Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sakinasha Siva Utami
"Pendahuluan: Latihan fisik merupakan salah satu cara untuk mencapai kebugaran fisik. Namun, 25,4% penduduk Jawa Barat termasuk dalam kategori kurang aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik latihan fisik dan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI di Depok, serta mencari hubungan antara rutinitas dan tingkat latihan fisik terhadap tingkat kebugaran. Metode: Desain penelitian yang digunakan ialah potong lintang. Subjek dipilih menggunakan metode consecutive sampling (n=102). Data yang dikumpulkan ialah rutinitas dan tingkat latihan fisik, hasil uji arus puncak ekspirasi, serta tingkat kebugaran yang diketahui dari hasil uji jalan 6-menit. Data rutinitas dan tingkat latihan fisik dan tingkat kebugaran dianalisis korelasinya dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Dari 102 subjek, diketahui bahwa 90,2% memiliki rutinitas latihan fisik sesuai dengan rekomendasi American Heart Association (AHA), serta 66,7% memiliki tingkat latihan fisik yang sedang berdasarkan IPAQ Scoring Protocols. Akan tetapi, subjek yang bugar hanya sebanyak 2%. Hasil uji korelasi Mann-Whitney menunjukkan p = 0,503 untuk variabel rutinitas latihan fisik dan hasil uji korelasi Kruskal-Wallis menunjukkan p = 0,523 untuk variabel tingkat latihan fisik. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rutinitas maupun tingkat latihan fisik dengan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI, Depok.

Introduction: Physical exercise is one way to achieve physical fitness. However, 25.4% of the population of West Java is in the less active category. This study aims to determine the distribution of physical exercise characteristics and fitness levels of janitors in UI Depok and to find the relationship the two. Methods: The research design used is cross-sectional. Subjects were selected using the consecutive sampling method (n = 102). Data collected in this study were physical exercise routine, physical exercise level, result of expiratory peak flow test, and fitness level measured using 6-minute walking test. Data were analyzed for correlation with the Mann-Whitney and Kruskal-Wallis test. Results: From 102 subjects, 90.2% have physical exercise routine correspond the recommendations of the American Heart Association (AHA), and 66.7% have a moderate level of physical exercise based on IPAQ Scoring Protocols. However, only 2% of subjects have adequate fitness level. The Mann-Whitney test result showed p = 0.503 for physical exercise routine variables, and the Kruskal-Wallis test result showed p = 0.523 for physical exercise level variables. Conclusion: There is no significant relationship between physical exercise level or routine with the fitness level of janitors in UI, Depok."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Putri Siswidiani
"Obstructive sleep apnea atau OSA adalah salah satu bentuk gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan pernapasan, dimana terjadi obstruksi saluran napas atas berulang selama seseorang tidur. OSA dapat menyebabkan fragmentasi tidur dan akhirnya menyebabkan rasa mengantuk di siang hari. Ketika seseorang mengantuk, terjadi penurunan kemampuan persepsi dan perubahan emosi, yang mengarah pada penurunan produktivitas kerja. Pegawai administrasi yang dirasa memiliki tingkat rasa mengantuk yang tinggi saat jam kerja merupakan subjek dari penelitian ini. Subjek yang diteliti yaitu pegawai administrasi di Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang dirasa menggambarkan karakteristik pegawai administrasi Indonesia. Subjek diminta untuk mengisi kuesioner Epworth Sleepiness Scale untuk mengukur tingkat rasa mengantuknya di siang hari dan kuesioner STOPBANG untuk mengetahui risiko OSA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang berisiko tinggi OSA mengalami mengantuk di siang hari, namun jumlahnya hanya sedikit. Sebagian besar pegawai tidak mengantuk di siang hari. Karenanya, tidak terdapat hubungan antara risiko OSA dengan tingkat rasa mengantuk pada pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingginya nilai kuesioner Epworth tidak dapat menentukan risiko OSA, melainkan hanya menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualitas tidur di malam hari yang buruk.

Obstructive sleep apnea, also known as OSA, is one of sleep-related breathing disorders in which there are repeated obstructions in the upper airway during nighttime sleep. OSA can cause fragmentation of sleep that leads to excessive daytime sleepiness. When someone is sleepy, there is a slight reduction of perception and change of emotion, which leads to a decrease in work productivity. Our research subjects are administration staff of Universitas Indonesia whom we feel possess the characteristics of administration staff. They were asked to fill in the Epworth Sleepiness Scale questionnaire to grade daytime sleepiness and the STOPBANG questionnaire to predict the risk of OSA.
The results showed that although the staffs those are at high risk of OSA suffer excessive daytime sleepiness, but the proportions were insufficient. Hence, there was no correlation between the values of daytime sleepiness and the risk of OSA in administration staff of Universitas Indonesia. This might be because a high score of Epworth questionnaire could not determine the risk of OSA, but only show a lack of night-time sleep.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Renny Kurniawati
"Obstructive sleep apnea OSA adalah salah satu gangguan pernapasan saat tidur dikarenakan obstruksi saluran napas atas. Pasien OSA tidak dapat tidur nyenyak dan dapat mengalami arrousal ketika tubuh berusaha mengambil napas. Para pegawai dengan gangguan ini dikhawatirkan mengalami penurunan kebugaran tubuh dan kantuk pada jam kerja sehingga tidak memiliki kualitas kerja maksimal. Pengambilan data dilakukan sebanyak satu kali untuk tiap individu dengan pelaksanaan selama dua hari sesuai dengan metode potong-lintang. Sebanyak 191 orang staf administrasi Universitas Indonesia dengan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan menjadi responden dalam pengisian kuesioner STOP-Bang dan pengukuran berat badan, tinggi badan, serta tekanan darah untuk mengetahui persebaran risiko OSA dan hubungannya dengan tekanan darah, IMT, usia, lingkar leher, jenis kelamin, serta aktivitas merokok. Didapatkan 82,7 responden berisiko rendah, 7,3 sedang, dan 9,9 tinggi. OSA memiliki hubungan bermakna dengan semua faktor risiko yang disebutkan p0,05 . Hasil tidak bermakna karena proporsi responden berisiko rendah, sedang, dan tinggi terlalu tidak berimbang. Sebagian besar responden berisiko sedang dan tinggi memiliki lebih dari satu faktor risiko.

Obstructive sleep apnea OSA is a respiratory disorder arising from obstruction in the upper respiratory tract, disturbing sleep cycle. Patients with OSA could not sleep well and experience arousal during effortful breathing. Employees with OSA were expected to have a decrease in fitness and an increase in sleepiness and fatigue, implicating performance at work. Data collection was held twice once to each respondent based on cross sectional metode. As many as 191 administration staff of Universitas Indonesia, majority of whom were female, filled STOP Bang questionnaires and underwent weight, height, and blood pressure examination to determine the risk prevalence and its relation to blood pressure, BMI, age, neck circumference, sex, and smoking. Among them, 82,7 were classified as low risk, 7,3 moderate risk, and 9,9 high risk. OSA was found to be significantly related to all risk factors p0,05 due to unequal sample sizes within each study group. The majority of respondents with moderate and high risk were known to have more than one risk factor. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandjung, Betarina
"Gangguan napas saat tidur merupakan abnormalitas pada seseorang dengan ciri kesulitan bernapas ketika tidur. Penyakit ini terjadi ketika seseorang mengalami henti napas ketika dalam keadaan tidur. Tanda dan gejala dari penyakit ini antara lain mendengkur saat tidur dan mengantuk ketika dalam keadaan sadar. Namun, tanda dan gejala tersebut dapat dikatakan tidak secara spesifik langsung mengarah kepada gangguan ini. Di Indonesia penyakit ini belum banyak mendapat perhatian sehingga kerapkali penderita tidak mengetahui kondisinya. Namun begitu, tanda dan gejala kerap kali dikeluhkan dan mengganggu produktivitas dan lingkungan dari penderita. Penelitian kali ini dilakukan kepada pegawai kantor yang waktunya digunakan untuk bekerja dengan sedikit aktivitas fisik. Subjek diinstruksikan untuk mengisi kuesioner Berlin dan diperiksa berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Data kemudian diuji secara statistik dan dilihat hubungan dengan faktor risiko. Hasil yang didapatkan prevalensi subjek memiliki risiko tinggi gangguan napas saat tidur adalah 21.6 . Didapatkan pula hubungan antara faktor risiko berupa usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, dan gaya hidup dengan peningkatan risiko gangguan napas saat tidur. Usia tua, jenis kelamin pria, indeks massa tubuh berlebih, dan kebiasaan merokok meningkatkan risiko gangguan napas saat tidur. Hal tersebut antara lain berkaitan dengan peningkatan lemak tubuh, pelemahan otot pernapasan, dan obstruksi pada saluran napas sehingga menyebabkan udara yang masuk ke saluran napas berkurang.

Sleep disordered breathing is an abnormality that is characterized by disruption of breathing during sleep. This disease happens when someone experiences cessation of breathing in the sleeping state. The sign and symptoms of this disease are snoring during sleep and daytime sleepiness. However, those sign and symptoms are not specific to the disease. In Indonesia, this disease is not commonlly discussed. Therefore, patients do not fully realize their condition hence neglecting their health. Those sign and symptoms often disturb their daily activities, productivity, and environment. The subject of this research were administration employees of University of Indonesia. The subjects were instructed to fill out the Berlin Questionnaire and undergo some measurements including weight, height, and blood pressure. The data collected were statistically tested and analyzed. The prevalence of high risk sleep disordered breathing was 21.6 . Furthermore, there was a relation between the condition and the risk factors such as age, gender, body mass index, and lifestyle. Older age, male gender, excessive body mass index, and smoking habit can elevate the risk of sleep disordered breathing. Those relations can be explained by the excessive body fat, weakened respiratory muscles, and airway obstruction that results in reduction of oxygen in the airway. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Isabella
"ABSTRAK
Gaya hidup menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan seseorang. Pengetahuan mengenai gaya hidup yang baik, didukung dengan sikap yang sesuai memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas hidup seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap seseorang menjadi lebih baik, dalam hal ini pegawai administrasi UI, mengenai gaya hidup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian intervensi berupa penyuluhan. Instrumen yang digunakan untuk melihat perubahan pengetahuan dan sikap adalah kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah penyuluhan. Ada 3 uji yang digunakan untuk analisis data, yaitu uji T berpasangan dan uji Wilcoxon untuk melihat ada tidaknya perbedaan bermakna antara nilai pengetahuan dan sikap sebelum sesudah penyuluhan, serta uji Fisher untuk melihat ada tidaknya hubungan antara perubahan pengetahuan dan sikap dengan karakteristik responden. Hasil analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon untuk pengetahuan dan T berpasangan untuk sikap menunjukkan perbedaan yang bermakna antara nilai pengetahuan dan sikap sebelum sesudah penyuluhan p0,05 , sementara perubahan sikap hanya memiliki hubungan yang signifikan dengan usia dan jenis kelamin p.

ABSTRACT
Lifestyle is one of the factors which affect people s health. Knowledge about good lifestyle, supported by appropriate attitudes, holds an important key to better life quality. This research aims to enhance the knowledge and attitude of the administration staff of University of Indonesia towards lifestyle. To fulfill this experiment s objective, the writer used intervention method in form of mass counseling. Questionnaire was given before and after education as an instrument to measure changes in knowledge and attitude. There are 3 tests that were used to analyze the data. First, paired T test and Wilcoxon test were performed to see whether there is a change in knowledge and attitude before and after counseling. Afterwards, Fisher test was done to see the relationship between knowledge attitude changes and respondents socio demographical factors. Resulting statistics showed significant relationship between knowledge attitude before education and knowledge attitude after education p0.05 . Meanwhile, attitude changes has significant relationship with gender and age p."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincencia Monica Renata Laurent
"Latar belakang: Pasien yang dinyatakan masuk kedalam kategori “Suspect COVID-19” adalah jika seseorang memiliki beberapa tanda yaitu demam, sakit tenggorokkan, batuk, menderita ISPA, dan memiliki kontak dengan pasien yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19. Untuk memilah agar ruang gawat darurat digunakan untuk pasien yang cukup parah gejalanya, pihak rumah sakit melakukan identifikasi kepada pasien dengan suspect COVID-19 sehingga mengetahui tatalaksana yang tepat untuk pasien dan mendahulukan pasien yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk melihat peluang pasien yang termasuk kategori suspect COVID-19 menjadi terkonfirmasi positif COVID-19 kita dapat meneliti hasil lab darah perifer lengkap pada pasien. Beberapa penelitian melihat morfologi dari masing-masing darah perifer lengkap dimana terlihat adanya abnormalitas morfologi pada pemeriksaan darah perifer lengkap dengan mikroskop. Untuk menjadikan hasil lab darah perifer lengkap sebagai parameter untuk mempresiksi diagnosis, prognosis, dan melihat adanya perubahan hasil lab darah perifer lengkap pasien suspect dengan pasien terkonfirmasi dibutuhkan waktu yang cukup lama jika dilihat dari morfologinya maka dari itu diperlukan analisis kadar dari masing-masing darah perifer.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang komparatif dua kelompok. Subjek merupakan pasien Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Data Pasien diperoleh pada Bulan Juni 2021 dimana kasus COVID-19 sedang bertambah cukup pesat hingga Januari 2022 dimana penyebaran COVID-19 mulai surut. Pasien memiliki komorbid seperti diabetes,hipertensi, dan penyakit ginjal kronik. Rekam medis pasien dilihat hanya dari profil darah lengkap yaitu hemoglobin, leukosit, neurofil, limfosit, monosit, dan trombosit.
Hasil: Jumlah pasien suspect COVID-19 berjumlah 51 pasien dan jumlah pasien terkonfirmasi COPVID-19 berjumlah 47 pasien. Dilihat dari profil darah perifer lengkap terdapat persebaran jumlah hemoglobin normal sebanyak 50 % dari seluruh subjek penelitian serta jumlah hemoglobin rendah sebanyak 39,7% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah leukosit normal sebanyak 55,1% dari seluruh subjek penelitian serta jumlah leukosit tinggi sebanyak 35,7% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah neutrofil tinggi sebanyak 51,0% dan jumlah lelukosit normal sebanyak 42,8% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah limfosit rendah sebanyak 64,2% dan jumlah limfosit normal sebanyak 31,6% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah monosit normal sebanyak 59,1% dan jumlah monosit tinggi sebanyak 34,6% dari seluruh subjek penelitian. Terdapat persebaran jumlah normal sebanyak 70,4% dan jumlah trombosit tinggi sebanyak 25,5% dari seluruh subjek penelitian. Hubungan antara profil darah perifer lengkap dengan proporsi pasien suspect COVID-19 dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 menunjukkan adanya hubungan (p>0,05).
Kesimpulan: Adanya hubungan antara profil darah perifer lengkap pada proporsi pasien suspect COVID-19 dengan pasien terkonfirmasi COVID-19

Introduction: Patients who are declared to be in the "Suspect COVID-19" category are if someone has several signs, namely fever, sore throat, cough, suffering from ARI, and has contact with patients who have been confirmed positive for COVID-19. To sort out that the emergency room is used for patients whose symptoms are quite severe, the hospital identifies patients with suspected COVID-19 so that they know the right treatment for patients and prioritize patients who need intensive care. To see the chances of a patient belonging to the suspect category of COVID-19 being confirmed positive for COVID-19, we can examine the results of the complete peripheral blood lab on the patient. Several studies looked at the morphology of each complete peripheral blood where there were morphological abnormalities on complete peripheral blood examination with a microscope. To make the complete peripheral blood lab results as a parameter for predicting diagnosis, prognosis, and seeing any changes in the complete peripheral blood lab results from suspect patients with confirmed patients, it takes quite a long time when viewed from the morphology, therefore it is necessary to analyze the levels of each peripheral blood .
Method: This study used a two-group comparative cross-sectional method. The subject is a patient in RSUP Persahabatan. Patient data was obtained in June 2021 where COVID- 19 cases were growing quite rapidly until January 2022 where the spread of COVID-19 began to recede. Patients have comorbidities such as diabetes, hypertension, and chronic kidney disease. The patient's medical record is seen only from the complete blood profile, namely hemoglobin, leukocytes, neurophiles, lymphocytes, monocytes, and platelets.
Result: The number of suspected COVID-19 patients is 51 patients and the number of confirmed COPVID-19 patients is 47 patients. Judging from the complete peripheral blood profile, there was a normal distribution of hemoglobin in 50% of all research subjects and 39.7% of low hemoglobin in all research subjects. There is a distribution of normal leukocyte counts as much as 55.1% of all research subjects and high leukocyte counts as much as 35.7% of all research subjects. There was a distribution of high neutrophil counts as much as 51.0% and normal leukocyte counts as much as 42.8% of all research subjects. There was a distribution of 64.2% low lymphocyte count and 31.6% normal lymphocyte count of all research subjects. There was a distribution of the normal monocyte count as much as 59.1% and the high monocyte count as much as 34.6% of all research subjects. There was a normal distribution of 70.4% and a high platelet count of 25.5% of all research subjects. The relationship between complete peripheral blood profile and the proportion of suspected COVID-19 patients with confirmed COVID-19 patients showed a relationship (p>0.05).
Conclusion: There is a relationship between complete peripheral blood profile in the proportion of patients suspected of COVID-19 with confirmed patients of COVID-19
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veren Putri
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pencegahan dan pengontrolan COVID-19 menjadi sangat serius. Mahasiswa perlu berperan di komunitasnya untuk membantu mengatasi wabah. Dalam melakukan perannya, mahasiswa perlu memiliki pengetahuan dan perilaku terhadap COVID-19 yang baik. Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi perilaku, hubungannya dengan pengetahuan pun perlu diteliti. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan perilaku mahasiswa tingkat I Universitas Indonesia tahun ajaran 2020/2021 terhadap COVID-19.
Metode: Penelitian potong-lintang ini mengambil sampel dari mahasiswa tingkat I Universitas Indonesia tahun ajaran 2020/2021 dari bulan April-Agustus 2021. Pengetahuan dan perilaku dinilai dengan Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa terhadap COVID-19. Analisis hubungan antar variabel diuji dengan uji chi-square. Seluruh analisis data dilakukan dengan Statistical Package for Social Sciences (SPSS versi 20).
Hasil: Subjek berjumlah 309 orang. Gambaran pengetahuan subjek yaitu mayoritas cukup baik (71,5%), diikuti sangat baik (26,9%), dan kurang baik (1,6%). Gambaran perilaku subjek yaitu mayoritas cukup baik (78%), diikuti sangat baik (7,1%), dan kurang baik (14,9%). Hubungan pengetahuan dan perilaku didapati tidak bermakna (p>0,05). Pengetahuan secara bermakna berhubungan dengan jenis kelamin dan riwayat akselerasi, sedangkan perilaku dengan jenis kelamin dan rumpun fakultas.
Kesimpulan: Mayoritas mahasiswa memiliki pengetahuan dan perilaku terhadap COVID-19 yang cukup baik. Namun, hubungan antara keduanya tidak bermakna. Dengan demikian, mahasiswa dan universitas perlu mengevaluasi usaha pemberdayaan mahasiswa selama ini dalam mengambil perannya di masyarakat untuk pencegahan COVID-19. Penelitian lanjutan untuk meneliti faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku COVID-19 masih diperlukan.

Introduction: COVID-19 pandemic has become a global health issue, including in Indonesia. Hence, prevention and management of COVID-19 is very important. College students need to play a role in their community to help managing this pandemic. Therefore, they need to have good knowledge and behaviour towards COVID-19. Since there are many factors influencing one's behaviour, its relationship with knowledge needs to be assessed. This research aims to know the relationship between knowledge and behaviour of first-year students of Universitas Indonesia 2020/2021 towards COVID-19.
Method: Samples for this cross-sectional study come from first-year students of Universitas Indonesia 2020/2021 and were collected in April-August 2021. Knowledge and behaviour were assessed by Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa terhadap COVID-19. Relationship between two variables was analyzed using chi-square test. All analyses were performed with Statistical Package for Social Sciences (SPSS version 20).
Result: Subjects are 309 students. Majority of them have moderate knowledge (71,5%), with 26,9% and 1,6% of them have very good and poor knowledge respectively. Majority of them also have moderate behaviour (78%), with 7,1% and 14,9% of them have very good and poor behaviour respectively. The relationship between knowledge and behaviour towards COVID-19 is shown to be insignificant (p>0,05). Knowledge is found to be related significantly with gender and acceleration history, whereas behaviour is found to be related significantly with gender and cluster of faculty.
Conclusion: The majority of the students have moderate knowledge and behaviour towards COVID-19. The relation between two variables is insignificant. Therefore, students and university need to evaluate the efforts made to involve university students in COVID 19 prevention in society. Further research about other factors that could influence one's behaviour towards COVID-19 is still needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Kenichi Johan
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 di Indonesia dilaporkan dengan penambahan kasus yang semakin meningkat. Karena hal tersebut, beberapa rumah sakit di Indonesia dijadikan sebagai rumah sakit rujukan COVID- 19, salah satunya RSUI Depok. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti profil kunjungan iGD RSUI yang ditinjau dari aspek demografi, triase, dan diagnosis pasien
Metode: Penelitian ini potong lintang ini mengambil sampel berupa data sekunder, yaitu data riwayat pasien yang tercatat dalam rekam medis IGD RSUI untuk periode 2020 (1 Januari 2020 – 31 Desember 2020). Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif menggunakan software Microsoft Excel akan dilanjutkan analisis bivariat dengan teknik analisis chi-square menggunakan software SPSS versi 20.
Hasil: Pasien dalam rekam medis berjumlah 2.735 orang. Pola kunjungan umum dan pasien COVID-19 IGD RSUI mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19. Terjadi peningkatan pada bulan Maret, menurun hingga bulan Mei, dan meningkat kembali secara bertahap hingga bulan Desember untuk kedua pola kunjungan. Setiap kunjungan memiliki karakteristik yang ditandai oleh aspek demografi (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, wilayah tempat tinggal), triase, dan diagnosis.
Kesimpulan: Masa pandemi COVID-19 telah telah berperan terhadap banyaknya perubahan yang terjadi dalam profil kunjungan IGD RSUI selama tahun 2020.

Background: The COVID-19 pandemic in Indonesia is reported with the addition of increasing cases. Within the condition, several hospitals in Indonesia have been used as COVID-19 referral hospitals, one of which is RSUI Depok. Thus, this study aims to examine the profile of IGD RSUI visits in terms of demographics, triage, and patient diagnosis.
Methods: This cross sectional study took secondary database for the samples, which is IGD RSUI patient medical records for one period in 2020 (January 1st 2020 - December 31th 2020). Data obtained was analyzed descriptively using Microsoft Excel software continued with bivariate analysis with chi-square analysis techniques using SPSS version 20 software.
Results: Patients in the medical record amounted to 2,735 people. The pattern of general visits, as well as patients with COVID-19 visits, has increased during the COVID-19 pandemic. There was increasing number in March, decreasing until May, and gradually increased until December for both visit patterns. Each visit has characteristics that are identified by demographic aspects (gender, age, education, occupation, area of residence), triage, and diagnosis.
Conclusion: The COVID-19 pandemic period has played a role in the many changes that have occurred in the profile of RSUI's Emergency Department (ED) in 2020
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Michelle
"Latar belakang: COVID-19 adalah penyakit saluran pernapasan akibat SARS-CoV-2 yang sudah menjadi pandemi di seluruh dunia. Dalam menghadapi COVID-19, diperlukan pengetahuan dan perilaku pencegahan yang baik di masyarakat. Sebagai calon dokter, penting pula untuk mahasiswa kedokteran tingkat akhir memiliki pengetahuan yang baik agar dapat mengedukasi masyarakat serta perilaku yang baik agar dapat melindungi diri dan menjadi contoh bagi masyarakat.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan sampel seluruh mahasiswa tingkat akhir FKUI. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner “Knowledge, Attitude and Practice toward the Novel Coronavirus (COVID-19)” yang disebarkan secara daring. Data kemudian dianalisis dengan metode kategorik komparatif independen, yaitu chi-square dan Fisher.
Hasil: Tingkat pengetahuan subjek yang tergolong sangat baik adalah sebesar 70%. Tingkat perilaku subjek mayoritas tergolong cukup baik, yakni 65,5%. Ditemukan hubungan tidak bermakna antara pengetahuan dengan perilaku (P=0,403). Ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin dan sumber informasi utama dengan pengetahuan (P=0,011 dan P=0,005).
Kesimpulan: Pengetahuan mahasiswa kedokteran tingkat akhir mengenai COVID-19 sudah sangat baik, namun perilaku mahasiswa tingkat akhir masih tergolong cukup baik. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan perilaku, diperlukan intervensi langsung secara struktural dari universitas, tidak hanya dengan peningkatan pengetahuan karena tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan perilaku.

Introduction: COVID-19 is a respiratory disease caused by SARS-CoV-2 that has been a pandemic in the whole world. In dealing with COVID-19, people needs good knowledge and practice of COVID-19 prevention. As future doctors, final year medical students must have good knowledge to be able to educate people along with good practice to protect themselves and to be an example for people.
Method: This study used cross sectional design with a sample of all final year students of FMUI. Instrument used in this study is “Knowledge, Attitude and Practice toward the Novel Coronavirus (COVID-19)” questionnaire that was shared online. The collected data then was analyzed by independent comparative categorical methods, such as chi- square and Fisher.
Result: The level of subject knowledge that is classified as excellent is 70%. The level of subject practice mostly is moderate, which is 65,5%. There is unsignificant association between knowledge and practice (P=0.403). A significant relationship was found between gender and main source of information with knowledge (P=0.011 and P=0.005).
Conclusion: The knowledge of COVID-19 in final year medical students is excellent, but their practice is still moderate. Therefore, to improve practice, direct structural intervention from university in needed, not only by increasing knowledge because there is no significant relationship between knowledge and practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neny Husnaini Zain
"Kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan dengan asupan gizi yang kita konsumsi setiap hari. Seseorang dengan status gizi yang baik maka sejatinya juga memiliki kualitas kebugaran tubuh yang baik pula. Untuk menilai suatu kebugaran seseorang dapat menggunakan metode uji jalan 6 menit. Penelitian ini ingin mengetahui korelasi antara status gizi dengan tingkat kebugaran pada petugas kebersihan luar Universitas Indonesia yang merupakan rujukan data karena belum pernah dilakukan sebelumnya. penelitian ini menggunakan desain potong lintang dimana status gizi subjek didapatkan dari hasil perhitungan IMT dengan terlebih dahulu mengukur berat dan tinggi badan subjek. Tingkat kebugaran didapatka dengan perhitungan presentase hasil uji jalan 6 menit yang berupa jarak tempuh dan prediksi uji jalan 6 menit yang disesuaikan dengan pedoman ATS. Kemudian data status gizi dan tingkat kebugaran dianalisis korelasinya dengan uji kruskall wallis. Hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran pegawai nonstaf Universitas Indonesia Depok tidak memiliki korelasi (P >0,05).

The health of one’s body is inseparable from the nutrition we consume each day. A person with a good nutritional status would make a good quality of life and a fit body. Physical fitness can be measured using The 6 Minute Walking Test. This study investigates the correlation between nutritional status and the fitness level of the cleaners in Universitas Indonesia which is a reference data since the study has not been conducted before. This study used a cross-sectional method, in which the subjects’ nutritional status wass acquired by the calculation of IMT after taking the data of the subjects’ body weight and height. The fitness level was calculated from the percentage of the result from The 6 Minute Walking Test and the prediction value of The 6 Minute Walking Test according to the guidelines from ATS. Furthermore, the correlation between the data of the nutritional status and the fitness level were analyzed using Kruskal Wallis Test. There was no significant correlation between the nutritional status and the fitness level of the Non-Staff Employees at Universitas Indonesia Depok (P >0,05)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>