Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herman Trisdiantono
"ABSTRAK
Piutang merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam manajemen sebuah rumah sakit. Untuk itu diperlukan manajemen piutang yang efektif sehingga kegiatan - kegiatan operasional rumah sakit dapat berjalan dengan baik. Sistem penagihan piutang yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap arus kas rumah sakit, karena dapat meningkatkan penyediaan dana tunai yang dibutuhkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penagihan dan keberhasilannya, dalam hal ini piutang pasien rawat inap dengan jaminan perusahaan, dalam rangka memberi masukan dan perbaikan sistem penagihan piutang pasien rawat inap jaminan di Rumah Sakit X Jakarta.
Telah dilakukan penelitian retrospektif dari data buku besar piutang pada pasien rawat inap jaminan selama satu tahun, mulai April 1996 sampai Maret 1997. Data disusun berdasarkan kegiatan pembayarannya sehingga dapat diperoleh ; (1) kegiatan pembayaran piutang perusahaan dan perusahaan dengan ikatan kerja sama (2) pola pembayaran piutang perusahaan (3) rata-rata besar, lama pelunasan dan sisa tagihan setiap kuartal (4) parameter keberhasilan penagihan selanjutnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pelunasan piutang perusahaan 136 hari dan adanya pemanjangan lama pelunasan ini dari kuartal pertama sampai kuartal keempat. Namun lamanya pelunasan ini tidak disebabkan karena masih banyak perusahaan yang belum mengadakan ikatan kerja sama dengan rumah sakit, karena lama pelunasan perusahaan yang telah mengadakan ikatan kerja sama 146 hari. Lamanya pelunasan piutang perusahaan ini lebih disebabkan kurangnya kontrol dari rumah sakit dimana belum ada standar waktu yang ditetapkan, lemahnya pencatatan dan pelaporan yang mengakibatkan sulit untuk menindaklanjuti penagihan dan belum adanya indikator atau parameter keberhasilan penagihan. Parameter keberhasilan yang diperoleh peneliti adalah bila total persentase sisa piutang pada akhir kuartal (uncollected balances schedule) tidak melebihi 222 %.
Akhirnya peneliti menyarankan agar (1) ditetapkan kebijakan yang menyangkut standard waktu baik bagi petugas maupun perusahaan, (2) melakukan follow up penagihan dan evaluasi secara berkala melalui pencatatan dan pelaporan yang lebih baik (3) dilakukan monitor terhadap kegiatan penagihan.

ABSTRACT
In hospital management account receivables is inevitable. Therefore, an effective management of account receivables is needed. The collection of account receivables give good result to the cash flow, because increase amount of money in cash .
The objective of this research is to find out the payment activities of inpatient account receivable under company's account, in order to improve the account receivable management at the X hospital Jakarta.
Research method utilized in this study is retrospective design, where data are taken from ledger receivable during one year (April 1996 - March 1997). Data are arrange based on payment activities, which results in : (1) time series of payment activities (2) payment pattern (3) average daily sales, average collection period, aging schedule and uncollected balances schedule every quarter (4) aggregate information for the hospital account receivable monitoring system.
Based on the result of this research, it has been determined that the average length of time for the company to pay off their credit purchases is 136 days and there was a tendency this average collection period inclined from the first quarter to the fourth quarter The average collection period company which have agreement with hospital is 146 days. So this inclining collection period is not caused by the lack of company which have agreement with hospital, but caused by the lack of control from the hospital its self. It is obvious that there is no time standard in credit policy, lack of credit recording and no aggregate information for the hospital account receivable monitoring system. The aggregate information for the hospital account receivable monitoring system based on this research is when receivable - sales ratio in uncollected balances schedule less than 222% .
It suggested that the X hospital will be able (1) to state a time standard in credit policy (2) to improve the credit recording in order to follow up and monitor the account receivable (3) to improve the monitoring system for collecting activities.
Bibliography : 24 (1972-1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Gondodiputro
"Di rumah sakit pendidikan dengan kapasitas 925 tempat tidur, telah dilakukan program pengendalian infeksi nosokomial sejak tahun 1985. Tahun 1988 rumah sakit ini ditunjuk menjadi Rumah Sakit Model untuk pengembangan program pengendalian infeksi nosokomial di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegiatan Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial menurun sejak tahun 1990 dengan menitikberatkan pada faktor organisasi, sumber daya, dan kegiatan tim.
Adapun rancangan penelitiannya adalah deskriptif kualitatif dan berupa studi kasus dimana sasaran penelitian diambil secara purposif.
Hasil yang didapat adalah
Sejak akhir tahun 1990, rumah sakit ini memusatkan perhatiannya kepada persiapan " Rumah Sakit unit Swadana ", sehingga seluruh kegiatan dan penggunaan sumber daya baik sumber daya manusia, dana, sarana diarahkan dalam persiapan ini. Sedangkan program-program lainnya dipersiapkan untuk tahap berikutnya.
Menyadari pentingnya program pengendalian infeksi nosokomial, maka perlu adanya kesepakatan di tingkat pimpinan Rumah Sakit mengenai perlunya Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial diaktifkan kembali.
Struktur organisasi Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sangatlah kompleks, sehingga perlu disederhanakan dan dibutuhkan uraian tugas yang jelas dan terperinci.
Susunan anggota Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sebagian besar terdiri dari kalangan medis. Program Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan program terpadu, sehingga dibutuhkan anggota anggota yang berasal dari kalangan medis maupun penunjang medis. Selanjutnya ketua Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial dan anggota-anggotanya perlu dipilih yang dapat melaksanakan kegiatan program ini secara aktif dan mempunyai minat yang besar pada program ini.
Anggota-anggota program pengendalian infeksi nosokomial mau ikut serta secara aktif, tetapi mereka sadar akan kemampuan mereka yang terbatas, sehingga perlu terus menerus diberi pengarahan dan ilmu yang memadai.

Factors that Cause Activities of the Infection Control Committee Decline in " RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung"In a 925 bedded teaching hospital, Infection Control Program (ICP) was done since 1985 was chosen to be a model of developing infection control program for Indonesia.
The aim of this study is, to identify factors, that cause the activities of Infection Control Committee (ICC) declined since the end of 1990.
The result of this study , discovered :
Since the end of 1990 , Hospital attention has focused in preparing this hospital to become a " Rumah Sakit unit Swadana " which needed all the sources including human , financial and other facilities. Because ICP is very important, the hospital should be committed to this program.
The organization structure of ICC is very complex. Up till now, there are no detailed job descriptions.
The members of the ICC are only from the medical staff. Since ICP is a hospital wide program, its membership should have also representatives from other services/departments in the hospital. The chairman and all its members should be active involved and should have a special interest in this program.
In principal the members of ICC are willing to join this program, but they are aware, that they need much more information about infection control in the hospital.
References : 44 (1979-1996)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T2002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Ristiwanto
"Masalah utama yang diteliti adalah pelaksanaaunsurveilans ILO SMF Bedah RSU Gunung Jati Kodya Cirebon dengan studi banding 4 RSU di Jawa Timur (RSU Dr. Soetomo Surabaya, RSU Dr. Syaiful Anwar Malang, RSU Dr. Subandi Jember. RSU Dr. Soedono Madiun) dan ruang lingkupnya tentang : Struktur Organisasi. Partisipasi seluruh Staf, Metode Surveilans, Sistim Pencatatan dan Pelaporan, Sistim Pendidikan date Latihan.
Metode yang digunakan Wawancara, Kuisener (Delphi Sistem), Suivei (observasi langsung), Pengambilan data sekunder. Hasil yang diperoleh : 1 RSU berhasil baik sekali. 3 RSU berhasil cukup, dan 1 RSU berhasil kurang.
Kesimpulan : Pertama, Pelaksanaan surveilans ILO masing-masing rumah sakit yang diteliti telah melaksanakan dengan baik, hanya masih diperlukan penyempurnaan/pengembangan program PIN lebih lanjut sesuai dengan sumber daya masing-masing rumalt sakit. Kedua, Pelaksanaan surveilans dipengaruhi 5 faktor yang diteliti Ketiga, diperlukan metode pengeutbangan program tersebut.
Saran : Pertama, untuk RSU yang menjadi fokus penelitian dukungan pimpinan rumah sakit ditingkat lagi untuk menentukan motor penggerak kegiatan- pembentukan GKM. Dan mengaktifkan surveilans selektif : Kedua, Penggunaan komputer untuk kecepatan, kctepatan, dan akurasi data.

The main subject observed is the surveillance implementation of surgery IL() SMF of Gluing Jati Hospital District Cirebon with comparative study in 4 general hospitals in East Java (Dr. Sotomo Hospital Surabaya, Dr. Syaiful Anwar Hospital Malang. Dr. Subandi Hospital ]ember, Dr. Sudono Hospital Madiun) and with the scopes as follows:
organization structure, all staff participation, surveillance method, recording and reporting system, education and training system.
The methods use are : interview, questionnare ( Delphi system ).survey (direct observation), secondary data taking. The result is : I hospital is very good. 3 hospital are fair, and 1 hospital is bad.
Conclusion are : First, the implementation of ILO surveillance in the hospitals observed is mostly well done, but it is still needed to be developed and perfected based on resources or facilities available in each hospital; second the surveillance implementation is influenced by 5 factors observed ; third, the method of program development is needed.
Suggestions are : First, for the hospital where the observation focuses on, the hospital head's support is more improved to decide moving force behind the activities, GKM establishment, and to activate selective surveillance ; second , the use of computer for the save of speed , efficiency and data accuracy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suliantini
"Dengan makin berkembangnya rumah sakit, baik dari segi kualitas maupun kuantitas pelayanan, maka kesiapan pengadaan obat dan alat kesehatan habis pakai merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan pengobatan. Perencanaan pengelolaan sediaan farmasi perlu dibentuk dengan baik. Oleh karena penggunaan sediaan barang farmasi oleh pasien rawat inap memerlukan biaya yang tinggi, dianggap perlu adanya sistem yang tepat dan berorientasi pada kepentingan pasien.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan sistem pengelolaan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pasien rawat inap di PKS RSCM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan barang farmasi di PKS RSCM sudah dapat dilaksanakan secara tertib dan lancar, meskipun ditemukan adanya keterbatasan tenaga pelaksana dan sarana kerja, belum adanya standar prosedur secara tertulis, serta belum dibentuknya sistem informasi yang baik.
Disimpulkan bahwa dalam pengelolaan obat dan alat kesehatan habis pakai pasien rawat inap di PKS RSCM, peningkatan proses fungsi logistik dan administrasi tergantung pada pengembangan komponen input.
Upaya peningkatan yang disarankan meliputi : penambahan satu orang tenaga pelaksana kegiatan administrasi, penyediaan dua buah ruang khusus untuk depo farmasi, penyediaan perangkat komputer untuk pengolah data, pembentukan prosedur kerja tertulis untuk tiap bentuk kegiatan dalam pengelolaan barang farmasi, serta pembentukan sistem informasi yang lebih baik.
Diharapkan dengan perbaikan bentuk struktur organisasi PKS RSCM, akan jelas menunjukkan wewenang-tanggungjawab tiap bagian yang ada di PKS; dan pembentukan sistem kerja yang baik, penambahan satu tenaga pelaksana bagian keuangan serta penggunaan sarana komputer, dapat meminimalkan terjadinya 'bad debt'."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library