistik didapat tiga variabel sebagai determinant yaitu pengetahuan, sikap, dan bentuk puting susu, pengetahuan merupakan vaxiabel yang dominan dalam pemberian ASI dengan OR = 3,37.

Memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan agar membuat rencana untuk perbaikan dan peningkatan pemberian ASI sampai umur 24 bulan melalui upaya-upaya khusus terhadap ibu menyusui.
Breastfeeding is a common activity in general tradition and babies life are depend on breastmilk. Breastfeeding is able to increase the quality of nutrition and decreased the mother prevalence I0 - 20 times and the mortality 7 times (Health Department of Republic of Indonesia, 1994).

The most Indonesian Women (99%) have done breastfeed, but this activity haven't done in the right way and successfiilly The main problem is mothers need help and infomation that will support them to breastfeed in the right way and successfully. Breastfeeding at Balikpapan city is slightly high (95,7 %) but it?s only 59,46 % of this numbers who gives their breastmilk to their babies until 24 months and the others do the breastfeed only one month less ( l,44 % ), l - 5 months (lO,l2 %) and until 6 - 11 months (2l,3l %).

ln related with this, we desire to find information about the description of breastfeed at Balikpapan City that studied the predisposition factors and the supporting factors.

This research is description study with study design is cross sectional. The location of this study is Balikpapan City, the numbers of respondent are 312 and they come fiom 26 community and they taken by multi stage random sampling. This study was run on Juli 2000.

Statistical to know the distribution of some factors , we use univariate analysis and we End the proportion of good breastfeed is 57, l % and estimation in population is CI 95 % is 42,l% until 72,l%. Bivariate analysis is to find the correlation among factors we use chy square test witl1 p= 0,05. There is correlation among knowledge (p=0,000), attitude (p=0,00l), figure of nipples (p=0,00l), health workers (p=0,050) and family support (p=0,005) with breastfeed. Multivariate analysis with logistic regression can find the candidate in model has p < 0,25 there are knowledge, attitude, figure of nipples. support from health workers and family. The tina! result of this analysis found 2 variables as determinant, there are knowledge and figure of nipples, The knowledge is dominant variable in breastfeed (OR=3,3 7).

The research also recommends that hopeliully to create the initiative to develop breasfeed action until babies age?s 24 months. This action is able to run through special activity to mothers who nursery their babies.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Adzani
Abstrak :
[ASBTRAK
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan data sekunder SDKI KRR 2012 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor individu dan lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria yang aktif secara seksual di Indonesia. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 590 orang. Diantara remaja pria belum menikah yang pernah melakukan hubungan seksual hampir setengah (45%) dari mereka aktif secara seksual dan lebih dari tiga perempat (76,3%) dari mereka tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom meliputi: pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS; persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan; persepsi risiko kehamilan pasangan seks; paparan informasi/ iklan kondom dari media massa; edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan wilayah tempat tinggal. Adapun ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah kehamilan? merupakan prediktor terkuat pada penelitian ini (OR=2,5) dan faktor ?persepsi bahwa kondom dapat mencegah penularan IMS termasuk HIV/AIDS? merupakan variabel pengontrol (confounding). Hasil penelitian ini menyarankan untuk membentuk wadah peduli remaja di sekolah atau universitas dan mengembangkan program kesehatan reproduksi remaja yang sudah ada.
ABSTRACT
The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.;The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.;The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist., The study was designed to determine factors that associated with condom use among sexually active unmarried male adolescent in Indonesia by using secondary data of IDHS 2012. The sample size in this study was 590 unmarried male aged 15-24 years, who are sexually active. Among unmarried young men who had sexual intercourse almost half (45%) of them are sexually active and more than three-quarters (76.3%) of them do not use condoms during sexual intercourse. Factors associated with condom use include: comprehensive knowledge about HIV / AIDS; the perception that condoms can prevent pregnancy; perceptions of pregnancy risk sexual partner; exposure information/ advertising condoms from the mass media; education about reproductive health and residential areas. While 'perception that condoms can prevent pregnancy' is the strongest predictor in this study (OR = 2.5) and factor 'perception that condoms can prevent transmission of STIs, including HIV/ AIDS' is a confounding. Results of this study suggest to form the forum concerned adolescents at school or university and developing adolescent reproductive health programs that already exist.]
2015
T43464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>