Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jusephina
"Literasi gizi adalah tingkatan dimana seseorang memiliki kapasitas untuk menperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar seputar gizi. Literasi gizi dapat memengaruhi pembentukan pola makan pada usia remaja dan dewasa muda. Skripsi ini meneliti tingkat literasi gizi pada mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengannya, antara lain jenis kelamin, rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan, dan tingkat uang saku.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional kepada 373 mahasiswa sarjana Universitas Indonesia angkatan 2017 dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari tiga domain literasi fungsional, interaktif, dan kritikal. Data dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan 47.2 responden memiliki literasi gizi tidak adekuat. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan dengan tingkat literasi gizi total p = 0.000, OR = 4.6 . Rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan juga berhubungan bermakna dengan literasi gizi fungsional p = 0.000, OR = 2.9, dengan literasi gizi interaktif p = 0.002, OR = 2.5, dan dengan literasi gizi kritikal p = 0.001, OR = 2.7.

Nutrition literacy is defined as the degree to which individual has the capacity to obtain, process, and understand about basic nutrition information. Nutrition literacy can affect the formation of different diet in adolescents and young adults. This thesis examines the level of nutrition literacy among first year undergraduate students to know about the factors associated with it, including gender, clusters of health and non health science, and allowance.
This study used cross sectional design to 373 first year undergraduate students in University of Indonesia by using the questionnaire instrument consisting of three domains functional, interactive, and critical. Data were analyzed by chi square test.
The result showed that 47,2 of respondents had inadequate nutrition literacy. The result of bivariate analysis showed that there is a significant correlation between health science and non health science cluster with the total nutrition literacy rate p 0.000, OR 4.6 . Health science and non health science cluster were also significantly associated with the functional nutrition literacy p 0.000, OR 2.9, interactive nutrition literacy p 0.002, OR 2.5, and critical nutrition literacy p 0.001, OR 2.7.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaime Theophania
"Tingkat literasi gizi menggambarkan derajat seseorang memiliki kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar. Literasi gizi terdiri dari 3 bentuk, yaitu fungsional, interaktif, dan kritikal. Tingkat literasi gizi yang rendah pada ibu balita dapat berdampak pada praktik pemberian makan yang keliru kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran literasi gizi pada ibu balita, dan mengetahui perbedaan proporsi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya dilakukan pengukuran literasi gizi pada ibu balita agar dapat diketahui tipe intervensi terkait gizi apa yang cocok dilakukan untuk sasaran di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan dengan cara door-to-door membagikan kuesioner ke rumah-rumah ibu balita yang dibantu oleh ibu kader. Jumlah responden yang didapatkan adalah 100 responden, yang tersebar di 3 kelurahan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi gizi responden secara umum masih kurang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan literasi gizi kritikal bermakna berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, dengan nilai p=0,004 dan nilai OR=3,42.

Nutritional literacy level describes the degree of capacity to acquire, process, and understand basic nutrition information. Nutrition literacy consists of 3 forms, namely functional, interactive, and critical. Low nutritional literacy rates in underfive mothers can have an impact on the erroneous feeding practices. This study aims to measure nutritional literacy in pre school children mothers, and to know the difference in the proportion of factors that influence it. The importance of measuring nutritional literacy in underfive mothers is to know what type of nutrition related intervention is appropriate for the target in the study sites. This research is done with quantitative approach and cross sectional design. The research was done by door to door distributing questionnaires to the homes of mother to mother assisted by mothers cadres. The number of respondents obtained is 100 respondents, spread over 3 different urban villages. The result of the research shows that the level of nutritional literacy of respondents in general is still less. The results showed that there was significant critical nutritional literacy difference based on family income level, with p value 0,004 and OR 3,42. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Claudia Anastasia Putri
"ABSTRAK
Literasi gizi adalah derajat kapasitas seseorang dalam memperoleh, memproses, memahami informasi dasar gizi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan gizi yang benar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran literasi gizi anak sekolah dasar di Jakarta Timur serta perbedaan proporsi variabel independen seperti jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orangtua, penggunaan media, dan peran guru berdasarkan tingkat literasi gizi. Literasi gizi sendiri dibagi menjadi tiga domain utama yaitu fungsional, interaktif, dan kritikal. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4,5, dan 6 di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Kelapa. Jumlah responden sebanyak 87 orang dan pengambilan data dilakukan dengan instrumen Nutrition Literacy Scale NLit dan Nutrition Literacy Scale for Adolescent NLAA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan proporsi literasi gizi fungsional berdasarkan jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orangtua, penggunaan media. Terdapat perbedaan proporsi literasi gizi interaktif berdasarkan penggunaan media. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi studi awalan penelitian literasi gizi di Indonesia.

ABSTRACT
Nutrition literacy can be defined as the degree to which people have the capacity to obtain, process and understand basic nutrition information. This research discusses the description of nutritional literacy of primary school children in East Jakarta and the difference of independent variable proportion such as gender, father education, mother education, parent income, media use, and teacher involvement based on nutritional literacy level. Nutritional literacy itself is divided into three main domains functional, interactive, and critical. This research is a quantitative research with cross sectional design. Respondents in this study were elementary school children in grade 4.5, and 6 in Kelurahan Duren Sawit and Kelurahan Pondok Kelapa. The number of respondents was 87 people and the data was collected using Nutrition Literacy Scale NLit and Nutrition Literacy Scale for Adolescent NLAA. The results showed that there were differences in the proportion of functional nutritional literacy by sex, father 39 s education, maternal education, parent income, and media use. There is a difference in the proportion of interactive nutritional literacy based on media use. This research is expected to be a prefix study of nutrition literacy research in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabrielle Agustin Ternadi
"Individu dalam usia dewasa muda mulai mengembangkan gaya hidup mandiri, termasuk mengatur makanan yang dikonsumsi. Perubahan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan gaya hidup, termasuk pola konsumsi. Pola konsumsi yang tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit tidak menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi saat dan setelah pandemi COVID-19 berdasarkan faktor individu dan sosioekonomi pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia tahun 2023. Proses pengambilan data dalam penelitian dilakukan secara daring pada bulan April-Juni 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan sampel mahasiswa UI yang didapatkan berdasarkan metode purposive sampling hingga mencapai 218 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian mengalami perubahan pola konsumsi setelah pandemi COVID-19 (71,1%), khususnya perubahan ke pola konsumsi sehat (37,2%). Analisis asupan zat gizi dengan uji Wilcoxon menyatakan asupan zat gizi yang terbukti secara signifikan berbeda hanya konsumsi air putih (p-value = < 0,001). Hasil uji chi-square dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel dan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pola konsumsi saat dan setelah pandemi COVID-19 berdasarkan status tinggal setelah pandemi (p-value = 0,012), perubahan tingkat stres (p-value = 0,002), dan tingkat pengetahuan gizi (p-value = < 0,001).

Young adults start to adopt an independent lifestyle, including controlling the food consumed. Changes caused by the COVID-19 pandemic have led to lifestyle changes, including consumption patterns. Consumption patterns that are against with Pedoman Gizi Seimbang can increase the risk of developing non-communicable diseases. This study aims to determine differences in consumption patterns during and after the COVID-19 pandemic based on individual and socioeconomic factors among undergraduate students at Universitas Indonesia in 2023. The data collection was conducted online in April-June 2023. This study used a cross-sectional study design with a sample of UI students based on purposive sampling method up to 218 respondents. The results showed that most of the respondents experienced changes in their consumption patterns after the COVID-19 pandemic (71.1%), especially the change to healthy consumption patterns (37.2%). Analysis of nutrient intake using the Wilcoxon test revealed that water intake was significantly different (p-value = < 0.001). Chi-square test findings were used to determine the association between variables and show significant differences in consumption patterns during and after the COVID-19 pandemic based on living arrangements after the pandemic (p-value = 0.012), changes in stress levels (p-value = 0.002), and level of nutrition knowledge (p-value = < 0.001)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Katherini Adhi
"Prevalensi balita stunting di Kab.Bogor tahun 2013 sebesar 28,3 . Hal tersebut masihmenunjukan bahwa stunting di Kab. Bogor masih merupakan masalah kesehatanmasyarakat. Susu merupakan sumber pangan yang mengandung energi, protein danmikronutrien yang hanya ditemukan pada sumber makanan hewani yang dapat berfungsidalam merangsang pertumbuhan. Pelarangan promosi susu pada anak dibawah umur 3tahun memunculkan kekhawatiran akan jumlah balita stunting yang malah akanmeningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan susudengan stunting ada anak balita umur 24 bulan di Kecamatan Bojong Gede KabupatenBogor Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan sampelpenelitian sebanyak 113 balita.
Hasil penelitian menunjukan 26,5 balita umur 24 bulandi Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Tahun 2018 mengalami stunting. Terdapathubungan antara umur mulai minum susu dengan kejadian stunting p=0,021, sedangkantipe konsumsi susu p=0,734 dan frekuensi minum susu p=0,588 tidak mempunyai hubungan dengan kejadian stunting. Balita yang mulai minum susu umur ge;12 bulanmempunyai peluang 4,1 kali 95 CI: 1,23-13,32 untuk menjadi stunting dibandingkandengan balita yang minum susu umur.

The prevalence of under five children stunting in Kab.Bogor in 2013 is 28,3 . It is showsthat stunting in Kab. Bogor is still a public health problem. Milk is a food source thatcontains energy, protein and micronutrients that found only in animal food sources thatcan stimulating growth. The prohibition of promotion of milk in children under 3 yearsold raises concerns about increasing of stunting children .
The purpose of this study wasto determine the corelation between milk intake and stunting on 24 month old child inBojong Gede sub district, Bogor Regency in 2018. This study used cross sectionalmethod with 113 research samples.
The results showed 26.5 of children aged 24 monthsin Bojong Gede District, Bogor Regency in 2018 had stunting. There was a corelationbetween drinking milk start date and stunting p 0,021, while type milk consumption p 0,734 and milk drinking frequency p 0,588 had no corelation with stunting .Toddlers who start drinking milk ge 12 months old have a chance of 4.1 times 95 CI 1,23 13,32 encounter stunting compared to under fives who drink milk."
Universitas Indonesia, 2018
T51322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refi Hanna Amelinda
"Kesehatan adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan merupakan faktor penentu untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi dapat berpengaruh penting untuk meningkatkan sumber daya manusia salah satu faktornya adalah pemberian ASI sampai dengan dua tahun yang dapat berpengaruh besar terhadap sumber daya manusia tersebut. Pemberian ASI yang maximal adalah pemberian ASI sampai dengan dua tahun, Pemberian ASI sampai dengan dua tahun dapat meningkatkan IQ anak dan meningkatkan kualitas anak bangsa, olehkarena itu pemberian ASI sampai dengan dua tahun adalah hal yang sangat penting untuk diberikan kepada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang paling dominan dalam pemberian ASI sampai dua tahun di kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dengan sampel 310 ibu yang mempunyai anak 24-59 bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2018, cara pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dari sebanyak 14 Desa dipilih 7 Desa lalu memilih kembali sampel dengan menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian ini terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI sampai dua tahun yaitu pendidikan dengan nilai p value 0,05, sosial ekonomi dengan nilai p value 0,043 dan riwayat pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan dengan nilai p value 0,023.

Health is a basic need for human life and a decisive factor for determining the quality of human resources. Adequacy of nutrition can have an important effect to increase human resources. One of the factors is breastfeeding up to two years which can have big influence to the human resource. Maximal breastfeeding is breastfeeding up to two years. Breastfeeding up to two years can increase the intelligence quotient (IQ) of the children and improve the quality of the children, therefore breastfeeding up to two years is important to the children. The aim of this study was to determine the most dominant factor in breastfeeding up to two years in Cimalaka sub-district, Sumedang District. The study design was cross sectional. The study sample consisted of mothers who have children 24-59 months (N = 310). This research was conducted in February- March 2018. The method sampling was purposive sampling, from 14 villages selected 7 villages and then select the sample by using random sampling method. The results showed that there were three factors that affect breastfeeding up to two years, i.e. education (p value 0.05), socioeconomic (p value 0.043), and history of exclusive breastfeeding until six months (p value 0.023)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library