Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elgin Martama
Abstrak :
Pertambahan populasi penduduk menyebabkan adanya perubahan fungsi tata guna lahan sehingga memberi dampak seperti penurunan infiltrasi air hujan. Limpasan air hujan dapat memiliki polutan berupa logam berat, seperti Pb dan Zn. Bioretensi merupakan salah satu jenis teknologi yang dapat mengolah limpasan air hujan dan kinerjanya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian terdahulu menggunakan bioretensi dengan variasi komposisi media dan 1 jenis tanaman menghasilkan efluen yang belum memenuhi baku mutu. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penyisihan Pb dan Zn menggunakan bioretensi termodifikasi. Terdapat 3 bioretensi skala pilot berukuran 33×33×80 cm3masing-masing dengan kombinasi 2 tanaman berupa Chrysopogon zizanioidesdan Iris pseudacorusdan media yang sama (zeolit:kuarsa:kompos:tanah =6:2:1:1), sedangkan ukuran dan suhu aktivasi zeolit divariasikan. Ukuran zeolit yang digunakan adalah zeolit lolos saringan 8 hingga 20 mesh, sedangkan suhu aktivasi sebesar 105°Cdan 200°C. Pengaliran limpasan air hujan sintetis sebanyak 3 kali dengan variasi konsentrasi awal Pb sebesar 0,44 mg/L, 0,51 mg/L, dan 1,03 mg/L dan Zn sebesar 1,39 mg/L, 1,78 mg/L, dan 2,88 mg/L di ketiga bioretensi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan efisiensi penyisihan Pb dan Zn dibandingkan bioretensi pada studi sebelumnya. Rata-rata efisiensi penyisihan Pb pada bioretensi A, B, dan C yaitu 99,95%, sedangkan untuk parameter Zn berturut-turut sebesar 98,6%, 99,27%, dan 98,8%. Pada penelitian ini, konsentrasi efluen telah memenuhi baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001. Ukuran zeolit yang lebih kecil dan suhu aktivasi zeolit yang lebih tinggi terbukti mampu meningkatkan efisiensi penyisihan Pb dan Zn. ......The increasing human population causes a change in the function of land use so that it gives an impact such as a decrease in rainwater infiltration. Rainwater runoff can have pollutants in the form of heavy metals, such as Pb and Zn. Bioretention is one type of technology that can treat rainwater runoff and its performance is influenced by various factors. Previous study using bioretention with variations in the composition of the media and 1 type of plant produce effluents that do not meet quality standards. This research was conducted to improve the efficiency of the removal of Pb and Zn using modified bioretention. There were 3 pilot-scale bioretentions size of 33×33×80 cm3respectively with same combination of 2 plants (Chrysopogon zizanioidesand Iris pseudacorus) and media (zeolite: quartz: compost: soil =6:2:1:1), while the zeolite grain size and temperature activation were simulated. The size of zeolite used was zeolite passed through mesh of 8 to 20, while the activation temperature was 105°C and 200°C. The synthetic rainwater runoff was conducted 3 times with variation of initial Pb concentration of 0.44 mg/L, 0.51 mg/L, and 1.03 mg/L and Zn of 1.39 mg/L, 1.78 mg/L, and 2.88 mg/L in all three bioretentions. The result shows that there is an increase in the efficiency of the removal of Pb and Zn compared to bioretention in previous studies. The average removal efficiency of Pb in bioretention A, B, and C is 99.95%, while for the Zn parameters respectively 98.6%, 99.27%, and 98.8%. In this study, effluent concentrations have met the quality standards according to PP No. 82 of 2001. Smaller zeolite sizes and higher zeolite activation temperatures have been shown to increase the efficiency of the removal of Pb and Zn.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Rachel Nathania
Abstrak :

Dual substrate layer extensive green roof merupakan salah satu teknologi yang dapat menahan air hujan dan meningkatkan kualitas air hujan.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas limpasan air hujan melalui reaktor green roof, menganalisis pengaruh komposisi media filter dalam menurunkan nilai polutan pada limpasan air hujan, serta menganalisis potensi pemanfaatan limpasan air hujan dilihat dari aspek kualitas.  Penelitian ini menggunakan dua jenis green roof dengan luasan 0,24 m2. Substrat pada dual substrate layer extensive green roof terdiri dari layer atas sebagai media pertumbuhan tanaman dan layer bawah sebagai media adsorpsi polutan. Pengambilan sampel dilakukan 8 kali dengan parameter uji pH, kekeruhan, nitrat, mangan, fosfat, fecal coli. Jenis green roof dengan perbandingan ketebalan perlite:activated charcoal:vermiculite yakni 1,5:7:1,5 memiliki kualitas limpasan air hujan yang lebih baik dibandingkan dengan jenis green roof dengan perbandingan ketebalan perlite:activated charcoal:vermiculite yakni 2,5:5:2,5. Jenis media filter dan intensitas curah hujan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas limpasan air hujan.  Pemanfaatan limpasan air hujan yang melalui green roof menjadi air bersih untuk kebutuhan sanitasi dapat dilakukan. 


The dual substrate layer extensive green roof is technology that can retain rainwater and improve the quality of rainwater. This study aims to analyze the quality of rainwater runoff through the green roof reactor, analyze the effect of the composition filter media in reducing the value of pollutants in rainwater runoff, and analyze the potential utilization of rainwater runoff in terms of quality aspects. This study uses two types of pilot scale green roof 0,24 m2. The substrate on the dual substrate green roof consists of the upper layer as a medium for plant growth and the lower layer as pollutant adsorption media. Sampling was carried out 8 times with parameters test pH, turbidity, nitrate, manganese, phosphate, fecal coli. Types of green roof with  ratio of thickness of perlite: activated charcoal: vermiculite 1.5: 7: 1.5 have better rainwater runoff quality compared to the type of green roof with ratio of thickness of perlite: activated charcoal: vermiculite is 2.5: 5: 2.5.  Filter media type and rainfall intensity have a significant influence on the quality of rainwater runoff. Utilization of rainwater runoff through the green roof into clean water for sanitation needs can be done. 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Bari Lazuardi
Abstrak :
Sungai Ciliwung merupakan sungai yang membentang dari Kabupaten Bogor sebagai daerah hulu dan Kota Jakarta sebagai hilir sungai dengan panjang kurang lebih 117 km dengan luas daerah aliran sungai (DAS) sebesar 347 km2 . Air Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai pemasok air utama sebagai sumber air baku dan irigasi. Akan tetapi, DAS Ciliwung termasuk daerah aliran sungai yang kritis karena perubahan tata guna lahan yang semula daerah resapan air menjadi daerah permukiman. Alih fungsi lahan di DAS Ciliwung akan menurunkan fungsi hidrologis dan membuat timbulan sampah meningkat. Timbulan sampah tersebut jika tidak terkelola akan berpotensi masuk Sungai Ciliwung akibat adanya limpasan hujan yang tinggi. Air limpasan hujan yang tinggi akan membawa sampah yang tidak terkelola menuju sungai melalui saluran – saluran yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi timbulan sampah yang tidak terkelola di DAS Ciliwung bagian tengah dan mencari korelasi atau hubungan hujan yang diwakilkan debit terhadap potensi timbulan sampah di Sungai Ciliwung menggunakan metode regresi linear sederhana. Pada penelitian ini, dalam mencari hubungan tersebut ,dilakukan pengambilan sampel berat sampah dan tinggi muka air di Sungai Ciliwung. Dalam memperkuat hasil lapangan, melalui data sekunder, hubungan hujan-limpasan dimodelkan dengan permodelan hidrologi menggunakan WinTR-20 untuk mengulang kejadian hujan di hari penelitian di Sungai Ciliwung dan mengestimasi timbulan sampah tidak terkelola di DAS Ciliwung bagian tengah. Dari hasil pengolahan data lapangan dan data sekunder, akan dibuat persamaan regresi dan dianalisis hubungan antara debit dengan berat sampah. Berdasarkan analisis regresi dari hasil pengolahan data lapangan dan data sekunder, didapatkan nilai R2 berturut - turut adalah 0,0025 dan 0,049. Nilai tersebut menandakan bahwa pengaruh antara hujan yang diwakilkan debit dengan potensi timbulan sampah tidak terkelola di Sungai Ciliwung sangat kecil ......The Ciliwung River is a river that stretches from Bogor Regency as the upstream area and Jakarta City as the downstream river with a length of approximately 117 km and a watershed area (DAS) of 347 km2 . The water of Ciliwung River is used by the surrounding community as the main water supplier as a source of raw water and irrigation. However, the Ciliwung watershed is a critical watershed due to changes in land use from a water catchment area to a residential area. Land conversion in the Ciliwung watershed will reduce the hydrological function and increase waste generation. If this waste is not well managed, it will potentially enter the Ciliwung River due to high runoff. High runoff will carry unmanaged waste to the river through existing channels. This study aims to analyze the potential for unmanaged waste generation in the middle part of the Ciliwung watershed and to find a correlation or relationship between rainfall represented by discharge and the waste generation potential in the Ciliwung River using a simple linear regression method. In this study, in order to find the relationship, samples were taken from the weight of the waste and the water level in the Ciliwung River. In strengthening the field results, through secondary data, the rainfall-runoff relationship was modeled using a hydrological model using WinTR-20 to repeat the rainfall events on the research day in the Ciliwung River and estimate the generation of unmanaged waste in the central Ciliwung watershed. From the results of processing field data and secondary data, a regression equation will be made between discharge and waste weight and it will be analyzed. Based on the regression analysis of the results of processing field data and secondary data, the R2 values obtained are 0.0025 and 0.049, respectively. This value indicates that the effect between rain represented by discharge and the waste generation potential in the Ciliwung River is very small.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Benhardi Wastuwidya
Abstrak :
ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan pertambangan yang dapat menyebabkan masalah lingkungan dan memerlukan penanganan yang efisien dan efektif. Pemanfaatan mikroalga dalam remediasi atau fikoremediasi merupakan sebuah alternatif pengolahan AAT, namun memiliki keterbatasan aplikasi. Kendala pada aplikasi fikoremediasi AAT adalah karateristik dari air limbah yang membatasi pertumbuhan mikroalga, dimana air asam tambang memiliki kandungan logam yang tinggi, serta pH rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii sebagai agen fikoremediasi AAT. Eksperimen dilakukan dengan melakukan kultivasi mikroalga Botryococcus braunii pada AAT pada 5 photobioreactor (PBR) dengan variasi konsentrasi AAT (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, dan dilakukan kajian hubungan antara pertumbuhan mikroalga dengan konsentrasi logam Fe dan Mn, serta pH pada AAT. Botryococcus braunii menunjukkan laju pertumbuhan berbeda, dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 0,0862 hari, 1,403 hari, 1,374 /hari, 0,0738 hari, dan 0,0616 hari, dengan variasi fase pertumbuhan. Penyisihan logam Fe dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29, dan penyisihan logam Mn sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29. Diketahui pula pH masing-masing media dengan dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, dan 7,5. Hasil penelitian ini menunjukkan mikroalga Botryococcus braunii yang teraklimatisasi pada media AAT memiliki potensi sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menjadi agen remediasi AAT.
ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) is one of negative impact on the mining industry, which can cause an environmental problem and requires an efficient and effective treatment system. Utilization of microalgae for remediation, or phycoremediation, is an alternative for AMD treatment, but it has limited applications. Limitation in phycoremediation is the characteristics of AMD that are not suitable for microalgae cultivation, due to its high metal concentration and low pH. This research was conducted by cultivating Botryococcus braunii microalgae on AMD with 5 photobioreactors (PBR) with variation in AMD concentration of (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, and the relationship between microalgae growth with Fe and Mn concentration and pH on AMD was conducted. Botryococcus braunii showed different growth rate with values sequentially from the lowest AMD concentration is 0,0862 day, 1,403 day, 1,374 day, 0,0738 day, and 0,0616 /day, with variations on growth phase. Removal efficiency of Fe with values sequentially from the lowest AMD concentration is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29 and removal efficiency of Mn is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29. It is also known pH value sequentially from the lowest AMD concentration is 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, and 7,5. This research shows that Botryococcus braunii acclimatized on AMD media has the potential to become an economical and sustainable material for AMD remediation.
2020
T55196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Nur Laili
Abstrak :

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa sampah B3 rumah tangga dan menganalisis persepsi masyarakat terhadap potensi resiko penggunaan pestisida. Identifikasi sampah dilakukan menggunakan acuan SNI 19 3964 1994 dan dilakukan selama 8 hari kepada 65 KK di daerah desa dan 55 KK di daerah kota. Analisa persepsi masyarakat terhadap potensi resiko penggunaan pestisida dilakukan menggunakan metode wawancara dengan melihat 3 aspek utama yaitu penggunaan, pembuangan, dan persepsi responden terhadap resiko penggunaan pestisida. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sampah B3 rumah tangga di daerah kota sampah B3 rumah tangga menyumbang 8,22% dan di daerah desa menyumbang 5,30% pada aliran sampah padat perkotaan, dengan nilai timbulan mencapai 21,93 g/orang/hari (kota) dan 11,31 g/orang/hari (desa). Dalam hal penggunaan pestisida terdapat 56,92% responden di desa dan 65,96% responden di kota yang tidak menggunakan pestisida sesuai instruksi pemakaian. 78,72% responden di kota membuang sampah kemasan pestisida mereka secara tercampur tanpa ada pemisahan dan 41,54% responden di desa membuang sampah pestisida mereka dengan cara dibakar. Dalam melihat potensi resiko penggunaan pestisida responden di kota cenderung memberikan nilai resiko yang lebih tinggi daripada menurut penilaian responden di desa.


This research conducted to analyze household B3 waste and analyze public perceptions of the potential risks of using pesticides. Waste identification is carried out using the reference SNI 19 3964 1994 and carried out for eight days to 65 households in the rural area and 55 households in the urban area. Analysis of the public perception of the potential risks of using pesticides carried out using the interview method by looking at three main aspects: the use, disposal, and respondents’ perceptions of the risks of using pesticides. This study’s results indicate that household hazardous waste in urban areas contributed 8.22% and in rural areas contributed to 5.30% in solid waste generation, with a generation value reaching 21.93 g/person/day (city) and 11.31 g/person/day (village). 56.92% of rural respondents and 65.96% of urban respondents in the city did not use pesticides according to the instructions. 78.72% of urban respondents disposed of their pesticide packaging waste mixed with no separation, and 41.54% of rural respondents disposed of their pesticide waste by burning. In seeing the potential risks of using pesticides, urban respondents tend to give a higher risk value than according to the rural respondents’ assessment.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Agung Maruli Ramona
Abstrak :
Kegiatan konstruksi telah berkontribusi pada isu-isu dampak lingkungan, seperti pemanasan global, hal-hal partikulat, dan racun manusia. Terutama pembangunan jalan dan drainase juga memiliki masalah yang sama. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperkirakan dampak lingkungan kegiatan konstruksi pembangunan jalan dan drainase serta memiliki alternatif solusi untuk mengurangi dampak tersebut. Solusi untuk mengurangi dampak lingkungan tersebut adalah mengubah bahan bangunan. Life Cycle Assessment (LCA) diterapkan untuk Menganalisis aktivitas pembangunan jalan dan drainase hanya selama persiapan lahan dan pekerjaan beton. Data diperoleh dari bahan volume dan konsumsi energi selama fase konstruksi. Analisis LCA menggunakan perangkat lunak openLCA. Setelah dianalisis menggunakan OpenLCA, hasil yang menunjukkan jika kita mengubah material, dampak lingkungan (pemanasan global, partikulat, dan toksisitas manusia) dapat dikurangi. ......Construction activity has contributed to environmental impact issues such as global warming, particulate matters and human toxicity. Especially Road and drainage construction also have same issue. This study have purpose to estimate environmental impact construction activity road and drainage construction and to have alternatif solution to reduce these impact, solution to reduce these environmental impacts change construction materials. Life Cycle Assessment (LCA) applied to Analyseroad and drainage construction activity only during land preparation and concrete works. Data gets from volume material and energy consumption during construction phase. LCA Analysis used openLCA software. After analysis using OpenLCA, result showing if we change material, environmental impact (global warming, Particulate matters, and Human Toxicity) can be reduce.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Ratna Puspita Sari
Abstrak :
Sedimentasi merupakan masalah yang cukup besar bagi Waduk Wonogiri, hal ini dapat dilihat dari volume kapasitas tampungan yang selalu menurun. Menurut hasil studi yang dilakukan JICA pada tahun 2007, kurang lebih 114,000,000 m3 atau menyisakan 87% dari zona tampungan efektif untuk digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA tersebut, produksi sedimen tahunan rata-rata ke dalam Waduk Wonogiri adalah 3,178,510 m3 dengan sumber erosi yang dominan adalah erosi tanah dari permukaan lahan. Jika sedimentasi pada Waduk Wonogiri ini terus dibiarkan maka akan mengganggu usia waduk dan fungsi bendungan. Perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Wonogiri akan mempengaruhi besaran dari laju erosi DAS. Prediksi perubahan tutupan lahan DAS Waduk Wonogiri didapatkan berdasarkan hasil analisis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Prediksi laju erosi perlu dilakukan dengan kondisi tutupan lahan eksisting dan RTRW dari DAS Waduk Wonogiri. Penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap laju erosi pada Waduk Wonogiri menggunakan Soil and Water Assessment Tool (SWAT) yang dapat membantu dalam memprediksi laju erosi. SWAT menggunakan metode Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) sebagai dasar perhitungan laju erosi. Parameter yang dibutuhkan dalam menganalisis laju erosi menggunakan extension ArcSWAT yang berbasis SIG untuk mendapatkan Hydrological Response Unit yang berisi mengenai informasi karakteristik DAS, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Hasil analisis laju erosi pada DAS Waduk Wonogiri dengan proyeksi menurut RTRW didapatkan nilai sebesar 294.68 ton/ha/tahun dengan dominasi HRU berupa kawasan pemukiman. Sedangkan analisis laju erosi pada kondisi tutupan lahan tahun 2019, menghasilkan besaran laju erosi 424.90 ton/ha/tahun dan HRU didominasi oleh lahan pertanian. Perubahan tutupan lahan dari dominasi kawasan pertanian menjadi dominasi kawasan pemukiman memiliki pengaruh terhadap besar laju erosi, yang dapat dilihat dari penurunan sekitar 30.65% berdasarkan hasil simulasi. Sehingga disimpulkan bahwa semakin besar tutupan lahan kedap air maka laju erosi akan semakin kecil, akan tetapi perubahan dari hutan menjadi lahan pertanian akan menyebabkan laju erosi DAS meningkat jika tidak disertai dengan upaya konservasi lahan pertanian. ......Sedimentation is a significant problem for the Wonogiri Reservoir, which can be seen from the volume of the storage capacity continuously decreasing. According to a study by JICA in 2007, the total capacity only has 87% of the effective storage zone for use. Based on the research conducted by JICA, the average annual sediment production in the Wonogiri Reservoir is 3,178,510 m3, with the dominant source of erosion being soil erosion from the land surface. If sedimentation in the Wonogiri Reservoir is allowed to continue, it will disrupt the reservoir's storage and the dam's function. In addition, changes in land cover in the Wonogiri watershed will affect the magnitude of the erosion rate. This research uses the Regional Spatial Plan (RTRW) to predict land cover change in the Wonogiri Reservoir. Therefore, the erosion rate simulation will use the existing land cover condition and the RTRW of the Wonogiri Reservoir watershed. This study aims to evaluate the effect of land use change on the erosion rate in the Wonogiri Reservoir using the Soil and Water Assessment Tool (SWAT), which can assist in predicting erosion rates. SWAT uses the Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) method to calculate the erosion rate. Parameters are needed to analyze erosion rates using the GIS-based ArcSWAT extension to obtain a Hydrological Response Unit that contains information on watershed characteristics, soil types, and land use. The analysis of the erosion rate in the Wonogiri Reservoir watershed projected using the RTRW obtained a value of 294.68 tons/ha/year with the dominance of HRU in the form of residential areas. Meanwhile, the analysis of the erosion rate in 2019 land cover conditions resulted in 424.90 tons/ha/year, and agricultural land dominates the HRU. Therefore, changes in land cover from agricultural to residential areas decrease the erosion rate by 30.65% based on the simulation results. So it can be concluded that the greater the impervious land cover, the lower the erosion rate, but the change from forest to agricultural land will cause the watershed erosion rate to increase if there are no efforts to conserve agricultural land.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasi Agung Ospaman
Abstrak :
Pemanfaatan kembali material granular alternatif dari limbah agrikultur, konstruksi maupun pembongkaran gedung berbahan beton sebagai pengganti agregat kasar alami merupakan salah satu solusi untuk mengatasi isu lingkungan di industri konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai beton yang paling ramah lingkungan dari tiga beton dengan agregat berbeda, yaitu beton agregat cangkang kelapa sawit, beton agregat alami, dan beton agregat daur ulang, yang diproduksi pada skala laboratorium dalam bentuk balok. Beton tersebut diurutkan berdasarkan dampak lingkungan, konsumsi mineral alami dan timbulan limbah dari produksi masing-masing beton. Penilaian daur hidup (life cycle assessment) dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungannya, pengaruh transportasi agregat cangkang kelapa sawit, serta pengaruh alokasi antara produksi beton agregat alami dan produksi agregat daur ulang. Selanjutnya, dilakukan estimasi serapan karbon dioksida selama 25 tahun beton tersebut dipakai dan pengurutan peringkat beton berdasarkan kriteria lingkungan dengan metode VIKOR. Dari analisis tersebut, beton agregat daur ulang dapat dinyatakan sebagai beton paling ramah lingkungan yang memenuhi persyaratan-persyaratan solusi terkompromi. ......Reusing granular by-product materials from agricultural, construction and demolition waste of buildings as a substitute for natural coarse aggregate could alleviate environmental issues in the construction industry. This study aimed to determine the greenest concrete among three types of concrete: oil palm shell aggregate concrete, natural aggregate concrete, and recycled aggregate concrete, produced on a laboratory scale in a form of beam. These types of concrete were ranked according to environmental impacts, mineral resource depletion and waste generation from their production. A life cycle assessment (LCA) was conducted to analyse its environmental impacts, the effect of transporting oil palm shell aggregates and the allocation effect between the production of natural aggregate concrete and recycled concrete aggregate. Afterwards, the carbon dioxide uptake of the concretes was estimated for 25 years of use and ranked based on environmental criteria using the VIKOR method. Results have shown that recycled aggregate concrete can be presented as environmentally friendly concrete that meets the compromise solution requirements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arin Anggiarini
Abstrak :
Seiring dengan dinamika aktivitas perkotaan, dampak negatif dari alih fungsi lahan mengakibatkan pada meningkatnya limpasan permukaan. Low Impact Development (LID) merupakan serangkaian praktik yang menirukan proses drainase alami dan mengelola limpasan sedekat mungkin dengan sumbernya dalam mengurangi limpasan. Pemanfaatan LID diyakini mempengaruhi perencanaan kota dalam pengembangan zonasi untuk mengelola limpasan hujan. Pemahaman mengenai proses, besarnya limpasan permukaan serta pemanfaatan LID sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen pada kawasan perkotaan yang lebih baik. Studi ini dilakukan di DAS Mampang yang sebagian besar areanya masuk dalam Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tujuan dari studi ini adalah mengevaluasi pemanfaatan LID pada DAS Mampang terhadap skenario Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dalam pengelolaan limpasan hujan menggunakan model SWAT (Soil and Water Assesment Tool). Data input yang digunakan dalam pemodelan SWAT yaitu Digital Elevation Model (DEM), peta tanah, peta penggunaan lahan (eksisting dan RDTR), data iklim, konfigurasi LID serta debit observasi untuk keperluan kalibrasi dan validasi menggunakan perangkat lunak SWAT-CUP. Rentang waktu simulasi adalah selama 12 tahun, dimulai dari 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desembr 2021. Hasil studi ini menunjukkan bahwa rata-rata limpasan tahunan eksisting, skenario RDTR dan pemanfaatan LID berturut turut adalah sebesar 1697 mm/tahun, 1667 mm/tahun dan 1659 mm/tahun. Koefisien limpasan untuk kondisi eksisting, skenario RDTR dan pemanfaatan LID berturut turut adalah sebesar 0.60, 0.59 dan 0.58. Pola reduksi limpasan menunjukkan bahwa pemanfaatan LID bekerja lebih baik pada musim kemarau (Bulan Juni sampai dengan Bulan September). Meskipun reduksi limpasan relatif kecil, namun pemanfaatan LID berfungsi sebagai konservasi, menyimpan air pada periode hujan untuk dipergunakan pada musim kemarau. Pemanfaatan LID berbasis guna lahan dapat menjadi bagian dari usaha mengoptimalkan produktivitas pemanfaatan ruang dalam melestarikan lingkungan untuk mengembalikan fungsi hidrologis. ...... Along with the dynamic of urban activities, the negative impact of land use change is the increasing of the runoff. Low Impact Development (LID) is a series of practices imitating natural drainage process and manage the runoff to be as closest to the source to reduce the runoff. The use of LID is believed to influence urban planning in zoning development to manage stormwater. The understanding of the process, the amount of the runoff and the LID utilization are really crucial to a better implementation in urban area. This study has been conducted in Mampang watershed which mostly located in Southern Jakarta District. The purpose of the study is to evaluate the LID implementation in Mampang watershed towards spatial plan (RDTR) scenario to manage stormwater using SWAT Model. The input data used in the SWAT modeling are the Digital Elevation Model (DEM), soil maps, land use maps (existing and RDTR), climate data, LID configuration and observation discharge for calibration and validation purposes using the SWAT-CUP software. The simulation period is 12 years, starting from 1st January 2010 to 31st December 2021. The results of this study show that the annual average existing runoff, RDTR scenario and LID utilization are respectively 1697 mm/year, 1667 mm/year dan 1659 mm/year. Runoff coefficients for existing conditions, RDTR scenarios and LID utilization are 0.60, 0.59 and 0.58, respectively. The runoff reduction pattern shows that LID utilization works better in the dry season (June to September). Although the reduction in runoff is relatively small, the utilization of LID serves as a conservation function, storing water during the rainy season for use in the dry season. Utilization of land-use-based LIDs can be part of an effort to optimize spatial use productivity in preserving the environment to restore hydrological functions.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintari Faza
Abstrak :
Kota Bekasi memiliki cakupan pelayanan PDAM hanya sebanyak 40% pelanggan. Pelayanan air bersih yang belum menyeluruh menyebabkan masyarakat di Kota Bekasi menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih dan air minum. Pembangunan maupun pengelolaan sumur yang tidak tepat dapat menyebabkan air tanah rentan terkontaminasi E. coli. Penelitian ini dilakukan, untuk mengetahui kualitas air tanah dan air minum di musim kemarau, pada parameter pH, TDS, Total Coliform, dan E. coli. Pengujian konsentrasi Total Coliform dan E. coli menggunakan metode Most Probable Number (MPN), dengan menggunakan IDEXX Colilert-18. Tujuan kedua, yaitu melakukan analisis faktor yang mempengaruhi E. coli, seperti jenis sumur, jarak sumur dan tangki septik, dan kejadian hujan 1 - 7 hari sebelum pengambilan sampel. Selain itu, perbandingan konsentrasi E. coli dilakukan pada air tanah dan air minum di musim kemarau dan musim hujan dengan metode Wilcoxon. Berdasarkan hasil pengecekan, didapatkan rata-rata kualitas air bersih dan air minum secara berurutan sebagai berikut: (1) rata-rata pH sebesar 5,9 dan 7; (2) konsentrasi Total Coliform memiliki rata-rata sebesar 775,9 MPN/100 mL, dan 805,4 MPN/100 mL; (3) rata-rata konsentrasi E. coli adalah sebesar 158,1 MPN/100 mL dan 10,56 MPN/100 mL; (4) dan rata-rata TDS sebesar 155 Mg/l dan 112 Mg/l. Ketiga lokasi studi memiliki 52% E. coli >100 MPN/100 mL di musim kemarau. Pengolahan data menggunakan Generalized Linear Model memiliki hasil, bahwa sumur gali berpotensi meningkatkan E. coli ≥1 MPN/100 mL sebanyak 0,309 kali lebih besar dibandingkan sumur bor. Kejadian hujan 3 hari sebelum pengambilan data terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap E. coli >10 MPN/100 mL, yaitu sebanyak 3,480 kali lebih besar saat tidak terjadinya hujan. Pengolahan data menggunakan Wilcoxon menghasilkan adanya hubungan variasi musim terhadap tingkat E. coli di Kelurahan Jatirangga pada sumber air bersih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, TDS dan pH pada sumber air bersih dan air minum memenuhi standar baku mutu. Variabel sumur gali dan tidak terjadinya hujan saat 3 hari sebelum pengambilan data, memiliki potensi peningkatan konsentrasi E. coli di musim kemarau. Adapun strategi dalam pengelolaan sumber air bersih dan air minum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan daerah sekitar sumur, kebersihan wadah, dan pembangunan infrastruktur sanitasi yang baik. Selain itu, untuk mengoptimalkan pengurangan E. coli dapat menggunakan ozone generator pada kedua sumber. ......Bekasi City only has covered 40% of PDAM service. Clean water services that have not been comprehensive have caused people in Bekasi City to use groundwater as a source of clean water and drinking water. Construction or proper management of wells can make the soil vulnerable to E. coli contamination. This research was conducted to determine the quality of groundwater and drinking water in the dry season, on the parameters of pH, TDS, Total Coliform, and E. coli. Testing the concentration of Total Coliform and E. coli using the Most Probable Number (MPN) method, using IDEXX Colilert-18. The second objective was to analyze the factors that influence E. coli, such as the type of well, the distance between the well and the tangki septik, and the event of rain 1-7 days before sampling. In addition, comparisons of E. coli concentrations were carried out in groundwater and drinking water in the dry and rainy seasons using the Wilcoxon method. Based on the inspection, the average quality of clean water and drinking water is obtained sequentially as follows: (1) average pH of 5.9 and 7; (2) the concentration of Total Coliform has an average of 775.9 MPN/100 mL, and 805.4 MPN/100 mL; (3) the average concentration of E. coli was 158.1 MPN/100 mL and 10.56 MPN/100 mL; (4) and the average TDS of 155 Mg/l and 112 Mg/l. The third study site had 52% E. coli >100 MPN/100 mL in the dry season. Data processing using the Generalized Linear Model has the result that dug wells can increase E. coli 1 MPN/100 mL 0.309 times greater than drilled wells. The incidence of rain 3 days before data collection proved to have a significant effect on E. coli >10 MPN/100 mL, which was 3,480 times greater when there was no rain. Data processing using Wilcoxon resulted in a relationship between seasonal variations and the level of E. coli in Jatirangga Village on clean water sources. Thus, it can be said that TDS and pH in clean water sources and drinking water meet quality standards. Variable dug wells and the absence of rain during 3 days before data collection, have the potential to increase the concentration of E. coli in the dry season. The strategy for managing clean water and drinking water sources can be done by maintaining the cleanliness of the area around the well, the cleanliness of the container, and the development of good sanitation infrastructure. In addition, to optimize the reduction of E. coli can use an ozone generator in the second source.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>