Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Frida Agu
Abstrak :
Dengan makin bertambahnya jumlah lanjut usia di Indonesia, maka pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan mental bagi kelompok usia tersebut merupakan hal yang perlu mendapat perhatian. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan mental yang adekuat, maka, diperlukan data prevalensi gangguan mental lanjut usia yang ada di masyarakat. Saat ini di Indonesia belum ada data prevalensi gangguan mental pada lanjut usia. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi gangguan mental lanjut usia di Keluraban Manggarai, Kecamatan Tenet, Jakarta Selatan. Besar sample 144 subyek penelitian, berusia 60 tabun dan lebib. Pengambilan sampel dengan menggunakan cara cluster random sampling. Instruinen yang dig unakan adalah Composite International Diagnostic Interview (CIDI) versi 1.1. Dari hasil penelitian diperoleh; prevalensi gangguan mental lanjut usia di kelurahan Manggarai sebesar 25%. Tidak ada perbedaan bermakna antara jumlah lanjut usia wanita dan lanjut usia Aria yang mengalaxni gangguan mental Sindrom otak organik merupakan gangguan yang paling banyak terdeteksi dad penelitian ini yakni 11,7 %. Semua gangguan akibat deficit kognitif antara lain Depresi, Delirium, Dimensia, Sindroma Pasca Kontusio serebri dan retardasi mental dapat masuk dalam sindroma otak organik- Cangguan mental lainnya yaitu Depresi 6,2 % dan Gangguan camas 4,7 %, juga merupakan gangguan yang berada pads urutan kedua dan ketiga setelah sindroma otak organik. Prevalensi gangguan mental pada lanjut usia yang ditemukan pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Jarvik LF dalam Comprehensive textbook of Psychiatry bahwa 15 - 25 % dad lanjut usia mengalami gangguan mental instrumen yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat mendeteksi gangguan Demensia yang banyak dijumpai pada lanjut usia. Oleh karena itu diperlukan perangkat yang dapat mendeteksi secara spesifik gangguan. mental pada lanjut usia.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mierna Reismala
Abstrak :
Perubahan fungsi memori dapat terjadi pada pekerja las akibat pajanan mangan dan aluminium. Efek nikotin pada rokok dapat meningkatkan fungsi memori dalam waktu singkat namun merusak pada pajanan lama. Terdapat juga kontribusi radikal bebas rokok terhadap gangguan memori. Penelitian ini bertujuan membandingkan fungsi memori pekerja pengolah logam berdasarkan kebiasaan merokok yang diukur kadar kotininnya. Metode: Desain penelitian potong lintang, subyek penelitian 97 pengolah logam. Pajanan logam lingkungan diukur dengan Atomic Absorbsion Spectrophotometry. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan pemeriksaan neuropsikiatri Becks Depression Inventory II, digit span backward, dan Rey Osterrieth Complex Figure Test mengukur fungsi memori pada skor panggil tundanya. Pajanan rokok diukur dengan indeks Brinkmann dan kadar kotinin plasma subyek penelitian. Hasil: Kadar logam berat di lingkungan adalah 4x10-6 mg/m3 untuk mangan dan 1x10-6 mg/ml3 untuk aluminium dan masih di bawah ambang batas nasional. Fungsi memori pekerja perokok sedang (median 10,7{8-13,5}) lebih rendah dibandingkan bukan perokok (median 23{7-34}) (p=0,02). Median skor fungsi memori kelompok kadar kotinin darah ≥ 14 mg/ml adalah 23(5-34) yang tidak berbeda bermakna dengan fungsi memori kelompok dengan kadar kotinin darah < 14 mg/ml yaitu 21(7-35) (p=0,826). Kesimpulan: Ada perbedaan fungsi memori antara kelompok perokok sedang dan bukan perokok pada pekerja pengolah logam dengan kadar logam lingkungan di bawah ambang batas nasional, sedangkan berdasarkan pembagian kadar kotinin darah tidak ada perbedaan fungsi memori yang bermakna.
Background and Objective: Changes in memory function as a result of manganese and aluminium exposure is a potential risk to metal workers. The effect of tobacco?s nicotine can enhance memory in short term but damaging in long term. Tobacco?s free radical is also a contributing factor in disrupting memory function. This study was conducted to compare the memory function of metal workers based on the metal fume exposure and their smoking habit. Methods: This cross-sectional study consist of 97 metal workers. Metal fume exposure in the workplace measured using Atomic Absorbsion Spectrophotometry. Data collected through interview, neuropsychiatric examination with Becks Depression Inventory II, Digit Span Backward, and Rey Osterrieth Complex Figure Test to measure memory function by means of the delayed recall score. Smoking exposure evaluated by Brinkmann Index and analyzing cotinine in blood. Results: Metal exposure in the workplace are 4x10-6 mg/m3 for manganese and 1x10-6 mg/ml3 for aluminum, below national limit. Memory function of moderate smokers (10,7{8-13,5}) are lower than non smokers (23{7-34}) (p=0,02). Workers with blood cotinine level ≥ 14 mg/ml have memory function 23(5-34) not significantly different with those whose blood cotinine level < 14 mg/ml {21(7-35)} (p=0,826). Conclusions: Exposed by metal fume below national exposure limit, there is a statistically significant distinction between group of non smokers and moderate smokers metal workers in their median score of memory function which is not shown by comparison of memory function based on blood cotinine level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasojo
Abstrak :
Penelitian ini mencari perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok pada mahasiswa UI di antara kelompok responden berdasarkan akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan teknik menggunakan kuesioner. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari dalam diri responden (n=96) adalah 4,43 dari skor maksimal 7. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari luar diri responden adalah 3,31 dari skor maksimal 7. Lima puluh delapan dari 96 responden (60,4%) menyatakan membeli di warung sebagai akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Analisis Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri yang bermakna di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli di swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI= 95%, P= 0,88), maupun antara motivasi berhenti merokok dari luar diri di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI= 95%, P= 0,28). Hasil ini menunjukkan bahwa faktor yang lebih berpengaruh kepada motivasi berhenti merokok seseorang adalah faktor dari dalam diri sendiri dibandingkan dari luar diri. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai faktor dari dalam diri untuk meneliti motivasi berhenti merokok karena didapatkan bahwa faktor dari dalam diri lebih berperan dalam hal ini. ......This study aims to seek out the means difference in smoking cessation motivation among Universitas Indonesia students among respondent based on their access to cigarette. The method of this research is cross-sectional with questionnaire as the data-gathering means. The means of smoking cessation motivation because of internal factors of the respondents (n=96) is 4.43 out of 7. The means of smoking cessation motivation because of external factors of the respondents is 3.31 out of 7. Fifty eight respondents out of 96 respondents (60.4%) stated that buying cigarette in stalls is the most frequently used access to cigarette. Anova analysis shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from internal factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (P= 0.878). Anova analysis also shows shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from external factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (P = 0.28). This results indicates that smoking cessation motivation is more affected by internal factors than external factors. It is better to make a research for internal factors that affect smoking cessation motivation in the future because internal factors are more govern to smoking cessation motivation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Ananda Rianto
Abstrak :
Berbagai penelitian menemukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adanya gangguan jiwa. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena efek buruk yang ada dari kedua hal tersebut. Untuk mencoba mencegah hal ini, peneliti meneliti hubungan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologi. Populasi mahasiswa Universitas Indonesia dipilih untuk menyamakan latarbelakang subjek dan peran mahasiswa sebagai masa depan bangsa. Penelitian cross-sectional dilakukan dengan memberi kuesioner tentang tingkat kebiasaan merokok dan munculnya gangguan psikopatologi dengan menggunakan SCL90 kepada 100 subjek penelitian dengan convenience sampling. Kemudian dibandingkan nilai total SCL 90 antara perokok ringan dan sedang dengan perokok berat. Jumlah perokok ringan adalah 30 (30%), perokok sedang 52 (52%),dan perokok berat 18 (18%). Dari seluruh responden didapatkan 62 orang memilki psikopatologi yang bermakna. Hasil uji chi-square antara tingkat kebiasaan merokok ringan-sedang dengan gejala psikopatologi yang didapatkan hasil tidak bermakna dengan p > 0,05 (p 0,534). Tidak didapatkan hubungan signifikan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologi yang ada saat ini. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang serupa dan yang dilakukan di masyarakat. Pada penelitian juga didapatkan dimensi psikopatologi terbanyak adalah dimensi tambahan diikuti obsesif-kompulsif. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami hubungan yang ada pada variabel. ...... Many researches show that there is a relationship between smoking and mental illness. This is a bad thing, because both of it can give bad effect to people's life. That is why to prevent this, researcher want to know whether there is correlation between the rate of smoking and psychopathology symptom. Student of University of Indonesia is chosen so the subject will have same background and the fact that university student have an integral role for the future of this country. Cross-sectional research does with giving questionnaire address the rate of smoking and psychopathology symptom using SCL90 to 100 subject with convenience sampling. Then researcher compares SCL90 total score between light-medium smoker and heavy smoker. Amount of light smoker is 30 (30%), medium smoker is 52 (52%), and heavy smoker is 18 (18%). From the respondent, there 62 student who have significant psychopathology symptoms. From chi-square test shown correlation between rate of smoking and psychopathology symptom is not significant with p > 0.05 (p: 0.534). There is no significant relation between rate of smoking and psychopathology symptom in this research. This result is not same with other similar researches. The most common psychopathology dimension found is additional and obsessive-compulsive dimension. There still needed further research to know the relation between variables.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Harsono
Abstrak :
Guru Sekolah Dasar berperan sangat penting untuk mendeteksi anak dengan GPPH, oleh karena mereka berhubungan langsung dengan anak didik di dalam kelas dan sekolah pada umumnya. Dengan demikian guru Sekolah Dasar seyogyanya memiliki pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH yang baik agar bisa melakukan deteksi dini kasus tersebut di antara anak didiknya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH pada guru Sekolah Dasar di Jakarta serta hubungannya dengan lama pengalaman mengajar di Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Pengetahuan, pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner yang dibuat khusus untuk penelitian ini, dan terbukti sah dan handal berdasarkan uji validasi dan reliabilitas dengan Cronbach alpha sebesar 0.873 dan Pearson’s r > 0.25. Kuesioner tersebut disebarkan pada 422 guru Sekolah Dasar di Jakarta yang berasal dari 21 sekolah, kemudian dengan uji acak sederhana didapatkan 384 subjek penelitian. Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS 20th untuk Mac. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan/pemahaman yang sangat rendah (58.9%), tingkat persepsi yang rendah (56.5%), dan tingkat sikap yang cukup (60.7%). Lama mengajar berhubungan secara signifikan dengan tingkat pengetahuan/pemahaman terhadap GPPH. Dengan demikian, diperlukan peningkatan pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH pada guru Sekolah Dasar melalui program edukasi yang tepat dan pelatihan keterampilan dalam deteksi dini GPPH. ...... Elementary School Teachers play a very important detecting children with ADHD, because they deal with students directly in the classroom and in the school generally. Thus elementary school teachers should have a good knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD so that they can make early detection among their students. The aim of this study is to get an overview about the level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD among elementary school teacher in Jakarta and its relationship with teaching experience in elementary schools. This study uses cross-sectional design. Knowledge, understanding, perception, and attitude towards ADHD are identified using a questionnaire created specifically for this research, and proven valid and reliable based on validation and reliability with a Cronbach's alpha of 0.873 and Pearson's r > 0.25. The questionnaires were distributed to 422 elementary school teachers in Jakarta from 21 schools, then with simple random sampling, 384 research subjects were found. Data were analyzed using SPSS 20th for Mac. The results showed the level of knowledge/understanding is very poor (58.9%), poor level perception (56.5%), and moderate level of attitude (60.7%). Teaching experience is significantly related with the level of knowledge/understanding towards ADHD. Thus, it is necessary to increase the knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD among elementary school teachers through appropriate educational programs and workshops about early detection of ADHD.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Rusady Goey
Abstrak :
Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH) memerlukan tatalaksana yang komprehensif yang melibatkan psikolog, psikiater anak dan dokter anak. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/ pemahaman, perspepsi, dan sikap psikolog di Indonesia, serta hubungannya dengan lama pengalaman praktek mereka. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan cara menyebarkan kuesioner melalui google docs kepada para psikolog di Indonesia melalui Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI). Dari semua kuesioner yang diisi dengan lengkap dipilih secara acak sederhana sebanyak 96 subjek penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat khusus untuk menilai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi dan sikap terhadap GPPH, dan sudah terbukti valid dan sahih. Sebagian besar psikolog yang terlibat dalam penelitian mempunyai tingkat pengetahuan dan pemahaman yang rendah (52.08%), tingkat persepsi yang rendah (51.04%), dan sikap yang rendah (40.63%) terhadap GPPH. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara lama pengalaman praktek dengan pengetahuan dan pemahaman (p=0.000) serta persepsi (p=0.001). Sebaliknya, tidak ditemukan adanya asosiasi antara lama pengalaman praktek dengan sikap dari psikolog terhadap GPPH (p=0.055). Kesimpulan, mayoritas psikolog memiliki tingkat pengetahuan, pemahaman, persepsi dan sikap yang belum optimal terhadap GPPH. Oleh karena itu, edukasi tentang GPPH sebaiknya terus diberikan kepada mereka untuk mendukung tatalaksana yang lebih komprehensif bagi anak dengan GPPH. ...... Attention- Deficit/ Hyperactivity Disorder (ADHD) requires comprehensive management which involves psychologists, pediatric psychiatrists, and pediatricians. Therefore, it is important to identify the level of knowledge, understanding, perception, and attitude of psychologists in Indonesia towards ADHD and their association with the psychologists’ practice experience. This study used cross sectional design, which was conducted by distributing questionnaire via google docs to psychologists through Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI). From all the completed questionnaires, 96 research subjects were chosen by simple random sampling. The questionnaire used in this study was particularly made to assess the level of knowledge/ understanding, perception, and attitude towards ADHD and it is proven to be valid and reliable. The majority of psychologists had poor level of knowledge/ understanding (52.08%), perception (51.04%), and attitude (40.63%) towards ADHD. The result also showed that there is an association between practice experience and knowledge/ understanding (p=0.000) as well as perception (p=0.001). However, there is no association between practice experience and attitude of psychologists towards ADHD (p-0.055). In conclusion, most psychologists had poor level of knowledge/ understanding, perception and attitude towards ADHD. Thus, education about ADHD should be given constantly to psychologists to support a more comprehensive management for children with ADHD.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Lesmana Putra
Abstrak :
Kecemasan adalah perasaan subjektif seperti rasa waswas, takut, atau antisipasi dan terdapat kewaspadaan dan sikap menghindar dari keadaan yang membuat cemas. Cemas merupakan respon psikologis primer terhadap stress. Kebiasaan merokok sendiri merupakan kegiatan yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit mematikan tertinggi di dunia dan mempunyai efek terhadap berbagai sistem di tubuh. Kecemasan dan kebiasaan merokok memiliki hubungan timbal balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecemasan dengan tingkat kebiasaan merokok. Penelitian dilakukan pada mahasiswa di Universitas Indonesia, Depok pada bulan Juni 2013 hingga bulan Juli 2013. Penelitian dilakukan dengan disain crosss-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada mahasiswa yang telah setuju mengikuti penelitian. Jumlah subyek penelitian adalah 97 mahasiswa. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai kebiasaan merokok mahasiswa, dan Zung?s Self Rating Anxiety Scale. Hasil penelitian menunjukkan 53% mahasiswa memiliki kecemasan dan 53% mahasiswa merupakan perokok berat. Analisis bivariat terhadap kecemasan dan tingkat kebiasaan merokok subyek menunjukkan hasil p=0,983. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat kebiasaan merokok dan cemas. Meskipun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lanjutan mengingat lebih dari setengah responden memiliki kecemasan. ...... Anxiety is a subjective feeling like anxious, afraid or anticipation for situation that make anxious. Smoking is one risk factor for deadly disease and has effect on many different systems in our body. Anxiety and smoking have a connection. This research is conducted to find out whether there is a connection between smoking and anxiety. This research was conducted on university of Indonesia?s students in June to July 2013. This research design's is cross-sectional. The data is gathered by giving approved students a questionnaire which they would fill in. The number of subjects of this research is 97. The questionnaire is filled with question about students smoking behavior and Zung?s Self Rating Anxiety Scale. The results shows that 53% students had anxiety and 53% students was a heavy smoker. The bivariat analyst between anxiety and students smoking behavior showed p=0,983. The score showed that there is no relationship between anxiety and the smoking heavyness. Nevertheless, further research need to be conducted because more than half respondent have anxiety.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Notario Besri
Abstrak :
Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Prevalensi perokok Indonesia cukup besar, 34,2% untuk perokok usia lebih dari 15 tahun dan 32,8% dari total perokok berusia 20 ? 24 tahun. Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dan kebiasaan merokok pada kelompok umur mahasiswa yang rentan mengalami depresi. Desain penelitian cross-sectional dengan sampel 97 mahasiswa Universitas Indonesia dengan cara convenient sampling. Tingkat depresi ditentukan dengan kuisioner Beck Depression Inventory. Tingkat kebiasaan merokok ditentukan dari rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Hasil didapatkan 38,1% dari total responden responden perokok ringan, 40,2% perokok sedang, dan 21,6% perokok berat. Prevalensi depresi 21,6%, di antaranya 17,5% dari total responden mengalami depresi ringan, 3,1% mengalami depresi sedang hingga berat, dan 1% mengalami depresi berat. Pada uji chi-square, didapatkan nilai p = 0,608 (CI 95%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara depresi dan tingkat kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan random sampling, penggunaan metode lain untuk menentukan tingkat depresi dan kebiasaan merokok, dan penggalian faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi. ...... Study shown that there is a relationship of depression and smoking habit. Indonesia has high prevalence of smokers, 34.2% among > 15 years old smokers and 32.8% of them are 20 ? 24 years old. This research aim to find relationship between level of depression and smoking habit among college students. It is cross-sectional study and the samples are 97 college students of University of Indonesia by convenient sampling. Level of depression is measured by Beck Depression Inventory questionnaire and smoking habit is measured by average of cigarrettes consumed daily. The results are 38.1% of total respondents are light smokers, 40.2% are moderate smokers, and 21.6% are heavy smokers. Prevalence of depression is 21.6%, of whom 17.5% of total respondents have a mild-moderate depression, 3.1% have a moderate-severe depression, and 1% has severe depression. By Chi-square analysis, p value is 0.608 (CI 95%) and it is concluded that there is no relationship between depression and smoking habit among college students. Similar researches show that there is a relationship of depression and smoking habit. Further research needs to be conducted by random sampling, using other methods to determine level of depression and smoking habit, and seeking other factors causing depression.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Tirka Nandaka
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengetahui secara deskriptif prevalensi psikopatologi dan secara khusus mengetahui prevalensi psikopatologi terhadap anggota prajurit marinir TNI-AL saat menjelang purna tugas. Penelitian ini merupakan studi cross sectional terhadap 96 sampel anggota marinir TNI-AL saat menjelang purna tugas di wilayah DKI Jakarta periode Agustus 2003 sampai Oktober 2003, dengan menggunakan instrumen SCL-90. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi psikopatologi anggota marinir TNI-AL menjelang pensiun 1 - 3 tahun ke depan sebesar 42.7%. Proporsi kejadian psikopatologi saat 1 tahun menjelang pensiun sebesar 91,3%, 2 tahun menjelang pensiun sebesar 61,3% dan 3 tahun menjelang pensiun sebesar 2,4%. Secara umum dimensi psikopatologi yang timbul pada penelitian ini adalah somatisasi 51,0%, psikotikisme 38,%, fobia 38,5%, ide paranoid 37,5%, ansietas 37,5%, depresi 33,3%, item tambahan 33,3%, obsesi kompulsif 32,3%, hostile 27,1% dan sensitivitas interpersonal 25,0%. Analisis statistik dengan uji Chi square antara lama masa (1 tahun, 2 tahun, 3 tahun) menjelang puma tugas dengan kejadian psikopatologi menunjukkan hasil yang bermakna dengan p = 0,00000. Begitu pula terdapat hubungan yang bermakna antara lama masa (1 tahun, 2 tahun, 3 tahun) menjelang puma tugas dengan kejadian tiap-tiap skala psikopatologi di mana seiuruh skala menunjukkan p <0,05. Lebih dari 60% anggota marinir TNI-AL terdapat psikopatologi secara bermakna yang telah timbui mulai 2 tahun menjelang pensiun.
Objective: In general this study is to know the description of psychopathology and particularly to know the prevalence of psychopathology of TNI-AL marine's corps before entering the retirement. Method: This is a cross sectional study using 96 samples which taken from DKI Jakarta area in the period August 2003 - October 2003. This study uses SCL-90, for establishing the psychopathology. Results: The results of this study show that the psychopathology prevalence in TN!-AL marine's corps I - 3 years before entering the retirement is 42.7%. Even the proportion of psychopathology 1 year before the retirement is 91.3%. Psychopathology dimension in general are somatisation 51.0%, psychotism 38.5%, phobia 38.5%, paranoid idea 37.5%, anxiety 37.5%, depression 33.3%, additional item 33.3%, obsessive compulsive 32.3%, hostile 27.1% and interpersonal sensitivity 25.0%. There is a significant relationship in Chi square between 1 year, 2 years and 3 years with the frequency of psychopathology (p = 0.00000). There is a significant relationship in Chi square too between 7 year, 2 years and 3 years with the frequency of each psychopathology dimension (p <0.05 for each dimension). Remarks: More than 60% TN/ AL marine's corps has the significant psychopathology which develops within two years before entering the retirement. Therefore it is important to anticipate with the concrete steps before entering the retirement to prevent the psychopathology become worse.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Ashal
Abstrak :
Tesis ini membahas uji validitas dan reliabilitas instrumen Triage Assestment System: Crisis Intervention Versi Bahasa Indonesia dalam mengukur derajat keparahan krisis psikologis yang dialami seseorang. Krisis psikologis merupakan kondisi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai gangguan psikiatri. Diperlukan suatu instrumen untuk mendeteksi dan menentukan derajat keparahan krisis psikologis, yang akan digunakan sebagai dasar penentuan intervensi yang sesuai. Uji validitas dan reliabilitas instrumen TAS-CI dilaksanakan dengan subjek penelitian tenaga medis departemen Psikiatri RSCM (N=50), selanjutnya subjek diminta melakukan penilaian terhadap tayangan kasus video vignette krisis psikologis menggunakan instrumen TAS-CI. Penelitian ini menghasilkan uji konsistensi internal Cronbach's Alpha = 0,772-0,861, uji reliabilitas inter-rater membuktikan tidak ada perbedaan bermakna penilaian krisis oleh residen psikiatri, dokter muda dan perawat untuk kasus krisis derajat ringan dan sedang, namun terdapat perbedaan bermakna untuk kasus krisis derajat berat. Hasil uji validitas isi = 0,991 dan validitas konstruksi menunjukkan korelasi komponen dengan skor total TAS-CI yang baik (p <0.001). Instrumen TAS-CI terbukti kesahihan dan keandalannya dalam menentukan derajat keparahan krisis psikologis pasien untuk krisis derajat sedang dan ringan, namun berhati-hati untuk penilaian kasus krisis derajat berat. ...... This thesis discusses the validity and reliability of Indonesian version of Triage Assestment System: Crisis Intervention (TAS-CI) instrument. Psychological crisis may cause many kind of psychological disorders to the patients. We need the valid and reliable instrument for assest the severity of psychological crisis as base to perform the apropriate interventions. For testing the validity and reliability TASCI, we used RSCM Psychiatry Departement medical staff (N=50) as subject, and ask them to rate the crisis cases from videos vignette by using TAS-CI. The study resulted chronbach`s alpha score = 0,772-0,861, Inter-rater reability test resulted no significant different of rating by psychiatry residents, nurses, and junior clerkship doctors for light and mild crisis cases, but significant different for severe crisis. Content validity test resulted = 0,991 and construction validity test resulted the good correlation between components instrument to total score instruments (p<0,001). The study proved the validity and reliability instrumentnt for rating the severity of crisis for light and mild crisis case, but still needs carefully attention in rating severe crisis case.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>