Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Sulistiawati
"Disertasi ini membahas konstruksi pengetahuan dan praktik/tindakan pengelolaan illness yang dilakukan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) serta berbagai faktor kontekstual yang terkait dalam mewujudkan praktik/tindakan tersebut. Penelitian dilakukan kepada 6 ODHA di Jakarta: laki-laki homoseksual, laki-laki biseksual, pekerja seksual komersial perempuan, intravenous drug user (IDU) laki-laki, dan perempuan heteroseksual yang terinfeksi dari suaminya. Data penelitian juga diperoleh dari significant others setiap ODHA. Konstruksi pengetahuan ODHA dalam mengelola illness dilihat melalui pendekatan connectionism.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ODHA dalam mengelola illness berkembang melalui pengalaman pribadi dari upaya memahami illness (learning what illness means) hingga beradaptasi terhadap illness. Praktik/tindakan pengelolaan illness terwujud karena adanya makna yang terbentuk dari interaksi antara struktur ekstrapersonal dan intrapersonal individu.

This study discussed about knowledge construction and illness managing practices that conducted by people with HIV-AIDS (ODHA), also contextual factors related to bring into reality those practices. Study conducted to 6 ODHAs in Jakarta that consisted of a male homosexual, a female bisexual, a female prostitute, an intravenous drug user (IDU), and females that were infected HIV- AIDS from their husbands. The data also were collected from the significant others of ODHAs. The ODHA's knowledge construction in managing illness was viewed through connectionism approach.
The study showed that the ODHAs' knowledge in managing illness developed through personal experiences from the effort to understanding the illness (learning what illness means) to becoming adaptive to the illness. The practices brought into reality because there was a meaning which was formed from interaction between individual extrapersonal and intrapersonal structure.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
"Disertasi ini membahas mekanisme terwujudnya keragaman, dinamika dan kontinuitas
perilaku berbagi dan tidak berbagi (shared dan unshared) pengetahuan antarsubjek
dalam suatu komunitas yang bersifar situasional dari waktu ke waktu. Mekanisme
belajar dan transmisi pengetahuan yang terlaksana melalui berbagi dan tidak
berbagi, menjadi bagian dari dan berada dalam kegiatan keseharian para praktisi
dalam komunitasnya. Fenomena itu ditemukan dalam keseharian petani sayur Karo di
Berastagi, Sumatera Utara.
Pendekatan connectionism menjadi acuan dalam menjelaskan fenomena keragaman
perilaku berbagi dan tidak berbagi pengetahuan, khususnya tentang pestisida. Hasil
penelitian menemukan tiga varian utama perilaku berbagi dan tidak berbagi
pengetahuan dengan tiga konsekuensi pada struktur ekstrapersonal subjek.
Konsekuensi itu mempengaruhi terbentuknya skema pengetahuan subjek yang juga
beragam tergantung pada karakteristik setiap konsekuensi pada struktur
ekstrapersonal. Karakteristik konsekuensi perilaku berbagi dan tidak berbagi
pengetahuan itu ternyata menunjukkan keagensian pada pelaku dan juga liyan.
Temuan disertasi ini memberikan kebaruan pada model penjelasan connectionism
untuk mengungkapkan mekanisme terwujudnya keragaman. Temuan disertasi ini juga
memperkuat fenomena keragaman agensi dan menambahkan temuan sebelumnya
bahwa keragaman dan dinamika itu terwujud melalui mekanisme penyembunyian
pengetahuan, konstruksi/seleksi relasi dan aliansi, serta kompetisi dan kepentingan
ragam subjek. Faktor kontekstual yang berkonstribusi pada terwujudnya keragaman
itu terkait dengan kelangkaan sumber daya, serangan penyakit dan hama, tingginya
fluktuasi harga, serta hawa atau cuaca. Sebagian dari faktor kontekstual ini terkait
dengan dimensi historis, serta kondisi risiko dan ketidakpastian yang sehari-hari
dihadapi petani. Pengetahuan-pengetahuan mengenai masalah-masalah itu lah yang
sebagian dibagi dan bagian lainnya tidak dibagikan, terutama terkait dengan pestisida.
Fenomena berbagi dan tidak berbagi pengetahuan menyebar menjadi perilaku bersama
mewujudkan shared concealment atau shared secrecy, dan mewujudkan pelaku yang
memiliki kemampuan secretive agentic.
This dissertation discusses the mechanism of the occurrence of diversity, dynamics
and continuity of shared and unshared knowledge among subjects in a community,
which is situational over time. Learning mechanisms and knowledge transmission
carried out through shared and unshared knowledge became part of and are in the
daily activities of practitioners in their communities. This phenomenon is found in the
daily life of the Karo vegetable farmers in Berastagi, North Sumatra.
The connectionism approach becomes a reference in explaining the phenomenon of
diversity in the shared and unshared knowledge behavior or practices, especially about
pesticides. The study found three main variants of shared and unshared knowledge
behavior with three consequences on the subjects extrapersonal structure. These
consequences affect the formation of subject knowledge schemes which also vary
depending on the characteristics of each consequence on the extrapersonal structure.
The characteristics of the consequences of shared and unshared knowledge reveal the
capacity of agency within the Self and the Others. The findings of this dissertation
give a novelty to the connectionism explanation model to reveal the mechanisms of
diversity knowledge production. The findings of this dissertation also reinforce the
phenomenon of agency diversity, as well as the mechanisms for the emergence of
diversity. Those diversity and dynamics are realized through the mechanisms of
concealment of knowledge, construction/selection of relations and alliances, and the
competition and interests of various subjects. Contextual factors that contribute to the
occurrence of diversity are related to scarcity of resources, disease and pest
interferences, high price fluctuations, and hawa or weather. Some of these contextual
factors are related to historical dimensions, as well as the daily conditions of risk and
uncertainty faced by farmers. Knowledge about the problems is partly shared and
other parts are unshared, especially related to pesticides. The phenomenon of shared
and unshared knowledge spreads into shared behavior, realizing shared concealment
or shared secrecy, and manifesting actors who have secretive agentic capabilities"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Suharso
"Suatu pranata sosial-budaya yang berlaku dalam suatu kempok/komunita tidak hanya merupakan warisan/tradisi masa lalu yang dipertahankan oleh anggota kelompok/komunitas tersebut untuk tujuan/maksud tertentu, tetapi juga merupakan sesuatu yang baru hasil reka cipta individu-individu yang bertindak sebagai agen. Disertasi ini menyajikan fenomena signifikansi peran agen dalam proses produksi dan reproduksi suatu pranata sosial-budaya beserta interakasinya. Secara lebih khusus disertasi ini membahas peran agen dalam memproduksi suatu pranata sosial-budaya yang semula tidak terwujud, serta perubahan dan penumbuhkembangannya dalam konteks adanya minat, interpretasi, kontestasi, kesamaan, dan kesepakatan dari pihak-pihak yang berkepentingan atas pranata sosial-budaya tersebut. Dengan menggunakan pendekatan prosesual dan disajikan dalam bentuk etnografi, disertasi ini mengulas keagenan individu-individu dalam produksi dan reproduksi pranata pelepasliaran orangutan di Suaka Margasatwa Lamandau (Lamandau) Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada periode tahun 2008—2012.
Kisah-kisah pelepasliaran orangutan di Lamandau menunjukkan bahwa terbentuknya pranata sosial dalam suatu komunitas/kelompok sosial merupakan hasil karya agen yang secara aktif daan kreatif berusaha, berstrategi untuk mewujudkan cita-cita/harapan dan keinginannya itu. Untuk mewujudkannya sang agen melakukan sejumlah cara, usaha dan strategi termasuk berkolaborasi di antara para pihak yang saling berinteraksi itu. Pranata sosial-budaya yang terbentuk tidak hanya merupakan wujud kesepakatan di antara para pihak yang berinteraksi, tetapi juga meripakan hasil respon terhadap minat dan kepentingan pihak lain, serta interpretasi oleh individu-individu atas aturan yang telah diciptakan sebelumnya.
Atas dasar kesepakatan, penyesuaian, dan interpretasi tercipta seperangkat aturan (rule in use) yang mengatur hal-hal yang boleh, tidak boleh, yang seharusnya, atau yang sebaiknya tidak dilakukan oleh setiap individu yang bersama-sama atau saling berinteraksi melaksanakan suatu kegiatan. Sebuah kesepakatan di antara para agen/aktor atas suatu sumberdaya dapat tercipta sesuai dengan rasionalitas dan interpretasi masing-masing. Oleh karena itu berlakunya suatu pranata sosial-budaya dalam suatu kelompok sosial/komunitas bersifat transaksional di antara para pihak (agen/aktor) yang berkepentingan terhadap suatu sumberdaya tersebut.
Penemuan dan penciptaan merupakan proses sosial yang dilakukan setiap hari dalam beragam peristiwa. Melalui beragam interaksi sosial penciptaan itu muncul. Di tangan sang agen penciptaan-penciptaan tersebut kemudian dikembangkan menjadi nilai, aturan untuk mengordikasikan suatu kegiatan, sehingga menjadi bagian dari panata sosial-budaya di kelompok masyarakat/komunitas itu. Interaksi sosial berupa: negosiasi, akomodasi, perbedaan pendapat, dan relasi kekuasaan antaragen merupakan hal-hal universal yang biasa terjadi dalam suatu kelompok sosial/komunitas. Dengan cara-cara tersebut suatu pranata sosial-budaya terus diperbarui sehingga dapat diterima dan dapat menjadi acuan bersama dalam bertindak. Dengan demikian suatu pranata sosial bersifat dinamis. Meskipun suatau pranata sosial-budaya bersifat dinamis, upaya penatamantaban suatu pranta sosial dapat dilakukan. Penatamantaban suatu pranata sosial-budaya dalam suatu kelompok sosial/komunitas terjadi karena adanya mekanisme berbagi (share), dan transfer pengetahuan, keterampilan, atau kebiasaan dari anggota kelompok/komunitas lama terhadap anggota baru. Melalui mekanisme berbagi dan transfer tersebut seperangkat aturan tetap terpelihara/mantab.

A socio-cultural institution which prevailed in a group/community was not only a legacy/tradition of the past sustained by members of the group/community for particular purpose and goals, but also something new resulted from a creative action of individuals acting as agents. This dissertation presents a phenomenon of agents role significance in the production and reproduction process of a socio-cultural institution and their interactions. This dissertation in particularly discusses the role of agents in producing a socio-cultural institution which initially was not consummated and the change as well as its development in the context of the presence of interest, interpretation, dispute, similarity, and an agreement of parties concerned over the socio-cultural institution. By using procession approach and was presented in the form of Ethnography, this dissertation analyzes the agency of individuals in the production and reproduction of orangutans release regulation at Suaka Margasatwa of Lamandau (Lamandau Wildlife Reserve), Pangkalan Bun, Central Kalimantan in the period of 2008-2012.
The stories of orangutans release at the Lamandau showed that the formation of the social institution in a community/social group was the result of agents work actively and creatively endeavor in order to realize their goals, expectations and desires by conducting a number of ways, efforts, and strategies among others collaboration among the parties which interact. The socio-cultural institution was not only a form of agreement among the parties which interact, but also the result of the response to the interests of other parties, as well as the interpretation by individuals over the rules that have been created previously.
On the basis of an agreement, adjustment and interpretation, it was created a set of rules (rule in use) that regulated matters that may, not allowed to, should be, or should not be done by any individuals mutually interacting to carry out an activity. An agreement among the agents/actors of a resource could be created in accordance with the rationality and interpretation respectively. Hence the socio-cultural institution prevailed in a social group /community was transactional relation among the parties (agents/actors) which interest over resources.
The discovery and the creation are any social processes undertaken daily in a wide array of events through diverse social interaction. In the hands of agents, the creation was then developed into the creation of values and rules to coordinate an activity and to become part of socio-cultural institution in the groups/communities. Social interactions such as negotiation, accommodation, dissent, and the relations of power between agents are universal things that usually occur in a social group/community. By such means, the socio-cultural institution was continually updated so that it could be accepted and could become a common reference. Thus socio-cultural institution has dynamic characteristic. Nevertheless, stabilization efforts of socio-cultural institution in a social group/community could be implemented through the mechanism of share and the transfer of knowledge, skills, or habits from the old members of the group/community towards the new members.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library