Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Prihmawati
Abstrak :
Ku'l. tur jaringan tumbuhan merupakan sal ah satu me tod a per ban yak an tanaman secara vegetatifu F'erbanyakan tanaman d e n g a n m e t a d a I-; u 11 u r j a r i n g a n d a p a t d i t e m p u h m a 1 a :L li i p a m b en t Lilian t u n a s a k s i 1 a i" p e m L) e n 1: li I--; a n a i" g a n a d v e n t i f ,, dan pern ben tuk an em brio somati. k„ Zat pengatnr tumbuh da lam medium kultur jaringan,, terutama a\uksin dan sitokinin ber~ p e r a n d a 1 a m m e n g a t u r |:3 e i" t u m b u In a n d a n p ra r I-:; e m b a n g a n e k s p 1 a n „ F-' e n BI i t i a n k u 11 u r" j a r i n g a n t a n a m a n s e n g o n 1 a u t (P^waBBrlantheB f^^lcstaria (L.,, )'. Nielsen) dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ixat pengatur tumbuh N^-bsnzy laden ins (BA) yang dibutuhkan untuk pern ben tuk an tunas aksilar spesies ini„ Eksplan epikotil keraa^mbah urnur 10 hari yang men g an dung dua buah nodus brasrarta in trarnodusnya ditanarn pad a medium pad at Nura\shige ?< Bkoog modifikasi den gain vairiaisi konsentraisi BA GII5-5 pprn.. Penrgaimatain dilakukan pada mingrgu keenaun untuk rnempero 1 ell davtai Jumlaili nodus/ekspla\n,, tinggi tuniis,, be rait baisah eksplain yaing telaih brarmorf ogenrasis dam be rait kraring eksplan yang telah bermorfagenesis„ Anal isis data dengan uj i nonpararnetrik Kruskal Wallis yang menghasilkan perbed-aan n y a t. a ai i"i t ai i" a p e r" 1 a k u a n d i 1 a n j u t k a n d e n g a n u j i p a r- b a n d i n g a n berganda„ F' a n a 1 i. t. i a n i n i. m a n u n j u k II ai n b a li w a p a m b a n t u !< ai n t u n a s a k si 1 air dan aikar sang on laut da pat terjadi pada be r bag a i vairiasi medium MB modifikasi yang man g an dung :-;at pangatur
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Purnami Wulan
Abstrak :
Masyarakat beberapa negara seperti India, Pakistan dan Yunani menggunakan bunga teratai (Nelumbo nucifera Gaertn.) untuk mengobati penyakit jantung secara tradisional. Diduga bagian tanaman ini berkhasiat sebagai kardiotonik. Penggunaan obat tradisional umumnya didasarkan pada pengalaman empirik walaupun belum dibuktikan secara ilmiah. Ekstrak daun mahkota teratai telah diuji pengaruhnya terhadap gelombang T EKG dan frekuensi denyut jantung tikus putih jantan strain LMR, turunan Wistar. Pengujian ekstrak tersebut, dilakukan dengan cara menyuntikkan 1 ml larutan ekstrak tersebut secara intravena pada tikus. Kemudian efeknya dideteksi dengan elektrokardiograf, setelah 5 menit penyuntikan. Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut; ekstrak daun mahkota teratai meningkatkan amplitudo gelombang T EKG tikus serta meningkatkan frekuensi denyut jantungnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Riawati
Abstrak :
Eucalyptus alba Reinw. ex Blume merupakan jenis tanam-. an yang diprogramkan pada pembangunan HTI, karena baik untuk reboisasi, penghijauan, dan kayunya merupakan jenis kayu perdagangan di Indonesia. Pembentukan tunas dilakukan dengan menanam pucuk beserta kotiledon sepanjang 1 cm dari kecambah E. alba yang berusia 5 hari, dalam modifikasi medium padat Murashige & Skoog [1962] dengan pemberian variasi kadar NAA 0; 0,2; dan 0,4 ppm dan BAP 0; 2; 4; dan 6 ppm serta interaksi keduanya. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu selama 8 minggu setelah penanaman terhadap: pembentukan dan pertumbuhan tunas; pembentukan kalus; dan pemben tukan plantlet; sedangkan data jumlah tunas aksiler, berat basah dan berat kering propagul diambil pada minggu ke-8. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penanaman pucuk kecambah E. alba pada modifikasi medium MS [1982] dengan pemberian NAA 0; 0,2; dan 0,4 ppm dan BAP 0; 2; 4; dan 8 ppm serta interaksi keduanya, dapat membentuk tunas aksiler dan akar. Uji perbandingan berganda pada a = 0,05 menunjukkan berat basah propagul yang berbeda nyata antara kontrol terhadap medium lainnya. Pembentukan tunas terbaik terjadi pada pemberian NAA 0,2 ppm dan BAP 6 ppm (perlakuan K) serta NAA 0,4 ppm dan BAP 6 ppm (perlakuan L), sedangkan pembentukan plantlet yang paling efektif terjadi pada pemberian NAA 0,4 ppm dan BAP 6 ppm (perlakuan L).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Yuniati
Abstrak :
ABSTRAK
Eucalyptus urophyl la S.T. Blake dikenal dengan nama Ampupu, diprioritaskan perlanamannya dalam program HTI karena sifatnya yang baik untuk kayu industri. Simbiosis antara akar tanaman dengan jamur ektomikoriza dapat meningkatkan daya tahan hidup bibit di lapangan. Pemberian tablet spora ektoinikoriza dengan kadar 0,2 - 1,0 g dalam media tuinbuh bibit mempengaruhi pertumbuhan dan mutu bibit E. urophylla. Parameter pertumbuhan yang diukur seteiah 3 bulan periakuan adalah: tinggi tanaman, diameter batang, berat basah dan berat kering tajuk, akar, dan tanaman secara keseluruhan. Sedangkan untuk mengetahui mutu bibit digunakan perhitungan Indeks Mutu Bibit (1MB). Dari hasil penelitian terlihat pertumbuhan bibit yang terbaik diperoleh pada perlakuan dengan kadar 0,6 g ektomikoriza yaitu 74,5 g berat basah total tanaman dengan berat kering 25,3 g. 1MB tertinggi dihasilkan dari perlakuan dengan kadar ektomikoriza 0,6 g yaitu 1,24. Uji perbandingan berganda pada 0,05 menunjukkan bahwa parameter pertumbuhan kelompok kontrol berbeda nyata dengan parameter pertumbuhan pada semua kadar perlakuan. Sedangkan antar periakuan terdapat beda nyata antara pasangan perlakuan dengan kadar 0,2 g dengan 0,6 g; dan pasangan 0,6 g dengan 1,0 g.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Fatimah
Abstrak :
ABSTRAK


Pada media yang diberj pupuk N-F berkadar 300-100 kg/ha, diainati pengaruh penambahan pupuk K terhadap pertumbuhan dan inutu bibit damar (Agathis loranthifolia Salisb.). Kadar K Yang diberikan adalah 100, 200, 300 dan 400 kg/ha di sainping kontrol. Fengamatan dilakukan selama 6 bulan. Uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan kadar pupuk K yang diberikan tidak inempengaruhi pertuinbuhan dan mutu bibit

A. loranthifolia. Parameter pertumbuhan berupa: tinggi tanainan, diameter batang, berat basah dan berat kering tajuk, akar dan tanaman secara keseluruhan. Untuk inengetahui mutu bibit digunakan perhitungari Indeks Mutu Bibit (1MB). Dengan demikian, pemupukan K pada media yang inengandung unsur K dengan nilai 96,00 dan telah diberi pupuk N-P tersebut, tidak perlu dilakukan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indarti
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadaP hasil per-tananian tomat ( Lycopersicum esculentum (L.) Mill.) varietas Ratna, dilakukan perendanian akar keoambah tanainan tomat berumur 21 hari dalam berbagai konsentrasi kolkisin yaitu 0, 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm selaina 3 dan 6 jam. Kecambah tersebut kemudian ditanam dalam kantung piastik polietilen hitain. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok. Hasil pengujian nonparametrik Friedman pada taraf nyata a 0,01 inenunjukkàn konsentrasi kolkisin pada perendaman akar kecambah 3 jam tidak berpengaruh terhadap jumlah buah/tanainan, jümlah biji/buah, danberat basah buah. Konsentrasi kolkisin pada perendaman akar kecambah 6 jam berpengaruh pada berat basah buah. Berat basah tertinggi terdapat pada perlakuan kolkisin 50 ppm, yaitu 33,43 g dan terendah terdapat pada kontrol yaitu 22,16 g. Uji perbandingan berganda Newman Keuls terhadap berat basah buah inenunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan kolkisin 50 ppm dengan kontrol dan 100 ppm, dan antara 150 ppm dengan 250 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekawati Purwijantiningsih
Abstrak :
Meristem apikal kecambah sengon laut, Paraserianthes faloataria (L.) Nielson yang berumur 7 hari ditanam pada medium Murashige & Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi NAA 0; 0,5; 1 ppm dan BAP 0; 2; 4; 8 ppm. Pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan pada minggu ke-6 setelah penanaman. Pengamatan kualitatif meliputi pertumbuhan tunas, kalus, dan akar. Pengamatan kuantiatif meliputi tinggi tunas,, jumlah nodus/tunas, berat basah dan berat kering eksplan. Penanaman meristem apikal sengon laut tersebut dapat membentuk tunas, kalus, maupun akar. Uji Analisis Variansi 2 faktor pada a = 0,01 menunjukkan pemberian NAA dan BAP berpengaruh terhadap tinggi tunas dan jumlah nodus/tunas. Tunas tertinggi yaitu 40,68 mm terdapat pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm. Jumlah nodus/tunas terbanyak terdapat pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm yaitu 6,00 buah. Uji Tukey pada a - 0,01 menunjukkan terdapat beda nyata tinggi tunas antara interaksi pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm dengan: kontrol; NAA 0 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 6 ppm; NAA 1 ppm dan BAP 0 ppm. Beda nyata juga terdapat antara interaksi pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm dengan NAA 1 ppm dan BAP 0 ppm. Perbedaan nyata jumlah nodus/tunas terdapat antara interaksi pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm . terhadap: kontrol; NAA 0 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm; NAA 1 ppm dan BAP 2 ppm. Beda nyata juga terdapat antara pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm terhadap: kontrol; NAA 0 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 6 ppm; serta NAA 1 ppm dan BAP 2 ppm, antara pemberian konsentrasi NAA 0 ppm dan BAP 2 ppm terhadap 0,5 ppm dan BAP 0 ppm, antara pemberian konsentrasi NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm terhadap NAA 0,5 ppm dan BAP 2 ppm serta NAA 0,5 ppm dan BAP 4 ppm, antara pemberian konsentrasi NAA 0,5 ppm dan BAP 4 ppm
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Potongan daun teh (Camellia sinensis kion TRI 2025) dengan rata-rata berat basah 31,25 mg dan berat kenny 6,52 my ditanam secara aseptis dalam tiga macam media (P1, dan P). Media P 1 dan P2 masing-masing mengandung 0,5 MS serta 1 MS makro dan mikro ditambah vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS (1962). Medium P 3 adalah medium MS (1962) modifikasi. Eksplan disubkultur setiap bulan setelah berumur 2 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap waktu inisiasi, warna, dan jenis kalus serta berat basah dan berat kenny kalus pada minggu ke-8, ke-12, dan ke-16. Inisiasi kalus mulai tampak pada minggu ke-3 setelah penanaman dalam media P 1 dan P2 serta minggu ke-4 dalam P3, dengan warna kalus putih dan jenis kompak. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-8 dalam media P 1 , P2 , dan P_. berturut-turut 162,77; 147,19; dan 116,92 my. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-12 dalam ketiga media tersebut berturut-turut 736,04; 568,16; dan 822,78 my. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-16 dalam ketiga media itu berturut-turut 1.741,7; 1.368,15; dan 1.089,37 my. E4erat kenny rata-ratanya pada minggu ke-8 adalah 27,54; 28,03; 21,70 my. Berat kenny rata-ratanya pada minggu ke-12 adalah 81,45; 72,60; dan 85,22 my. Pada minygu ke-16 berat keningnya 367,61; 191,59; dan 136,36 my. U j i ANAVA menuniukkan bahwa tidak ada perbedaan pnoduksi kalus dalam ketiga media pada minggu ke-8 dan ke-12. U j i Tukey dengan = 0,01 dan 0,05 menuniukkan bahwa pada minggu ke-16, penggunaan 0,5 kadar unsur makro dan mikro dengan diimbangi vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS (1962) sangat meningkatkan produksi kalus, dibandingkan penggunaan 1 MS dengan kadar vitamin B dan glisin sama dengan pada MS (1962). Kenaikan kadar vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS semula, dengan penggunaan unsur makro dan mikro yang sama (1 MS) tidak meningkatkan produksi kalus. Demikian pula pada kenaikan kadar unsur rnakro dan mikro dari 0,5 ke I. MS dengan kadar vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS semula.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Sari Agustina
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuntikan perasan buah Averrhoa carambola L. secara intravena terhadap elektrokardiogram tikus. Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih betina (Railus norvegicus) strain LMR Wistar derived yang dibius dengan uretan secara intraperitoneal. Dalam peneitian dibuat enam kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol murni (I), kontrol pelarut (II), perasan murm (Ill), perasan mumi : akuabidestilata konsentrasi 1:1, 1:2, 1:3 (IV, V. VI). Dosis yang disuntikkan sebanyak 1 ml! 100 g berat hewan. Aktivitas lisirik dan frekuensi denyut jantung dicatat dengan elektrokardiograI Elektrokardiogram dicatat pada memt ke-0, 10, 20, 40, 60, 80, 100, dan 120 setelah perlakuan. Dibuat grafik rata-rata nilai perubahan frekuensi denyut, besar - tegangan gelombang P, R, T, dan interval P-R, QRS, Q-T dari keenam kelompok perlakuan pada setiap waktu pengamatan. Hasil yang diperoleh untuk kelompok kontrol murni menunjukkan frekuensi denynt jantung, besar tegangan gelombang P. R, T, dan interval P-R, QRS, dan Q-T tidak mengalanii perubahan yang nyata sampai akhir pengukuran. Untuk kelompok dengan perlakuan teijadi peningkatan frekuensi denyutjantung dan pemendekan waktu depolaiisasi dan repolanisasi ventrikel.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Indriastuti
Abstrak :
ABSTRAK


Daun pacar air {Impatiens balsamina Linn.) dikultur pada medium Murashige-Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian interaksi 2,4-D dan kinetin. Kultur dipelihara dalam ruang bersuhu +-25C dan diberi cahaya. Pengamatan dilakukan terhadap waktu inisiasi, jenis, warna, berat basah dan berat kering kalus. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2 setelah penanaman, berwarna krem dan bertekstur remah kompak. Berat basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-4 diperoleh dari kalus dalam medium PIO (2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,2288 gram, dan berat kering kalus rata-rata tertinggi diperoleh dari kalus dalam medium P9 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,0195 gram. Berat basah dan berat kering kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,2991 gram dan 0,0285 gram). Berat basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-12 diperoleh dari kalus dalam medium P3 (3 ppm 2,4-D) yaitu 0,8481 gram, sedangkan berat kering kailus rata-rata tertinggi diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,0603 gram). Hasil ANAVA menunjukkan bahwa interaksi 2,4-D dan kinetin berpengaruh terhadap pertambahan berat basah dan berat kering kalus pada minggu ke-8 dan minggu ke-12.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>