Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murti Andriastuti
Abstrak :
Tesis ini merupakan kajian kepustakaan yang bertujuan meneliti unsur nilai budaya dalam novel karya Ken Kesey One Flew Over the Cuckoo 's Nest. Penelitian ini mengkaji teori untuk menjelaskan keterkaitan alegoris antara semangat individualisme non-konformis dari pemeran protagonis dalam Cuckoo's Nest dengan perlawanan kaum muda terhadap nilai-nilai kemapanan teknokrasi pada akhir masa 1950-an dan permulaan tahun 1960-an. Tahun 1950-an dan permulaan 1960-an merupakan suatu kurun masa yang mempunyai karakteristik tersendiri dalam sejarah Amerika. Masa itu adalah masa Affluence, di mana negara Amerika mengalami perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial dan stabilitas politik. Teknokrasi mengalami kemapanan. Namun di tengah kemapanan teknokrasi itu terdapat suatu gejala yang sangat kontroversial. Stabilitas dan kemajuan yang dicapai di segala bidang ternyata membawa perubahan nilai, yang ditentang oleh sebagian warganya, terutama golongan intelektual, mahasiswa dan kaum mudanya. Salah satu di antara mereka ialah Ken Kesey, yang mengarang One Flew Over the Cuckoo's Nest, yang terbit sukses pada tahun 1962. Novel ini menceriterakan keadaan di suatu rumah sakit jiwa, dimana pasien-pasiennya, dipimpin oleh Randle Patrick McMurphy, ingin mengusulkan pembaharuan sistem dan suasana di dalam rumah sakit tersebut. Metode penelitian yang saya pakai ialah metode deskriptif analisis. Saya melakukan analisa terhadap nilai-nilai budaya masyarakat Amerika, khususnya nilai individualisme, kemandirian dan non-konformisme. Saya juga melakukan analisa terhadap bentuk, cerita dan tokoh-tokoh Cuckoo's Nest sebagai suatu karya alegori, di mana terdapat simbol-simbol dan perumpamaan metafora, guna memahami konflik dan perilaku tokoh serta peristiwa dalam novel tersebut. Tesis ini memperlihatkan bahwa ceritera dalam Cuckoo's Nest menjadi simbol pandangan dan sikap kritis kaum muda, yang ingin mempertahankan nilai-nilai individualisme, kemandirian dan otonomi, terhadap konformisme dalam kemapanan teknokrasi. Hasil analisis teori menunjukkan bahwa ada keterkaitan alegoris antara peranan tokoh protagonis dalam novel One Flew Over the Cuckoo's Nest dengan perilaku serta sikap kritis mahasiswa dan orang muda masa itu, yang didasari atas konflik nilai individualisme dengan konformisme, sebagai dampak kemakmuran dan kemajuan teknologi masyarakat otomatisasi (automatic society) Amerika pada masa permulaan 1960-an.
One Flew Over the Cuckoo 's Nest As a Social Critique Allegory On Technocracy Establishment : Individualism and NonconformityThis thesis is a library study which aims at examining theoretically the cultural values conveyed in Ken Kesey's novel, One Flew Over the Cuckoo 's Nest. It tries to explain the allegorical relation between the nonconforming individuality of the protagonist in the novel and the rebel of American youngsters against the established technocracy of the late 50's and the early `60s. The turn of the `505 into the `60s comprises a remarkable period in American history. This was a time of affluence, during which America had made enormous progress in science, economic wealth, social life and political stability. Technocracy got firmly established. However, the established technocracy and the economic abundance of the country ironically led to a controversy. Stability and progress in all fields resulted in shifts and changes of values, which were criticized by parts of the citizens--mostly intellectuals, university students and people of the younger generation--among whom was Ken Kesey. Kesey wrote One Flew Over the Cuckoo 's Nest, which, at its publication in 1962, immediately became a success. The novel is about people in a mental hospital where its inmates, led by Randle Patrick McMurphy, strive to reform and bring innovation to its system. This research is a qualitative research, which employs a descriptive analysis method. I examined American cultural values, particularly individualism, self-reliance and nonconformity, and I analyzed Cuckoo's Nest in terms of its form, its theme and its characters. Rich in metaphors, this story provides sets of analogies and symbols, which makes it easier for us to see through the events and the conflicts, and to explain the characters' attitudes. The discussion in this thesis proves that Cuckoo 's Nest presents the assumptions and critical views of the youth, who tried to preserve individualism, self-reliance and automomy in complying with conformity within a wealthy society. An analysis on the novel proves that, indeed, there is an allegorical relation between the protagonist's role in the novel and that of the students and the youth of the sixties, in terms of individualism and conformity, two conflicting cultural values which reflect the impact of the prosperity and the technological achievement of the automatic society of America in the late 1950s.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Al-Arif
Abstrak :
Banyak rakyat Amerika yang menilai negaranya sebagai model demokrasi. Meskipun masih banyak kekurangan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan di Amerika, namun masyarakat Amerika setuju bahwa fondasi menuju sebuah masyarakat yang demokratis telah dijamin oleh Konstitusi dan undang-undang lainnya. Karena demokrasi Amerika masih jauh dari sempurna, banyak kalangan di Amerika memperdebatkan aturan permainan dalam pelaksanaan demokrasi ini. Konsep dasar dari demokrasi sebagai nilai dasar di Amerika adalah lahirnya suatu tatanan pemerintahan yang berdasarkan kehendak rakyat, pemerintah yang berdasarkan keinginan popular. Namun jika dilihat dari kacamata demokrasi, ada kecenderungan sistem pemilihan presiden melalui electoral college sedikit mengesampingkan beberapa esensi demokrasi, seperti kesamaan politik yang diterjemahkan dengan pemberian bobot suara yang sama: satu orang, satu suara. Namun sistem electoral college memang diterapkan sebagai kompromi politik yang dibuat oleh pendiri bangsa Amerika untuk memberikan bobot yang relatif lebih seimbang antara negara bagian besar dan kecil. Apapun sistem pemilihan yang diterapkan akan sangat berpengaruh kepada kepercayaan masyarakat terhadap proses dan pranata politik di suatu negara. Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasi kelemahan dalam sistem pemilihan presiden yang seringkali menciptakan kontroversi dalam pemilihan presiden. Pengamatan utama dalam tulisan ini dititikberatkan pada sistem electoral college. Tesis ini menggunakan metode penelitian dari sumber kepustakaan dan menggunakan pendekatan kualitatif dalam pengkajiannya. Penulisan tesis ini melibatkan pengamatan sejarah dan kajian pranata-pranata. An Observation to the U.S. Presidential Election 2000: The Electoral College System as a Complementing Factor in American DemocracyMost Americans view the United States as a model democracy. Although there are still flaws in the American constitutional system and government structure, most Americans agree that the Constitution and other existing laws secure the foundations of a democratic society. Due to the imperfect nature of American democracy, many experts as well as the common people are still debating about the rule of the game in the application of democracy. The basic concept of democracy as a core American value is the existence of a governing system that is by the will of the people, by means of popular support. But if we observe through the lenses of democracy, electing a president using the electoral college system tends to overlook several basic essence of democracy, namely that of political equality which supposed to provide an equal weight for each single vote cast: one person, one vote. The electoral college system was adopted as a political compromise made by the founding fathers in America to provide a relatively equal weigh between the large and small states. Irrespective of the electoral system applied in a presidential election, it will influence the course which determines the people's confidence to the political process and institutions in a particular country. The objective of this thesis is to study and identify the weaknesses in the existing presidential election system that often create controversies in the process. The focus of the study is on the electoral college mechanism. The research method used in this thesis was carried out through literature research and the qualitative approach was applied in its analysis. In order to understand the inter-linkages between the various aspects on this topic, the writing of this thesis used the historical and institutional perspectives.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djioe Let Beng
Abstrak :
Fokus penelitian ini adalah peer-group society orang Italia di West End, Boston pada pertengahan abad ke-20, yang dipaparkan dalam buku The Urban Villagers karya Herbert J. Gans. Tulisan ini juga mengungkapkan bagaimana pola pergaulan mereka sulit dirubah oleh caretakers atau pemerhati kota dalam upaya mendidik West Enders menjadi pelaku-pelaku kebudayaan kota industri Boston. Peer-groups merupakan kelompok-kelompok keluarga Italia yang melakukan pertemuran rutin satu hingga tiga minggu sekali di West End. Pertemuan rutin ini dimotori oleh para pria dewasa yang telah menikah dan memiliki keluarga. Pertemuan ini merupakan sarana melanggengkan hubungan serta kedekatan anak-anak laki-laki Italia disana ketika mereka dewasa. Pergaulan semacam ini dianggap tidak conform dengan pola kebudayaan kota industri seperti Boston. Tesis Gans pada bukunya mengatakan bahwa pergaulan ini merupakan gejala kelas (class phenomenon) den dapat dianggap sebagai sebuah subculture. Penelitian ini melihat gejala tersebut dari sisi yang lain. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa apa yang membentuk kelompok-kelompok peer-group adalah ikatan emosional yang disebut solidaritas. Solidaritas muncul jika ada perasaan senasib dan sama antar pelaku interaksi sosial. Kesamaan nilai-nilai yang dianggap penting merupakan kunci ikatan emosional ini. Individualisme ditekan supaya setiap anggota kelompok mampu secara maksimal conform terhadap nilai-nilai kelompoknya. Nilai-nilai yang sama ini dapat dikenali melalui habitus lokasi West End sendiri. Habitus West End mampu menunjukkan bahwa solidaritas yang terwujud dalam kelompok-kelompok peer-group orang Italia di West End merupakan tanggapan lokalitas terhadap kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat kota Boston kelas menengah sebagai pelaku kebudayaan kota industri dengan orang Italia di West End yang kebanyakan lemah ekonominya. The focus of this research is the peer-group society of the Italians in West End, Boston in the middle of the twentieth century, which is discussed in Herbert J. Gans' book, The Urban Villagers. This book also reveals how difficult it is for the caretakers to change the social habits of the West Enders in the process of the adoption of the Boston urban culture. Peer-groups are groups of the Italian families who gather regularly one to three times a week in West End. The Italian family men promote these routine gatherings. These gatherings are believed to preserve the relation and cohesion among the male teenagers when they grow up. This sociability is considered not to conform to such an urban industrial culture as that of Boston. Gans' thesis is that this sociability is a class phenomenon and can be considered as a subculture. This research tries to look at this phenomenon from a different perspective. In this research it is found that what constitutes those groups is emotional cohesion - that is solidarity. Solidarity occurs if there is a feeling of similar fates among the individuals. The similarity of the significant values is the key to the strong emotional cohesion. Individualism is suppressed so that each member of a group may totally conform to the collective values. Those values can be recognized through West End's habitués. West End's habitués shows that solidarity in a form of peer-groups is the response of locality to the economic inequality between the Boston middle class as the urban industrial culture supporters and the Italian West Enders, who belong to the poor working class.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bestari Diniarti
Abstrak :
Masalah yang diteliti di dalam tesis ini adalah suatu dilema yang harus dihadapi oleh corporate whistle-blowers di Enron dan WorldCom ketika mereka memutuskan untuk melawan sistem (akuntansi) yang korup di dalam organisasinya. Dilemanya adalah di satu sisi mereka memiliki komitmen terhadap organisasinya, sementara di sisi lain mereka juga memiliki tanggungjawab sebagai anggota masyarakat, sehingga tindakan mereka pun menimbulkan pro dan kontra. Organisasi memandang mereka sebagai pengkhianat karena telah melanggar komitmen yang telah disepakati dengan organisasinya, tapi masyarakat luas justru menganggap mereka sebagai pahlawan. Tesis ini ingin memperlihatkan bahwa fenomena Whisrleblowing ini dapat terjadi karena nilai-nilai budaya, hukum dan agama yang dimiliki oleh masyarakat Amerika, Kasus yang diambil sebagai model di dalam analisis ini adalah kasus skandal korupsi di Enron dan WorldCom. Tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode kajian kepustakaan yang menggunakan teknik deskriptif interpretatif. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep individualisine, konsep benar-salah, konsep profesionalisme, konsep civic duty, konsep agama dan konsep kapitalisme. Hasil penelitian dari tesis ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya, hukum dan agama yang dimiliki oleh bangsa Amerika dan komitmen mereka terhadap hukum dan kemandirian hukum memungkinkan seseorang yang memiliki informasi tentang terjadinya penyimpangan untuk mengungkapkannya, karena yakin bahwa ia akan mendapat perlindungan keamanan dan mengetahui bahwa tindakannya kelak akan memberikan dampak positif yang lebih luas daripada negatifnya.
Whistleblowing in Enron and Worldcom Scandals: A Conflict Between Individual versus SystemThe dilemma faced by the corporate whistle-blowers when fighting the system in the body of the organization becomes the objective of this thesis. On one side those Whisrleblowing in Enron and Worldcom Scandals: A Conflict Between Individual versus System are committed to their organization, while on the other side they have responsibilities as citizens, therefore, every step they take arises pros and cons, The organization considers them as `traitors' due to the violation of agreement with the organization, while the society thinks that they are 'the hero'. This thesis indicates that Whisrleblowing in Enron and Worldcom Scandals: A Conflict Between Individual versus System -phenomenon happened as the reflection of the cultural dimension in the society. As 'role-mode' analyzed in this thesis is the corruption scandal in Enron and WorldCom. Qualitative approach is used for this thesis by using literally research method with descriptive-interpretative technique. The concepts are individualism, right-wrong, professionalism, civic duty, religion and whistleblowing, while the theory is considered from the changing of cultural values. The result of this research shows that individual tendency to whistleblow could be influenced by the cultural dimensions of individualism (the expectation that the individual will look out for him/herself only) and power distance (the degree to which employees feel comfortable approaching or contradicting supervisors).cultural values, religion of the Americans and their commitments to the law and to the independence of law will probably encourage anybody who has information on tile violation to give away the secret, because they know that they would get protection and is convinced that what they do will give more positive effects rather than the negative ones.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isdaryono
Abstrak :
Pengembangan pariwisata di Hawaii, Amerika Serikat, merupakan sebuah fenamena menarik, karena Hawaii merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Amerika Serikat yang berhasil mendatangkan banyak wisatawan dan devisa bagi negara bagian tersebut. Pengembangan tersebut telah berhasil membukukan kunjungan wisatawan 3 juta orang pada tahun 1970 sementara devisa yang diperoleh mencapai lebih dari 3.000 juta dolar Amerika pada tahun 1980 (Farrel, 1982 :24). Hawaii, sebagai negara bagian Amerika Serikat di kawasan Pasifik memiliki peran sangat strategis baik secara geografis, ekonomis, maupun politis. Dari aspek geografis, Hawaii menjadi jalur lalu lintas gerak manusia dari kawasan Amerika ke Asia Timur dan Pasifik maupun sebaliknya. Dari aspek ekonomi, Hawaii lama menjadi lintasan dari berbagai macam kegiatan perdagangan termasuk kepariwisataan, sementara dari aspek politisnya, Hawaii digunakan sebagai pangkalan Amerika Serikat di kawasan Pasifik. Dewasa ini, pendapatan Hawaii dari sektor pariwisata dan militer, disamping dari gula dan nanas, menjadi andalan pendapatan negara bagian tersebut. Walaupun berbagai macam aspek yang melingkupi Hawaii sangat menarik untuk dibahas, namun hal itu tidak dilakukan karena fokus tesis ini mengarah pada terjadinya pergeseran budaya sebagai dampak dari pengembangan kepariwisataan di daerah tersebut. Keunikan Hawaii sebagai salah satu negara bagian di Amerika Serikat antara lain adalah Hawaii merupakan satu-satunya negara bagian yang berbentuk kepulauan, dengan luas wilayah paling kecil, dan diantara penduduk yang multi-etnis, bangsa kulit putih menjadi kelompok minoritas (Luedtke, 1986:226). Dilihat dari komposisi etnis demografisnya pada tahun 1977 masyarakat Hawaii terdiri dari warga keturunan Jepang sebanyak 36,9 persen, Campuran (Hawaii dengan Caucasia atau Hawaii dengan suku lain) sebanyak 17,1 persen, Caucasia 21,2 persen, Filipina 12,3 persen, Cina 6,4 persen, Polynesia 2,1 persen dan Puerto Rico 1,9 persen, Korea 1,3 persen dan bangsa lain 0,8 persen (Nordyke, 1967:67). Persentase yang relatif besar dari warga Hawaii keturunan Jepang menjadi salah satu pertimbangan mengapa pembahasan tesis ini mengarah kepada kelompk etnis ini untuk digunakan sebagai sampel, mewakili penduduk setempat. Disamping itu kenyataan bahwa warga Hawaii asli tidak pernah mencurigai orang Jepang dan menyebutnya sebagai saudara orang Hawaii (akin to the Hawaiians), sebagai imigran yang diinginkan (desirable immigrant), dan sebagai bangsa yang diyakini tidak akan banyak mempengaruhi identitas Hawaii (will not much affect the identity of the Hawaiian) (Hillbrand dikutip oleh Nordyke, 1967:37) menguatkan alasan mengapa masyarakat Hawaii keturunan Jepang menjadi fokus bahasan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Bambang Margono S.
Abstrak :
ABSTRAK Kaum wanita Yahudi Amerika memiliki peran dan posisi yang berbeda dari kaum wanita Yahudi Eropa. Di Fropa, kaum wanita Yahudi sepenuhnya berada di bawah kekuasaan kaum laki-laki. Tetapi di Amerika mereka memiliki posisi yang lebih baik. Benar bahwa mereka belum sepenuhnya terbebas dari kekuasaan laki-laki, namun mereka telah mengalami perubahan-perubahan besar berkaitan dengan peran dan posisi mereka Perubahan-perubahan tersebut tidak otomatis terjadi, melainkan karena mereka perjuangkan. Proses Amerikanisasi dan gerakan feminisme kaum wanita kulit putih Amerika memiliki pengaruh yang besar terhadap perjuangan kaum wanita Yahudi Amerika untuk bisa memiliki peran dan posisi yang sejajar dengan kaum prianya. Perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan kaum wanita Yahudi Amerika bisa dilihat dalam sikap mereka terhadap hubungan percintaan, terhadap orang tua, maupun terhadap agama. Perubahan-perubahan ini bisa kita lihat proyeksinya di dalam karya satra, yakni dalam karya Bernard Malamud ("The Magic Barrel" dan The Assistant) den Philip Roth ("Epstein" dan Goodbye, CoIumbus). Oleh karena itu tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menunjukkan adanya perubahan sikap tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika terhadap hubungan percintaan, terhadap orangtua, dan terhadap agama di dalam karya-karya Bernard Malamud dan Philip Roth yang sudah di sebut di atas. Di dalam menganalisis keempat karya dari dua pengarang tersebut, penulis menggunakan tiga teori., yakni (1) teori hubungan antara pengarang, karya sastra dan realitas, (2) teori asimilasi, dan (3) teori gender. Ketiga teori ini merupakan landaaan pembicaraan atau analisis keempat karya di atas. Dari hasil analisis karya karya di atas, terjadi perubahan-perubahan sikap yang signifikan dari tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika yang merupakan proyeksi dari realitas kehidupan sehari-hari. Proses asimilasi dan gerakan feminisme kaum wanita kulit putih memberikan pengaruh yang besar di dalam perubahan-perubahan tersebut, sehingga Bernard Malamud dan Philip Roth menciptakan tokoh-tokoh wanita mereka sebagai pribadi yang kuat, yang berhak menentukan kehidupan mereka sendiri. Di dalam proses untuk menjadi wanita yang mendiri, tokoh-tokoh wanita Yahudi Amerika di dalam keempat karya tersebut terlibat di dalam konflik dengan orangtua mereka yang masih ingin mempertahankan nilai-nilai budaya Yahudi tradisional.
ABSTRACT American Jewish Women Characters In Bernard Malamud's "The Magic Barrel" And The Assistant And Philip Roth's "Epstein" And Goodbye, Columbus.American Jewish women have a different role and position from European Jewish women. In Europe, Jewish women were completely under the domination of the men. In the United States of America, however, they have a better position. It is true that they haven't completely freed from the men domination, but they have undergone significant changes in accordance with their role and position. Those changes do not automatically happen, but they struggle for them. The Americanization process and feminism movement of the American white women have great influence on the struggle of American Jewish women to be equal to men. Changes happening to the American Jewish women can be seen in their attitude toward romantic love, toward their parents, and toward religion. These changes are reflected in Bernard Malamud's "The Magic Barrel" and The Assistant and in Philip Roth's "Epstein" and Goodbye, Columbus. The purpose of the writing of this thesis, therefore, is to pinpoint the changes of attitude of the American Jewish women toward romantic love, toward their parents, and toward religion in Bernard Malamud's and Philip Roth's works mentioned above. In analyzing Bernard Malamud's and Philip Roth's works, the writer uses three theories, i.e. (1) the theory of relationship among the author, his work, and reality, (2) the theory of assimilation, and (3) the theory of gender. From the analysis of the previously mentioned works, the writer is able to prove that American Jewish women characters undergo significant changes in their attitude toward romantic love, toward their parents, and toward religion. More or less, these changes are closely related with the factual reality. In other words, their attitude changes in Malamud's and Philip Roth's works are the projection of the changes of the American Jewish women's attitude in general. The Americanization process and feminism movement of the American white women have great influence on them, so that Bernard Malamud and Philip Roth create their women characters as possessing strong personality and insisting on determining their own life. In process of becoming independent women, the American Jewish women characters in Bernard Malamud's and Philip Roth's works often conflict with their parents who still want to maintain traditional values of Jewish culture.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Miranda Marsaulina
Abstrak :
Tesis ini membahas konflik antara kelompok liberal dan kelompok konservatif mengenai isu kebebasan aborsi. Tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini adalah memahami suatu proses perjuangan untuk meningkatkan kualitas demokrasi melalui perluasan kebebasan individual dan persamaan hak. Tesis ini memanfaatkan model konflik Dahrendorf, teori demokrasi dan teori konservatisme dalam membangun kerangka teori untuk menganalisa kepentingankepentingan yang mendorong konflik berkelanjutan antara kelompok liberal dan konservatif mengenai isu kebebasan aborsi. Tesis ini menggunakan Pendekatan Kualitatif sebagai metodologi penelitiannya sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Hasil penelitian tesis ini adalah bahwa kompleksitas aspek-aspek dalam masyarakat majemuk Amerika Serikat, yang membentuk perbedaan paradigma mendasar dalam menafsirkan hak hidup prenatal, menggerakkan konflik antara kelompok liberal dan konservatif mengenai isu kebebasan aborsi berkesinambungan.
This thesis discusses the continuating conflict for abortion liberalization over liberals and conservatives. The aim of this thesis is to comprehend a process of struggle in improving democratic quality through the realization of individual liberties expansion and equality of rights. This thesis takes the patterning of conflict model from Dahrendorf, the theories of democracy and conservatism in constructing-the theoretical framework for analyzing the interests, which generate the continuation of abortion liberalization conflict over liberals and conservatives. This thesis uses a qualitative approach and a library research as its methodology as well as method. The result of this thesis is that the complex aspects of American plural society producing deeply distinctive views of fetus rights interpretation have stimulated the continuation of abortion liberalization conflict.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Hariyana
Abstrak :
Masalah penelitian ini adalah konsepsi Sherman Alexie yang menampilkan citra pranata sosial orang Indian yang baru yang merupakan lawan stereotip yang berlaku di kalangan kulit putih. Landasan teori tesis ini mengacu kepada beberapa sumber kepustakaan yang berupa tulisan dan penelitian terdahulu yang mencakup subjek-subjek tentang reservasi, stereotip, dan juga pranata sosial Indian. Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kualitatif dengan mendasarkan diri pada penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh baik dari sumber konvensional maupun situs internet resmi kemudian dipilih dan dianalisis guna membuktikan hipotesis. Hasil dari penelitian ini adalah untuk membuktikan hipotesis penelitian bahwa pemikiran Sherman Alexie tentang reservasi Indian menciptakan lawan stereotip yang biasa diberlakukan bagi orang Indian yang dibuat dan disebarluaskan oleh orang kulit putih melalui berbagai macam media baik tulisan maupun film yang membuat orang Indian tidak dikenal baik secara positif maupun negatif.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Lucyana Trisulo Negoro
Abstrak :
Program Fair Deal dan kebijakan pemerintah terhadap Federal Reserve Bank (1947) yang dicanangkan oleh presiden Harry S.Truman, adalah suatu kebijakan yang ditetapkan berdasarkan pemikiran atau sikap pragmatik dengan tujuan mengatasi persoalan krisis sosial dan ekonomi yang dialami bangsa AS. Selain itu program ini mengemban misi mobilisasi dana masyarakat untuk tujuan pembiayaan perang membendung kekuasaan komunisme. Hal ini diungkapkan dengan cara memberi dana bantuan dan ekspansi militer kepada Yunani dan Turki melawan komunis. Untuk mendukung kebijakan tersebut, Truman memanfaatkan berbagai macam isu sosial, ekonomi ataupun budaya dalam sikap yang diperlihatkan melalui doktrin-doktrin politik untuk mencapai tujuannya. Banyak cara yang digunakan Truman, di antaranya dengan menggunakan pendekatan humanisme agama, seperti mengatakan komunisme adalah paham kejahatan.Demikian ekonomi Amerika dalam keadaan darurat akibat inflasi yang berkepanjangan, kemudian dengan pendekatan budaya demokrasi sebagai ideologi bangsa, dengan bersikap menentang perlakuan diskriminasi terhadap masyarakat kulit hitam (Afro American). Pemanfaatan isu-isu dengan pendekatan pendekatan yang dilakukannya, menunjukkan upaya Truman untuk mendapatkan dukungan atau legitimasi dari masyarakat AS. Disamping itu Truman ingin memperlihatkan warna politik AS yang menolak dengan tegas paham komunisme. Dari berbagai cara atau pendekatan yang ditempuh oleh presiden Harry S.Truman, menunjukkan bahwa pengaruh yang amat melekat pada cara berpikir atau sikap Truman adalah perilaku pragmatik yang cerdas dalam memanfaatkan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan cara melibatkan dan memperhitungkan keberadaan nilai-nilai budaya Amerika.
President Harry S.Truman's policies on Fair deal program and pragmatism position of Federal Reserve Bank (1947) were intended to overcome economic difficulties due to inflation at that time. The other intentions were to improve public social welfare, to give civil rights' protection and to mobilize the funds for financing the war against the communism regime. This policy showed good leadership, bright idea and nationalism of president Harry S.Truman to the United States nation. His success on Fair deal program was closely related to pragmatism on his taking good advantage of the situation and condition as a solution to problem solving on difficulties of individual, public or nation or even the president himself. President Harry S.Truman had to solve the problems on social, economy or politics such as inflation which led to poor society, abuse on democratic value through discrimination on the Afro American or the threat of communism regime. To cope with those problems, He launched Fair deal program and allows the government to interfere with the Federal Reserve Bank (The Fed.) authority. Through qualitative research and constructive theory model approach and by structural and cultural strategy on his policy, it can be shown that the principle of pragmatism through taking good advantage of related situation and condition with the other cultures (democracy, capitalism and humanism) which was done by President Harry S.Truman can achieve significant success.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdolah Tamher
Abstrak :
Pada masa pemerintah Reagan, Amerika dilanda kasus yang cukup kontroversial dengan kebijakan umum pemerintah di dalam menyikapi hubunganhubungannya dengan Negara-negara yang tidak sehaluan dengan ideologi Amerika. Kasus ini kemudian mencuat kepermukan dan lebih dikenal sebagai kasus Iran-Contra. Sikap pers Amerika cukup kritikal dalam menanggapi kasus ini. Seperti dipahami secara umum, sikap pers Amerika, tidak saja yang tercetak (surat kabar) maupun media elektronik (televisi) sama-sama tidak sejalan dengan apa yang ditempuh oleh Reagan, baik terhadap pemerintah Iran maupun terhadap pemerintah Nicaragua. Sementara opini public di Amerika ketika itu terpecah antara yang mendukung dan yang menentang. Inti persoalannya adalah bahwa pemerintah Reagan secara diam-diam telah menjual senjata ke Iran, yang sudah jelas-jelas bukan partner Amerika dalam politik globalnya. Hasil penjualan senjata tersebut digunakan oleh Reagan untuk membantu Nicaragua yang sedang terlibat dalam konflik lokal dengan pihak komunis. Sementara itu semua bantuan militer dan keuangan terhadap Contra adalah bertentangan dengan Boland Amendment. Apa yang dilakukan oleh Reagan terhadap Iran bisa membawa dirinya ke jalur impeachment, namun kemudian hal itu tidak terjadi pada diri Reagan. Walaupun pihak media sendiri ketika itu punya posisi yang tegas dengan mengkritik tindakan Reagan namun media ternyata punya alasan yang cukup kuat membenarkan Reagan, bahkan tokoh Oliver North dianggapnya sebagai pahlawan dalam hal ini. Media massa baik cetak maupun elektronik, selama pemerintahan Reagan berlaku lunak, tidak berarti media meninggalkan prinsip the watchdog unction nya terhadap pemerintah, akan tetapi Reagan ternyata punya cukup kebijakan yang strategis bagaimana membina hubungan baik dengan media. Dan ini berlainan dengan presiden-presiden Amerika sebelum dan sesudahnya. Sebagai kerangka pikir teoritik yang digunakan dalam tesis ini adalah meminjam teori pers libertarian yang dirintis oleh John Stuart Mill, John Milton dan John Locke. Filosofinya adalah bahwa media harus bertindak sebagai watchdog terhadap pemerintah dan mencari kebenaran. Disamping itu media bisa juga digunakan atau berfungsi sebagai alat politik. Walaupun control terhadap media bisa dilakukan, akan tetapi hanya untuk kasus-kasus tertentu saja dan control tersebut biasanya melalui lembaga peradilan, Namun yang paling penting adalah bahwa media dimiliki oleh swasta. Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Data dan informasi yang peneliti gunakan adalah semuanya dalam bentuk data sekunder yang diperoleh dari sumber tertulis, buku-buku, dokumen dan terbitan-terbitan berkala seperti surat kabar, rnajalah maupun bentuk dokumen lainnya. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini intinya adalah bahwa : Dalam kasus Iran-Contra hubungan pers dengan pemerintah tidak harmonis, karena kedua belah pihak mempunyai kepentigannya sendiri-sendiri. Pers di Amerika tidak berorientasi kepada politik pemerintah, artinya ia bukan atas pemerintah bahkan secara eksterm, pers merupakan lawan pemerintah, disamping itu juga pers Amerika banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosialnya, sehingga posisinya cukup kuat untuk lebih mengutamakan kepentingan publik ketimbang kepentingan pemerintah. Dalam kasus Iran-Contra pers ketika itu mengalami kesukaran di dalam mengungkapkan kasus tersebut. Hal ini disebabkan karena penyidik irrdeperrderrl councel (Lawrence Walsh) tetap menuntut agar tuduhan dapat dikenakan dakwaan. Kasus Iran-Contra bukanlah kesalahan konstitusional akan tetapi hanyalah kesalahan procedural, dan yang hanya merupakan penyimpangan dari prinsip check and halaces yang terjadi akibat dari adanya patriotisme yang tinggi yang melekat pada diri Presiden Reagan dan pembantu-pembantunya di NSC untuk membela sebagai apa yang mereka anggap sebagai kepentingan Amerika di Amerika Tengah di Teluk Persi termasuk Sandra Amerika yang disekap di penjara Lebanon.
In the era of Reagan regime, America experience rather, controversially, government general policy in responding their relations with other countries being not line with America's ideology. Then, this case had emerged and more be recognized as Iran-Contra case. Press of America responded -such case more critically. As public speaking, press of America is not as printing media solely, but also electronic mass media (television) had not agreed with what had been attained by Reagan, either with Iran or to Nicaragua governments. Meanwhile public opinion in America had been separated among pro and contra opinion at that's time. The core of problem is that secretly, Reagan regime had sold weapons to Iran being not American's partner in global politic actually. The revenue from those selling had been used for helping Nicaragua who involve in local conflict with communists. At moment, all military and financial assistances against Contra is contradicted with Boland Amendment. What had been implemented by Reagan with Iran it may bring his self to impeachment line, nevertheless, it had not occurred to Reagan. Although self mass media has prompt position by criticizing Reagan's commitment, but, really, more strongly, mass media has self opinion to justify Reagan, even, the figure of Oliver North had been recognized as hero in this case. In the era of Reagan's regime, mass media both printing and electronic had treated softly, and media had leaven their principle of Watchdog with government, but, sufficiently, in reality Reagan had strategic policy how to build good relation with media. And it is contradicted with other America's presidents previously or thereto. As theoretical frame used in this thesis is libertarian press theory pioneered by John Swart Mill, John Milton and John Locke. Philosophically, mass media should act as watchdog with government for seeking out the truth. As well as mass media may be used or functioned as political means. Although, control against mass media may be realized, but, it just for certain cases and usually, it is conducted by press' s trial, Most importantly, mass media is owned by private sector. The research conducted by author herein use qualitative research and descriptive analysis approaches. Data and information used by researcher all of them in secondary data obtained from written resources those are : books, documents, periodical publishing such as news papers, magazine or other documents. As conclusion from this research essentially, as follows : In Iran-Contra case the relations among press and government had not been harmony, both parties had had selves interests. America' s press had not been oriented to government policy, it means it is not government's means but extremely, press of America is government's opposition unless it had been influenced by some social environment factors, so that, rather, its position is strong to prioritize publics interests than government one. In Iran-Contra case at that's time press had had trouble in revealing such case. It is caused by independent council investigator (Lawrence Walsh) remain prosecute in order to sue it. Iran-Contra case is not constitutional failure, but, solely, it is only as procedural one and deviating from check and balance principle occurred as result of the high patriotism own by President Reagan and his assistants at NSC for defending what they assume as America's interest at Center America at Persian Gulf including American's hostage seized at Lebanon's jail.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>