Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Sumartini
"ABSTRAK
Penelitian ini perlu dilakukan karena komitmcn dokter pada rumah sakit akan
mempengaruhi tingkat kehadiran dokter spesialis, produktivitas dokter spcsialis dalam
memberikan pelayanan dan pengembangan mutu pelayanan di rumah sakit. Komitmen
dihubungkan dengan budaya organisasi didasarkan pada fungsi budaya organisasi yang
dapal menumbuhkan komitmen . Komitmcn dihubungkan dengan kepuasan kerja
didasarkan pada peke|ja yang puas akan meningkatkan komitmennya. Tujuan penelitian
ialah : (1) diketahuinya hubungan antara budaya organisasi dengan komiuncn dokter
spesialis; (2) dikctahuinya hubungan antara kepuasan kerja dengan komilmen dokter
spesialis; (3) diketahuinya hubungzm budaya organisasi dan kepuasan kerja dcngzm
komitmen dokter spwialis.
Responden penelitian ini adalah 35 doktcr spcsialis. Alat ukur yang digunakan
adalah organinizational culture survey Denison (2000), a job satisfaction survey Spector
(1985) dan organizational commirmem Allen & Meyer (1993). Scmua skala
dimodiiikasi. Penelitian ini mcnggunalan analisis kuantitatii Analisis statistik dilakukan
secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan kepuasan kerja berhubungan dcngan korniunen,
tidak dcmikian dcngan hubungan budaya organisasi dan komitmen .Budaya organisasi
bcrupa praktek manajemen, dinilai oleh dokter spesialis bclum sepcnuhnya fokus pada
keterlibatan, konsistensi, adaptabilitas dan penghayatan misi. Sumber kepuasan kerja
dokter spesialis adalah rekan kexja dan pekcrjaan yang dilakukan. Sumber ketidakpuasan
dokter spesialis adalah imbalan, promosi, supervisi dan kondisi kerja. Dokter spesialis
memiliki komitmen yang tinggi. Komitmcn kclanjutan dokter spesialis berhubungan
dengan praktek manajemen yang fokus pada konsistensi dan kepuasan pada imbalan.
Komitmen normatif dolqer spcsialis berhubungan dengan praktck manajemen yang fokus pada penghayatan misi dan kepuasan pada pekerjaan yang terkait dengan
profesinya.
Kesimpulan penelitian ini adalah keterikatan yang tinggi dari doktcr spesialis
berkaitan dengan statusnya sebagai PNS. Kepuasan Kezja sangat belperan pada
komiimen yang dimiliki dokter spesialis. Saran utama yang diajukan kepada RSUD
Kota Bekasi adalah pimpinan dan manajemen perlu menyatukan persepsi dengan
seluruh karyawan rumah sakit, agar memiliki pemahaman yang sama dalam praktek
manajemen. Pimpinan dan manajemen perlu memahami dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dokter spesialis, khususnya yang terkait dengan kepuasan kerja.

ABSTRACT
Physician?s commitment has significant relationship with their level of
attendances, and their productivity in term of services quality, which will leverage the
total quality of hospital . Commitment is related to organimtion culture in form of
relationship where the organization culture develops organization commitment.
Commitment has also a strong relationship with cmployee?s satisfaction. Objectives of
this research are: (1) examining thc relationship of organization culture toward
physician?s commitment; (2) examining the relationship of job satisfaction toward the
pl'tysician?s commitment; (3) examining the relationship of both organization culture and
job satisfaction toward physiciaxfs commitment.
Respondent for this research are 35. Scale of organizational culture survey
Denison (2000), scale of job satisfaction survey Spector (l985), and scale of
organizational commitment Allen & Meyer (1993) are the measurement tools. The
analysis of this research is using quantitative method. Statistical analysis is performed in
univariate, bivariate and multivariate.
The result of this research shows that job satisfaction level has significant
relationship on organization commitment. Separately, organization commitment does
not have significant relationship on organization culture. Organization culture, base on
physician opinion, has not yet focus on empowerment; has not consistent in
development of work instruction and implementation; has not adaptive with the change
of organization environment; and has a lack of organization?s mission understanding.
Physician?s?s satisfaction is influcnt by their type of job and the relationship within their
professional colleagues. Their dissatisfaction can be influent by the lack of benefit and
promotion opportunities, and the non-conducive work environment conditions.. The
physician has been highly committed to RSUD Bekasi. Physician?s continuans
commitment has a relationship to management practices that focus on consistency and benefit _ Physician?s normative commitment has a relationship to management practices
that focus on organization mission, and their job satisfaction as a physician .
This research concludes that the level of pl1ysician?s commitment to RSUD
Bekasi has a strong correlation with their status as civil service. Job satisfaction is more
sensitive to physician?s commitment As a recommendation for RSUD Bekasi, top
management should develop a synergy within all employees, in tenn of perception to the
organization mission, which will be implemented through management practices. Top
management should understand and willing to fulfill the physieian?s requirements,
which are related to their job satisfaction.

"
2007
T34531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Indrayati
"ABSTRAK
Kumpelisi telah menyehubkan banyak perubuhan-pcrubahan internal rumah sakit
dalam memberikan Iayanan kesehatan bagi masyarakat. Secara khusus hubungan antara
rumah snkil dam doklcr. Duktcr mcrupukan kelompok profcsi yang memegang kontrol
dominan lcrhadap pcnggunaan sumber daya yang ada di rumah Sakit sehingga
diperlukan suatu upaya untuk mendukung seorang dokter agar menyukai pekenjaannya
dan loyal tcrhadap rumah sakit. Salah satu talftor antcscden perilaku menarik diri pada
profesi dokter adalah faktor-ihktor yang berkaitan dengan kcbijakan rumah sakit yang
bcrdampak pada otonomi dokter dan personal time, hubungan dengan pasien, masalah-
masalah pclayanan pasicn, hubungan kcrja dengan lemun sejawat, lnubungan ke.ja
dengan staf, hubungan dengan komunitas, kompensasi, dukungan administrasi, dan
sumber daya.
Pcriiaku mcnarik diri yang ciilakukan pada rumah sakit X di Bogor terhadap 53
dokter dilakukan menggunakan analisa univariat, bivariat. dan multivariat iengan
variabel bebas yang mempengaruhi yaitu kepuasan dokter (posisi/peran dan otonomi),
kompcnsasi (tarif dan sharing), jadua! kaxja, dan kondisi lingkungan kerja (hubungan
kerja dan sumber daya rumah sakit). Status kcpegawaian dokter juga menxpakan faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku menarik diri.
Hampir sepanuh doxter di rumah sakit ?X? berperilaku menarik diri dengun
Ihktor-|`aktor yang mcmpunyai hubungan yang signiiikan, yaitu taktor kompensasi,
jadwal kenja dan kondisi lingkungan kerja. Sedangkan faktor kepuasan terhadap pcran &
otonomi Serta faktor status kepegawaian tidak mempunyai hubungan yang signifikan.
Setelah dilakukan pemodelan, maka diketahui faktor anteseden yang bexpcran dalam
terjadinya perilaku menarik diri adalah faklor jadwal bekeria dan faktor kondisi
lingkungan kcrja. Dengun ricmikian untuk mcngantisipasi kejadian penlaku menarik diri
yang terjadi di kalangan dokter, rumah sakit perlu mengkaji ulang kebijakamkebijakan
rumah sakit yang bcrdampak tcrhadap kcjadian perilaku Iersebut.

ABSTRACT
High competition has lead hospital into many intemal changes in order to give
maximum satisfaction to the community. One of them is the transformation of
relationship between hospital and physicians. Physicians can be described as group of
profession who has essential function in hospital in terms that they have power to pursue
success for hospital. So then it is crucial to put many efforts to create circumstances in
which pacify them and to be loyal. The antecedent tactors for physician?s withdrawal
behavior are hospital`s policies that give impacts to physician?s autonomy and personal
time. rclauionship with patients, relationship with colleagues, compensation.
administrative support. and hospital`s resources. -
This research describes the univariance, bivariance and multivariance analysis of
fifty-three pi~ysician?s behaviour to withdrawal from their responsibility in named X
hospital. The analysis engage the independent variables which are physicians?
satisfaction (position and autonomy), compensation (salary and sharing), working
schedule and working-envi1'onrner.t condition (relationship among colleagues and staff
and hospital resources). In addition, employment status also is an important factor that
might cause physicians withdrawal behavior. The result of this analysis states that
almost half of total physicians are willing to withdrawal for the majority reasons of
compensation, working schedule and working-envirornient condition. Conversely,
physician`s satisfaction (position and autonomy) and employment status are not
significant for this issue.
Furthermore, in variable modelling, it is simply concluded that the antecedent
factor for withdrawal behavior are working schedule and working-environment
condition. Thus, in order to conquer this substance, X hospital significantly requires
policies evaluation regarding those two major factors. `"
2007
T34568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siva Hamdani
"ABSTRAK
Saat ini pelayanan kesehatan di mmah sakit menjadi semakin kompleks dan hal
ini merupakan peluang untuk tenjadinya kesalahan. Keselamatan pasien -upaya
mencegah kesalahan medis- telah menjadi perhatian banyak pibak baik nasional maupun
intemasional. Sejalan dengan berbagai program dijalankan untuk meningkatkan
keselamatan pasien, diyakini bahwa kemampuan suatu institusi lmtuk rnencegah cedera
hanya dapat direalisasikan jika dapat membangun budaya kcselamatan diantara stafnya.
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dalam mengembangkan
program kcselamatan pasien adalah dengan melakukan survei budaya keselamatan
pasien pada staiimya. Penilaian budaya keselamatan bermanfaat sebagai alat diagnom
untuk mengidentitikasi area yang membutuhkan perbaikan, untuk mengevaluasi
program keselamatan pasien dan pemenuhan terhadap standar/peraturan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Jakarta dari perspektif stat; tahun 2007.
Matcdc pcnclitim; addm pandekatau kuantitatif dengan menggunakan data pixma:
dan alat penelitiannya adalah kuesioner yang dibuat oleh AHRQ. Metode ini
digabungkan dengan metode lcualitatifl Respondcn pcncltian bcrjumlah 110 meliputi
kelompok tenaga medis, keperawatan dan penunjang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan proportional random sampling sehingga tiap kelompok tenaga terwakili.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang (mean=3,60) dan memiliki ciri postive walaupun
belum kuat. Dari 12 variabel yang diteliti, staffing adalah dimensi dengan nilai mean
terendah (3,29) dan keljasama dalam unit merupakan dimensi dengan nilai mean
tertinggi (3,91) Terdapat semhilan butir pemyataan yang yang direspon negatif oleh
lebih dari 20% responden. Menurut kelompok tenaga medis, frekuensi dari pelaporan
kcjadian memiliki nilai mean terendah |f2,70) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi
adalah keljasama dalam unit (3,95). Menurut kelompok tenaga keperawatan, umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan adalah dimensi dengan nilai mean terendah
(3,35) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi adalah dimensi kcrjasama dalam unit
(3,96). Pada kelompok tenaga penunjang, staffing merupakan dimensi dengan nilai mean
terendah (2,95) dan dimensi dengan nilai tertinggi adalah dimensi komunikasi terbuka
(4,18). Pada analisis berdasarkan unit kerja, unit gawat darurat memiliki nilai mean
terendah umuk hampir semua variabel budaya keselamatan, kecuali staffing, dengan
nilai mean total 2,l8, namun hasil ini tidak sesuai dengan hasil wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya kesclamatan pasicn di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang dan memiliki karakteristik budaya positif walaupun
belum kuat, dengan dimensi terlemah adalah staiing. Staff yang rigid terhadap
perubahan dapat menjadi ancaman bagi pengembangan program keselamatan pasien,
namun di sisi Iain rumah sakit memiliki peluang potensial yakni staf yang
berpendidikan tinggi. Unit gawat darurat merupakan merupakan unit yang perlu
mendapatkan perhatian lebih besar dalam mengembangkan progmm keselaman pasien.
Mengingat bahwa untuk mcngembangkan program keselamatan pasien
dibutuhkan Iaporan dari insiden, maka disarankan tim manajemcn risiko untuk secara
intensif mensosialisasikan pelaporan insiden dan manajemen rumah sakit dapat secara
aktif membantu untuk meningkatkan keterlibatan dolcter senior dalam program

ABSTRACT
Today?s, health care in hospital become more complex and the opportunities for
errors abound. Patient safety-the prevention of medical error-have become central
concems both nationally and internationally. While a variety programs are being pushed
to improve patient safety, the belief growing that institution?s ability to avoid harm will
be realize only when its able to create a culture of safety among its staff The first step to
improve patient safety program in hospital is get patient safety culture stuyey on their
staff Safety culture assessment can be used as diagnostic tools to identified areas for
improvement, to evaluate patient safety program, conduct internal and external
benchmarking and fulfill regulatory requirement.
The ptupose of this research is to know patient safety culture from Rumah Sakit
Islam Jal
approach using primary data and questionnaire funded by AHRQ as a tool combined
with qualitative approach. Respondents in this research are 110 staff include medical
staff group, nursing staff group and supporting staff group. Data source selection based
on proportional random sampling so that ali staff in group are represented
The research result indicates that patient safety culture in Rumah Sakit Islam
Jakarta categories mild (mean=3.6O) and have the positive characteristics event not
strong. From 12 variable, staffing is the dimension with lowest mean value (3.29) and
teamwork within unit is the dimension with highest mean value (3.9l). There are nine
items that responded negative by more than 20% respondents. According to medical
staff perspective, frequencies of event reporting has lowest mean value (2.70) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.94)_ According to nursing
staff group, feedback and communication to error has lowest mean value (335) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.96). According to
supporting staff group, staffing has lowest mean value (2.95) and dimension with
highest mean value is communication openness (4.18). In unit analysis, emergency unit has the lowest mean for almost all safety culture variable, except statiing, with total
mean value is 2.18, but this data is not appropriate with interview result
Thus, the conclusion of this research is patient safety culture in Rumah Sakit
Islam Jakarta categorized mild and have the positive characteristics event not strong
with staffing as the weakest dimension. Rigid staif could be thneat safety team in
promoting patient safety program, on the other side this hospital has potential
opportunities cause high educated staffl Emergency unit is the area that need more
attention in promoting patient safety program.
Considering to improve patient safety program, incident report is needed, it is
suggested risk management team be intensive in socialization reporting incident and
hospital management be actively push senior doctor to participate this program.

"
2007
T34583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library