Pendahuluan: Konsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat berakibat pada fibrosis hati. Fibrosis hati ditandai oleh matriks ekstraseluler yang berlebihan. Alkohol akan mengaktifkasi sel stelata hepatik (HSC) yang memegang peran utama dalam fibrosis hati. Saat ini, tidak ada standar manajemen untuk fibrosis hati. Alfa mangostin telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan pada steatosis hati, namun aktivitas antioksidannya pada fibrosis hati masih belum diketahui. Penelitian ini menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ekspresi mRNA antioksidan, MnSOD dan GPx, pada HSC yang diinduksi asetaldehida.
Metode: Penelitian ini merupakan eksperimen in-vitro yang menggunakan galur sel stelata hepatik-LX2 dengan 6 kelompok perlakuan: kelompok yang tidak diobati, yang mendapat perlakuan asetaldehida, asetaldehida dan sorafenib, asetaldehida dan alfa mangostin 10 µM, asetaldehida dan alfa mangostin 20 µM, dan alfa mangostin 10 µM. Ekspresi mRNA MnSOD dan GPx dari RNA diukur dengan mesin qRT PCR.
Hasil: Alfa mangostin 10 μM meningkatkan ekspresi mRNA GPx secara signifikan (p<0,05), namun tidak mempengaruhi ekspresi mRNA MnSOD. Alfa mangostin 20 µM meningkatkan ekspresi mRNA dari MnSOD dan GPx secara signifikan (p<0,05). Peningkatan ekspresi mRNA MnSOD dan GPx sebanding dengan peningkatan dosis alfa mangostin.
Kesimpulan: Alpha mangostin meningkatkan kadar antioxidan, MnSOD dan GPx, dalam model HSC yang diinduksi asetaldehida.
Background: The chronic consumption of alcohol can eventually lead to liver fibrosis. Liver fibrosis is characterized by excessive extracellular matrix. Alcohol will activate hepatic stellate cells (HSCs) which play an important role in fibrogenesis. Currently, there are no standardized treatment for liver fibrosis. Alpha mangostin has been reported to have antioxidant activity on hepatic steatosis, however its antioxidant activity on liver fibrosis is still unknown. This research will use alpha mangostin to identify its effect on the mRNA expression of antioxidant, MnSOD and GPx, in acetaldehyde-induced HSC.
Method: The research is an in vitro experiment utilizing hepatic stellate cell line – LX2 with 6 treatment groups: the untreated group, the treated groups with acetaldehyde, acetaldehyde and sorafenib, acetaldehyde and alpha mangostin 10 µM, acetaldehyde and alpha mangostin 20 µM, and alpha mangostin 10 µM. The mRNA expression of MnSOD and GPx were obtained from the RNA that was measured by qRT PCR machine.
Results: Alpha mangostin 10 µM significantly increased GPx mRNA expression (p <0,05), however it did not affect MnSOD mRNA expression. However, alpha mangostin 20 µM significantly increased the mRNA expression of MnSOD and GPx (p <0,05). The increase of the MnSOD and GPx mRNA expression is linear to the increase of alpha mangostin dose.
Conclusion: Alpha mangostin increases antioxidant, MnSOD and GPx, levels in acetaldehydeinduced HSC models.
Pendahuluan.ÃÂ Kurkumin merupakan senyawa alami yang ditemukan pada akar tumbuhan Curcuma longa. Kurkumin memiliki sifat penyembuhan yang sangat baik, diantaranya termasuk anti-inflamasi, anti-bakteri, dan antioksidan. Telah dijelaskan pula pada beberapa studi bahwa kurkumin memiliki sifatÃÂ renoprotectiveÃÂ yang dapat membantu memperbaiki penyakit gagal ginjal kronik (CKD). Meskipun kurkumin memiliki banyak manfaat kesehatan untuk ginjal, jumlah kurkumin yang dapat mencapai jaringan ginjal sangatlah sedikit. Hal ini dikarenakan bioavailabilitas oral kurkumin hanya mencapai 1% yang disebabkan oleh buruknya absorpsi kurkumin pada saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi kurkumin pada organ/jaringan ginjal dengan cara memperkecil ukuran partikel kurkumin menjadi nanocurcumin.
Metode.ÃÂ Penelitian ini menggunakan sediaan nanokurkumin yang dibuat dengan teknik ball milling. Dosis tunggal kurkumin atau nanokurkumin sebanyak 500 mg/kg diberikan secara oral kepada tikus Sprague-Dawley betina. Tikus didekapitasi pada menit ke-180 dan -240 setelah pemberian kurkumin atau nanokurkumin untuk pengambilan organ ginjal yang nantinya setiap 100 mg jaringan ginjal akan dihomogenisasi dengan larutan Normal Saline 0.9% sebanyak 1 ml. Homogenat jaringan ginjal akan dianalisa menggunakan UPLC-MS/MS dengan sumber ionisasi electrospray (ESI) positif.
Hasil.ÃÂ Konsentrasi kurkumin cenderung lebih tinggi dibandingkan konsentrasi nanokurkumin pada jaringan ginjal tikus setelah pemberian dosis tunggal kurkumin/nanokurkumin sebanyak 500 mg/kg pada jam ke-3 dan ke-4.
Kesimpulan.ÃÂ Kurkumin cenderung untuk memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi sediaan nanokurkumin pada jaringan ginjal tikus.
Introduction.ÃÂ CurcuminÃÂ is a naturally occurring compound found inÃÂ Curcuma longaÃÂ roots. It possesses great healing properties which mainly include anti-inflammatory, anti-bacterial, and anti-oxidative. It has also been described that curcumin has renoprotective effects and is proven to be able to ameliorate chronic kidney diseases (CKD). Despite having numerous health benefits for the kidney, the number of curcumin that can reach the kidney is very little, in respect to its low oral bioavailability which is only 1% due to poor absorption from the gastrointestinal tract. This study aims to enhance curcumin concentration in the kidney by decreasing curcumin particle size into nanocurcumin.ÃÂ
Methods.ÃÂ This study uses nanoparticle curcumin that is produced by using ball milling technique. A single dosage of 500 mg/kg curcumin or nanocurcumin was given orally to female Sprague-Dawley rats. Rats were decapitated at minute-180 and 240 after curcumin or nanocurcumin administration for kidney collection, which then homogenized with a ratio of 100 mg kidney tissue per 1 mL normal saline 0.9%. Kidney tissue homogenates were analyzed using UPLC-MS/MS with positive electrospray ionization (ESI).
Results.ÃÂ Curcumin concentration in rats kidney tissue tended to be slightly higher than nanoparticle curcumin after a single dose of 500 mg/kg curcumin or nanocurcumin at both 3 and 4 hours.
Conclusion.ÃÂ Curcumin has the propensity to have a higher concentration than nanocurcumin in rats kidney tissue.