Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trismilah, author
"Salah satu kegunaan enzim tripsin adalah berperan dalam pemecahan rantai peptida pada protein menjadi asam amino yang diperlukan tubuh. Protease serupa tripsin (PST) dihasilkan oleh L. plantarum FNCC 0270 melalui proses fermentasi dengan optimasi komposisi media dan agitasi menggunakan Central Composite Design dan Response Surface Methode dengan software Design Expert versi 7.1.5. Untuk mendekati keadaan ideal dilakukan optimasi melalui simulasi numerik yaitu fermentasi dengan komposisi baker yeast = 3,64%, kadar glukosa = 1,21%, konsentrasi susu skim = 0,13% dan agitasi 77 rpm, waktu 15 jam akan diperoleh aktivitas enzim 1,51 mU/mL dan kadar protein 0,205 mg/mL. Dari optimasi numerik kemudian dilakukan verifikasi fermentasi di laboratorium, dalam erlenmeyer menggunakan shaker inkubator, agitasi 77 rpm, pH awal 8, suhu 370C, t=15 jam. Hasil verifikasi menunjukkan aktivitas enzim dan kadar protein masing-masing 1,273 ± 0,227 mU/mL dan 0,248 ± 0,012 mg/mL. Selanjutnya untuk isolasi PST dalam skala lebih besar dilakukan di dalam Fermentor volume kerja 3,5 liter, pada T=370C, pH = 8 aerasi 0,5 vvm, memberikan aktivitas 1,29 mU/mL, kadar protein 0,49 mg/mL. Pemurnian PST dilakukan dengan ultrafiltrasi Hollow Fiber Catridge 5 kD, pengendapan ammonium sulfat jenuh (30-70%), dialisis, kolom kromatografi penukar ion resin Q-XL 1 mL, (Ø1 cm x 2,5 cm); dan kolom kromatografi afinitas HiTrap Benzamidine FF 1mL, (Ø1 cm x 2,5 cm); ligand paminobenzamidine masing-masing memberikan peningkatan kemurnian terhadap enzim kasar. Dari SDS-PAGE diperoleh 4 pita yang setara dengan berat molekul 47 kD, 38 kD, 21 kD dan 13 kD. Enzim stabil pada pH 8 dan rentang suhu 25-35OC, hal tersebut dibuktikan waktu paruh enzim yang sama pada suhu 25, 30 dan 35OC, yaitu 693,2 menit. Nilai Km 0,231mM dan Vmaks 1,05mU/mL.menit menggunakan subtrat BAPNA. PST dihambat EDTA, Ca2+, Zn2+, Mg2+, Mn2+ dan oleh substrat?substrat spesifik (SBTI, FBS dan diazinon). Uji imunokimia PST dengan metode dot blot positip. Analisis protein melalui situs internet dari NCBI www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/ diperoleh struktur dari serine protease HtrA (L. plantarum subs.plantarum ST-III) terdiri dari tiga domain : 1. N-terminal : dari AA nomor 1-27 dan 28-131; 2. Domain aktif : dari AA nomor 132 s/d nomor 269; 3. PDZ_serine_protease : pada C-terminal mulai dari AA 311-406. Dengan soft ware Clone Manager® melalui align two sequens diperoleh 11 (sebelas) Lactobacillus penghasil trypsin-like serine protease yang mempunyai tingkat similaritas 40-90 %. Dengan soft ware Clustal W2 melalui multiple sequens alignment dari 11 (sebelas) Lactobacillus tersebut diperoleh pohon filogenetik yang menunjukkan L.plantarum mempunyai kedekatan kekerabatan dengan L.buchneri, L. brevis dan L.malefermentans. Hasil analisis kesejajaran menunjukkan bahwa 8 fragmen peptida dari pita 1 dan pita 2 hasil SDS-PAGE, berada pada region active domain keempat Lactobacillus penghasil trypsin?like serine protease. Berdasarkan hasil analisis kesejajaran tersebut diasumsikan bahwa protein PST dari L.plantarum FNCC 0270 termasuk kelompok protease serin dari L. plantarum.

One of the enzyme trypsin function is to split peptide chains of the protein into amino acids that the body needs. Trypsin like protease ( PST ) produced by L. plantarum FNCC 0270 which was isolated from fermented Growol. The medium compotion and agitation for enzyme production was optimized using Central Composite Design and Response Surface Method with Design Expert software version 7.1.5. Numerical optimization was performed to approach the ideal state of the fermentation.The medium composition of fermentation used was: 3.64 % baker's yeast, 1.21 % glucose, 0.13 % skim milk and agitation speed of 77 rpm. After 15 hours of fermentation the enzyme activity reached was1.51 mU/mL and protein levels of 0.205 mg/mL. After numerical optimization, the fermentation process was verified using 125 mL Erlenmeyer in shaking incubator 77 rpm agitation, initial pH 8, temperature of 370C, 15 hours of fermentation. The verification results showed that the enzyme activity and protein levels, was 1.273 ± 0.227 mU/mL and 0.248 ± 0.012 mg/mL, respectively. Furthermore PST isolation was done in the fermentor working volume of 3.5 liters, at T=370C, pH=8, aeration 0.5vvm, resulted in enzyme of 1.29 mU/mL, 0.49 mg protein/mL. PST purification performed with ultrafiltration Hollow Fiber Cartridge 5 kD, saturated ammonium sulfate precipitation ( 30-70 % ), dialysis, ion exchange chromatography column with resin Q-XL 1mL, (Ø1 cm x 2,5 cm) and HiTrap affinity chromatography column Benzamidine FF 1mL, (Ø1 cm x 2,5 cm); ligand p - aminobenzamidine each purification step increased purity of the crude enzyme. SDS - PAGE analysis showed 4 protein bands with molecular weight of 47 kD , 38 kD , 21 kD and 13 kD . The enzyme was stable at 8 pH and temperature range of 25 ? 350C. The half-life of the enzyme at 25, 30 and 35OC, was the same which was 693.2 minutes. Km value of 0.231 mM and Vmax of 1.05 mU/mL.min. Using BAPNA as a substrate. PST was inhibited by EDTA, Ca2+, Zn 2 +, Mg 2 +, Mn 2 + and by specific substrates ( SBTI, FBS and diazinon ). Trypsinlike protease affinity test with dot blot was positive. Based on www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/ structures of serine protease HtrA ( subs.plantarum L. plantarum ST - III ) consisted of three domains : 1. N - terminal : AA number from 1-27 and 28-131 ; 2. Active domain : AA number of 132 to 269 numbers ; 3. PDZ_serine_protease : the C-terminal ranging from AA 311-406. Using Clone Manager® soft ware through align two sequences obtained 11 ( eleven ) The trypsin - like serine protease producing Lactobacillus that has 40-90 % similarity level. Using the Clustal W2 soft ware through multiple sequences alignment of 11 (eleven) the phylogenetic tree of the isolate L.plantarum was closely realted to L.buchneri, L.brevis and L.malefermentans. Alignment analysis results showed that 8 peptide fragments of bands 1 and bands 2 of the SDS-PAGE was, in the region active domain of fourth trypsin - like serine protease -producing Lactobacilli."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Effendi
"ABSTRAK
Latar Belakang
Cisplatin adalah obat yang sering dipakai sebagai kemoterapi kanker ganas padat. Akan tetapi, efek nefrotoksisitas masih merupakan salah satu masalah. Telah banyak usaha untuk mengurangi nefrotoksisitas ini, antara lain pemberian cairan yang adekuat, pemakaian diuretik, dan amifostin. Senyawa sulfur sudah dikenal mengurangi toksisitas terhadap logam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tumbuhan asli Indonesia yang berkhasiat mengurangi efek toksisitas terhadap cisplatin.
Metode dan Cara
Penelitian ini memakai hewan coba taus jenis Sprague Dawley. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk mengidentifikasi tumbuhan berkhasiat obat (TBO), sedangkan penelitian utama bertujuan untuk uji renoprotektif.
Pada penelitian pendahuluan dipakai 3 bahan, yaitu petai, bawang putih, dan jengkol. Berdasarkan angka kematian pada penelitian pendahuluan, ditetapkan bahwa petai yang akan dipakai pada penelitian renoprotektif.
Pada penelitian utama dipakai 30 ekor tikus SD yang mendapat dosis petai 200 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, dan 3200 mg/kg BB yang diberikan selama 14 hari berturutturut secara oral, dan pada hari ke-15 diinduksi dengan cisplatin 5 mg/kg BB T. Pada penelitian ini dipakai amifostin sebagai kontrol positif dan cisplatin sebagai kontrol negatif. Pada hari ke-18 diperkirakan terjadi gagal ginjal akut (GGA), selanjutnya dilakukan nekropsi dan pengukuran parameter ureum, kreatinin, MDA, GSH, dan histopatologi ginjal.
Hasil
Pada penelitian uji renoprotektif ditemukan bahwa pada dosis 3200 mg ekstrak petai mempunyai daya renoprotektif yang setara dengan pemberian amifostin 200 mg. Hasil pengukuran menunjukkan kadar MDA lebih rendah dan GSH yang lebih tinggi, serta kadar ureum dan kreatinin yang tetap normal pada dosis 3200 mg yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif.
Simpulan
Ekstrak petai dosis 3200 mg mempunyai efek renoprotektif.

ABSTRACT
Background
Cisplatin is a frequently used chemotherapeutic agent on solid tumor. But in the other side, nephrotoxicity of cisplatin is still a major problem. Many efforts have been applied in order to reduce this nephrotoxicity, e.g. adequate fluid rescusitation, diuretic agent, and amifostin. Sulphur compound is known to reduce metal toxicity. The aim of this study is to find an Indonesian origin plants, which is effective to reduce nephrotoxicity effect of cisplatin.
Methods
This study use Sprague Dawley rats, and is divided into 2 phases, preliminary and main-study. The aim of the preliminary research is to identify medicine effective plants (MEP) and the main-study is to proof renoprotective effect of the plants. Plants that were used in the preliminary study were petai, garlic and jengkol. According to the death prevalence in the preliminary study, petai is used in the renoprotective study.
Thirty rats were used in the main study which were given petai 200 mg/kg BW, 800 mg/kg BW, and 3200 mg/kg orally for 14 days, and in the 15th day were induced with cisplatin 5 mg/kg BW IP. In the main study, amifostin were used as positive control and cisplatin were used as negative control. ARF was predicted in the 18th day, necropsy were performed and level of ureum, creatinin, NIDA, GSH and histopathology of the kidney were taken as parameter.
Result
On the renoprotective study were found that 3200 mg petai, extract has renoprotective effect equivalent to 200 mg amifostin. Low level of MDA, higher level of GSH and normal range of ureum and creatinine from the 3200 mg group were found significantly differ from negative control group.
Conclusion
3200 mg petai extract has renoprotective effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D597
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rini
"ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan bawang putih rancangan acak lengkap, terhadap 20 ekor tikus putih jantan, galur Wistar. Digunakan bawang merah (Allium ascalonicum) sebagai pembanding. Kelompok kontrol (I). diberi 1 mL aquades/100 g BB/hari selama 31 hari; Kelompok II diberi air dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16 hari. Kelompok II dan IV, masing-masing diberi sari bawang merah dan sari bawang putih, 1 g/100 g BB/hari selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sesudahnya diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16. Kadar ureum dan kreatinin plasma sebagai parameter fungsi ginjal.
Kadar ureun plasma antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sebaliknya, kadar kreatinin plasma keompok II meningkat bermakna (P<0,05), kelompok III dan IV menurun bermakna (p<0,05). Dengan demikian, bawang merah dan bawang putih berpotensi mengurangi nefrotoksisi Pb.
Pada nefrotoksisin Pb, Pb ginjal meningkat dan terjadi stres oksidatif. Bawang putih digunakan secara luas sebagai bahan alam dan berkhasiat obat, sehingga dipelajari potensi dan mekanisme proteksinya terhadap nefrotksisitas Pb. Desain penelitian, jumlah, dan jenis tikus sama.
Kelompok kontrol (I), diberi 0,1 mg CMC/100 g BB/hari, selama 31 hari. Kelompok II, diberi CMC dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB / hari selama 16 hari. kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang putih dalam fraksi semi polar dna polar, 1 g/100 g BB/hari, selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sebelumnya diberi Pb asesat 20 mg/100 g BB/hari selama 16.
Mekanisme proteksi bawang putih diteliti dengan mengukur kandungan Pb, senyawa bergugus SH, MDA dan OH jaringan ginjal.

Pada kelompok II, kandungan Pb meningkat bermakna (p<0,05) mengakibatkan penurunan kadar senyawa bergugus SH bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA meningkat bermakna (p<0,05). Sebaliknya kelompok III dan IV, kadar Pb menurun bermakna (p< 0,05) dan kadar senyawa bergugus SH meningkat bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA menurun bermakna (p<0,05). Pengurangan nefrotoksisitas Pb terlihat dari penurunan bermakna kadar kreatinin plasa (p<0,05). Hasil uji in vitro, daya khelat senyawa bergugus SH sari bawang putih sebanding dengan kadar senyawa bergugus SH.
Dengan demikian, terbukti potensi antioksidan fraksi sei polar dan polar sari bawang putih mengurangi nefrotoksisitas PB."
2006
D639
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
"ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan.
"
2006
D771
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Effendi
"Cisplatin adalah obat yang sering dipakai sebagai kemoterapi kanker ganas padat. Akan tetapi, efek nefrotoksisitas masih merupakan salah satu masalah. Telah banyak usaha untuk mengurangi nefrotoksisitas ini, antara lain pemberian cairan yang adekuat, pemakaian diuretik, dan amifostin. Senyawa sulfur sudah dikenal mengurangi toksisitas terhadap logam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tumbuhan asli Indonesia yang berkhasiat mengurangi efek toksisitas terhadap cisplatin.
Metode dan Cara
Penelitian ini memakai hewan coba taus jenis Sprague Dawley. Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu, penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tujuan penelitian pendahuluan adalah untuk mengidentifikasi tumbuhan berkhasiat obat (TBO), sedangkan penelitian utama bertujuan untuk uji renoprotektif.
Pada penelitian pendahuluan dipakai 3 bahan, yaitu petai, bawang putih, dan jengkol. Berdasarkan angka kematian pada penelitian pendahuluan, ditetapkan bahwa petai yang akan dipakai pada penelitian renoprotektif.
Pada penelitian utama dipakai 30 ekor tikus SD yang mendapat dosis petai 200 mg/kg BB, 800 mg/kg BB, dan 3200 mg/kg BB yang diberikan selama 14 hari berturutturut secara oral, dan pada hari ke-15 diinduksi dengan cisplatin 5 mg/kg BB T. Pada penelitian ini dipakai amifostin sebagai kontrol positif dan cisplatin sebagai kontrol negatif. Pada hari ke-18 diperkirakan terjadi gagal ginjal akut (GGA), selanjutnya dilakukan nekropsi dan pengukuran parameter ureum, kreatinin, MDA, GSH, dan histopatologi ginjal.
Hasil
Pada penelitian uji renoprotektif ditemukan bahwa pada dosis 3200 mg ekstrak petai mempunyai daya renoprotektif yang setara dengan pemberian amifostin 200 mg. Hasil pengukuran menunjukkan kadar MDA lebih rendah dan GSH yang lebih tinggi, serta kadar ureum dan kreatinin yang tetap normal pada dosis 3200 mg yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif.
Simpulan
Ekstrak petai dosis 3200 mg mempunyai efek renoprotektif.

Cisplatin is a frequently used chemotherapeutic agent on solid tumor. But in the other side, nephrotoxicity of cisplatin is still a major problem. Many efforts have been applied in order to reduce this nephrotoxicity, e.g. adequate fluid rescusitation, diuretic agent, and amifostin. Sulphur compound is known to reduce metal toxicity. The aim of this study is to find an Indonesian origin plants, which is effective to reduce nephrotoxicity effect of cisplatin.
Methods
This study use Sprague Dawley rats, and is divided into 2 phases, preliminary and main-study. The aim of the preliminary research is to identify medicine effective plants (MEP) and the main-study is to proof renoprotective effect of the plants. Plants that were used in the preliminary study were petai, garlic and jengkol. According to the death prevalence in the preliminary study, petai is used in the renoprotective study.
Thirty rats were used in the main study which were given petai 200 mg/kg BW, 800 mg/kg BW, and 3200 mg/kg orally for 14 days, and in the 15th day were induced with cisplatin 5 mg/kg BW IP. In the main study, amifostin were used as positive control and cisplatin were used as negative control. ARF was predicted in the 18th day, necropsy were performed and level of ureum, creatinin, NIDA, GSH and histopathology of the kidney were taken as parameter.
Result
On the renoprotective study were found that 3200 mg petai, extract has renoprotective effect equivalent to 200 mg amifostin. Low level of MDA, higher level of GSH and normal range of ureum and creatinine from the 3200 mg group were found significantly differ from negative control group.
Conclusion
3200 mg petai extract has renoprotective effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D780
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizka
"ABSTRAK
Latar Belakang: Alfacalcidol, sebuah vitamin D analog, potensial bermanfaat memperbaiki imunosenesens pada pasien usia lanjut dengan sindrom frailty karena bekerja sebagai anti inflamasi melalui Vitamin D Receptor VDR pada makrofag dan sel TTujuan: Mengkaji efek pemberian alfacalcidol in vitro dan in vivo terhadap perubahan sitokin inflamasi IL-6, IL-10 dan Interferon g serta subset limfosit T rasio CD4/CD8, persentase sel T CD 8 CD28- dari kultur Peripheral Blood Mononuclear Cell PBMC dan Immune Risk Profile IRP pada usila dengan sindrom frailtyMetode: Selama Januari sampai Juli 2017 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, direkrut masing-masing 8 orang subyek usila fit, pre-frail dan frail dan 10 subyek dewasa sehat sebagai kontrol. Pada 34 subyek ini dinilai perubahan kadar IL-6, IL-10 dan IFN g yang diukur dengan kit ELISA dari supernatan kultur PBMC 24 jam yang distimulus Lipopolisakarida LPS 100 ng/ml dengan dan tanpa pretreatment alfacalcidol in vitro. Selain itu juga dilakukan uji klinis acak tersamar ganda dengan pemberian alfacalcidol 0,5 mcg 90 hari pada 110 subyek berusia lanjut lalu diamati perubahan kadar IL-6, IL-10 dan IFN , g perubahan rasio CD4/CD8 dan persentase sel T CD8 CD28- serta penilaian Immune Risk Profile. Dilakukan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan rerata kadar sitokin dan persentase populasi sel T dan uji chi square untuk menilai beda proporsi subyek dengan IRP positif.Hasil: Pada penelitian in vitro didapatkan rerata kadar 25 OH D serum yang semakin menurun seiring dengan perburukan status frailty. Alfacalcidol in vitro tidak menurunkan IL-6 dan IFN g, namun meningkatkan IL-10 pada seluruh kelompok. Dari uji klinis didaparkan alfacalcidol 0,5 mcg selama 90 hari tidak menurunkan IL-6 p=0,4 dan IFN gamma p=0,001 , namun mampu meningkatkan IL-10 p=0,005 dan menurunkan rasio IL6/IL10 p=0,008 . Alfacalcidol meningkatkan rasio CD4/CD8 dari 2,68 SB 2,45 menjadi 3,2 SB 2,9 ; p=0,001 dan menurunkan persentase CD8 CD28- dari 5,1 SB 3,96 menjadi 2,5 1,5 ; p

ABSTRACT
Introduction Chronic low grade inflammation and dysregulation of cellular immunity are the cardinal signs of immunosenescence in elderly with frailty syndrome. Alphacalcidol, a vitamin D analog shows immunoregulatory potency as it works on the macrophage and T cell, to control inflammation and T cell dysregulation in the elderly.Objective to determine the effect of alphacalcidol on inflammatory cytokines IL 6, IL 10, IFN gamma and T cell subsets CD4 CD8 ratio and CD8 CD28 and Immune Risk Profile of the elderly with frailty syndromeMethods During January to August 2017, in vitro study was conducted involving 10 healthy adults volunteer and 8 elderly each in fit, pre frail and frail category from Outpatient Clinics of Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta Indonesia using 24h Peripheral Blood Mononuclear Cells PBMC culture supernatants to determine the change of IL 6, IL 10 and g IFN level measured by ELISA, following stimulation with Lipopolisaccharide LPS 100 nm, with and without pretreatment with alphacalcidol. A double blind randomized controlled trial RCT with allocation concealment, involving 110 elderly subjects was also conducted to measure the effect of 0,5 mcg alphacalcidol administration for 90 days on inflammatory cytokines IL 6, IL 10, g IFN from 24 h PBMC culture supernatant, as well as CD4 CD8 and CD8 CD28 count and change of Immune Risk Profile. Statistical analysis was performed using t test to measure mean difference of cytokines and T cell count and chi square to measure proportion difference of IRP.Result In vitro study using PBMC showed alphacalcidol administration did not decrease IL 6 level IL p 0,24 and g IFN p 0,36 , but it increased IL 10 p 0,02 . Of 110 subjects involved in the RCT consisting of 27 fit elderly, 27 pre frail elderly and 56 frail elderly, it can be observed that Alphacalcidol 0,5 mcg for 90 did not decrease IL 6 p 0,4 and g IFN p 0,001 , but increased IL 10 p 0,005 and decrease IL6 IL10 ratio p 0,008 . Alphacalcidol increased CD4 CD8 ratio from 2,68 SD 2,45 to 3,2 SD 2,9 p 0,001 and decrease CD8 CD28 percentage from 5,1 SD 3,96 to 2,5 1,5 p"
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Catur Iswanti
"Latar belakang: Saat ini prevalens alergi semakin meningkat. Terapi alergi lebih terfokus untuk mengatasi gejala simptomatik. Pendekatan lain adalah terapi imunomodulasi dengan agonis toll like receptor (TLR) 9 yang dapat mengalihkan respon imun sel TCD4+ Th2 ke arah Th1. CpG ODN 2006x3_PD adalah oligonukleotida sintetik kelas B merupakan agonis TLR9 yang berpotensi aman karena mengandung fosfodiester. Pada penelitian ini CpG ODN 2006x3_PD diuji kemampuan untuk mengatasi alergi dengan menggunakan penghantar nanopartikel kitosan, melalui uji in vitro pada sel mononukleus darah tepi dan in vivo pada hewan coba mencit alergi. Metode: Preparasi nanopartikel kitosan dilakukan dengan metode gelasi ion, melalui reaksi ikat silang kitosan dan tripolifosfat. Nanopartikel dikarakterisasi dengan Dynamic light scattering (DLS), zeta sizer dan transmission electron microscope (TEM). Uji pengikatan dilakukan dengan elektroforesis pada gel agarosa 12%, uji toksisitas dan kemampuan aktivasi NF-κB dilakukan pada sel RAW Blue, dengan menggunakan cel counting kit 8 dan kit Quanti blue. Sel mononukleus darah tepi yang distimulasi selama 7 hari pada uji in vitro dan plasma hewan coba mencit Balb/c pada uji in vivo diukur konsentrasi IFNγ, IL-10, IL-13 dan IgE dengan metode ELISA.
Hasil: Diperoleh nanopartikel dengan ukuran <300 nm, muatan permukaan positif, bentuk sferis, tidak toksik dan dapat mengaktivasi NF-κB. Uji in vitro pada sel mononukleus darah tepi menunjukkan CpG ODN 2006x3_PD yang dihantarkan nanopartikel kitosan dapat menstimulasi sitokin tipe Th1 IFNγ dan T reg IL-10, menurunkan sitokin tipe Th2 IL-13 namun belum dapat menurunkan secara bermakna produksi IgE total pada sel mononukleus darah tepi individu sehat dan alergi Aplikasi intra nasal 10 ug/kali, 3 kali seminggu selama 3 minggu CpG ODN 2006x3_PD dan CpG ODN 2006x3_PD yang dihantarkan nanopartikel kitosan pada mencit Balb/c yang diinduksi alergi dengan ovalbumin dapat menstimulasi sitokin tipe Th1 IFNγ dan Treg IL-10, namun belum dapat menurunkan secara bermakna sitokin tipe Th2 IL-13 pada plasma mencit. Aplikasi CpG ODN 2006x3_PD dapat menurunkan produksi IgE spesifik anti ovalbumin pada plasma mencit meskipun belum dapat menurunkan produksi IgE total.
Simpulan: CpG ODN 2006x_PD dapat menjadi kandidat imunostimulator yang potensial pada alergi.

Background: Currently, prevalence of allergy has increased in worldwide. Allergy treatment is mainly focused to reduce clinical symptoms. Another approach is immunomodulation therapy which utilizes toll like receptor (TLR) 9 agonist that may redirect pro-allergenic Th2 biased CD4+ T cell response toward Th1. CpG ODN 2006x3_PD which is classified as synthetic oligonucleotides B has potential as a safe TLR9 agonist due to its natural backbone. In this study, CpG ODN 2006x3_PD was examined about its ability in overcoming allergies by using chitosan nanoparticles delivery, through in vitro tests on peripheral blood mononuclear cells and in vivo through allergic mice animal model.
Methods: Chitosan nanoparticles was prepared by ionic gelation method, through crosslinking reaction of chitosan and tripolyphosphate. Nanoparticles are characterized by Dynamic light scattering (DLS), zeta sizer and transmission electron microscope (TEM). The binding test was carried out with electrophoresis on 12% agarose gel, toxicity test and NF-κB activation ability performed on RAW Blue cells, using cel counting kit 8 and Quanti blue kit. IFNγ, IL-10, IL-13 and IgE level of in vitro tests of peripheral blood mononuclear cells after 7 days stimulation and Balb/c mice plasma of in vivo study were measured by ELISA method.
Results: Less than 300 nm, positive surface charge, spherical shape and nontoxic chitosan nanoparticles were obtained. These nanoparticles could deliver CpG ODN to activate NF-κB of mouse RAW-Blue cells effectively. In vitro assays of peripheral blood mononuclear cells showed that CpG ODN 2006x3_PD delivered by chitosan nanoparticles may stimulate Th1 IFNγ and T reg type cytokines IL-10, also decrease the Th2-type cytokine IL-13 but it couldn't inhibit total IgE production in peripheral blood mononuclear cells significantly. Intranasal application of 10 ug, 3 times per week for 3 weeks of CpG ODN 2006x3_PD and CpG ODN 2006x3_PD which were delivered by chitosan nanoparticles in allergen induced Balb/c mice could stimulate Th1 IFNγ and Treg type cytokines IL-10, but it couldn't significantly reduce the Th2-type cytokine IL-13 in mice plasma . The CpG ODN application decreased the specific IgE production of anti ovalbumin in mice plasma although it couldn't significantly reduce total IgE production.
Conclusions: CpG ODN 2006x_PD could be a potential candidate for allergic immunostimulator."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Subiakto
"Dengan Vitamin E 200 mg Terhadap Penurunan Stres Oksidatif Dan Peningkatan Antioksidan Pada Teknisi Awaak Pesawat Terbang Militer. Stres oksidatif merupakan kondisi patologis tubuh yang disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara oksidan dengan antioksidan tubuh, yang menghasilkan radikal bebas yang dapat mengakibatkan kerusakan sel secara dini. Radikal bebas akan berikatan bahan penyusun sel meliputi lemak, protein dan DNA akibatnya sel mengalami kerusakan, sehingga sel tidak dapat beregenerasi yang berdampak timbulnya penyakit degeneratif. Teknisi awak pesawat terbang militer sebagai personel khusus dalam melakukan pekerjaan bersinggungan langsung dengan bahan-bahan oksidan, sehingga berisiko tinggi mengalami stres oksidatif. Vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan non enzim dari luar luar tubuh yang memiliki peran menghambat stres oksidatif, sehingga stres oksidatif tidak terjadi. Desain penelitian studi eksperimental dengan intervensi (intervention study) dengan randomized double blind controled trial. Besar sampel 206 orang terbagi dua kelompok yaitu kelompok intervensi besar sampel 103 orang diberikan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dan kelompok kontrol besar sampel 103 orang diberikan placebo selama 40 hari tanpa putus. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, pola dan jumlah konsumsi vitamin C, vitamin E dan nutrien makanan, yang diperoleh dari food frequecy questionnaire (FFQ) dan 24 jam recall, pemeriksaan stres oksidatif berdasarkan pemeriksaan kadar malondialdehyde (MDA) dan antioksidan berdasarkan pemeriksaan kadar glutathione (GSH) dalam serum darah pada pre dan post intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan stres oksidatif pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara bermakna dengan p value 0,04 dengan besar efek - 0,089 nmol/mL, selang kepercayaan 95% (-0,17875 – 0,00095). Tidak terjadi peningkatan antioksidan pada kelompok yang mendapatkan suplemen kombinasi vitamin C 500 mg dengan vitamin E 200 mg dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo, secara tidak bermakna dengan p value 0,81 dengan besar efek -0,019 ug/mL, selang kepercayaan 95% (-0,140 – 0,180). Kata kunci : Suplemen Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, Stres Oksidatif, Antioksidan, Teknisi Awak Pesawat Terbang Milite

500 mg with Vitamin E 200 mg to Decrease Oxidative Stress and Increase Antioxidant on Technician Crew Military Aircraft. Oxidative stress is pathological condition body that is caused by imbalance between oxidants with antioxidants body, which produces free radicals that can lead cell damage early. Free radical will bind building blocks cell covering of fat, protein and DNA will result damage cell, so cell can not regenerate that affect onset of degenerative diseases. Technicians crew military aircraft as specialized personnel with activity job direct contact with material oxidant, thus high risk of oxidative stress. Vitamin C and vitamin E are antioxidant enzyme exogen outside body which has role inhibiting oxidative stress, so oxidative stress does not occur. The design study experimental studies with intervention randomized double blind controled trial. Sample size 206 people divided into two groups are intervention group with sample size 103 people are given supplements combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg and control group with sample size 103 people are given placebo for 40 days without break. Data collected include are characteristics of respondent, pattern and amount of consumption of vitamin C, vitamin E and nutrient food, derived from food frequecy questionnaire (FFQ) and 24-hour recall, examination of oxidative stress by checking levels malondialdehyde (MDA) and examination of antioxidant by checking levels glutathione (GSH) in blood serum in pre and post intervention. The results showed decrease oxidative stress in group intervention who are received suplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are significant with p value 0.04 with effects size -0.089 nmol/mL, confidence interval 95 % (-0.17875 - 0.00095). No increase antioxidants in group intervention who are received supplement combination vitamin C 500 mg with vitamin E 200 mg compared with control group who are received placebo, are not significant with p value 0.81 with effects size -0.019 ug/mL, 95% confidence interval ( -0.140 - 0.180)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>