Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chris Adhiyanto
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang banyak diderita penduduk sckitar Laut Tengah, Timur Tengali dan Asia. Penyakit ini diakibatkan oleh adanya gangguan pada sintesis salah satu rantai globin. Salah satu penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menyelidiki ketahanan sel darah merah talasemia terhadap beban oksidatif. Hasil pongamatan yang telah dilaporkan memperlihatkan bahwa pada sel darah merah talasemia terjadi peningkatan pembentukan oksigen reaktif, seperti radikal hidroksil dan superoksida. Oksigen reaktif ini meningkatkan proses otooksidasi dalam sel darah merah talasemia dan merupakan salah satu faktor yang mempercepat kematian sel darah merah talasemia. Penelitian ini tujuan untuk mempelajari kerusakan sel darah merah penderita talasemia bila diberi beban oksidatif dan apakah pemberian reduktor tokoferol dan glutation dapat memberi perlindungan terhadap pembebanan oksidatif. Pemeriksaan kadar malondialdehid dan glutation dilakukan pada 21 sampel sel darah merah normal dan 21 sel darah merah talasemia baik dengan pemberian beban oksidatif maupun tidak.
Hasil dan Kesimpulan : Konsentrasi malondialdehid sel darah merah talasemia lebih tinggi dibandingkan sel darah merah normal dan konsentrasi glutation sel darah merah talasemia lebih rendah dibandingkan sel darah merah normal dengan pemberian beban oksidatif maupun tidak. Tokoferol dan glutation dapat menurunkan konsentrasi malondialdehid sel darah normal dan sel darah merah talasemia. Tokoferol juga dapat mengurangi penurunan konsentrasi glutation sel darah normal dan sel darah merah talasemia yang diberi beban oksidatif."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Kusmana
"Pada saat ini alat kontrasepsi untuk wanita cukup tersedia dan bervariasi, sedangkan alat kontrasepsi bagi pria masih sangat terbatas jenisnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria lebih banyak lagi. Alat kontrasepsi tersebut sebaiknya mudah digunakan, efektif, aman, efek samping sangat minimal, tidak toksik, bersifat reversibel, dan tidak mengurangi kenyamanan saat melakukan senggama (Swerdloff, dkk, 1993). Metode kontrasepsi yang telah dilakukan untuk kaum pria antara lain secara mekanis melalui kondom, secara operatif melalui vasektomi, dan secara hormonal untuk menghambat produksi dan pematangan spermatozoa (Tadjudin, 1985; Swerdloff , dkk., 1993).
Penggunaan hormon pada kontrasepsi pria dimaksudkan untuk menghambat proses spermatogenesis melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis (Bremner & De Kretser, 1976; Wu, 1988). Metode pendekatan semacam ini didasarkan pada pengetahuan, bahwa kelangsungan spermatogenesis sangat tergantung pada sekresi hormon gonadotropin, yaitu LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) oleh kelenjar hipofisis (Sutyarso, 1997).
Harmon LH menginduksi sel Leydig untuk memproduksi testosteron, sedangkan FSH diperlukan untuk mengontrol fungsi sel Sertoli guna memproduksi zat-zat makanan yang diperlukan untuk perkembangan normal sel-sel germinal selama proses spermatogenesis dan menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) (Soeradi, 1987; Moeloek, 1991). Selama proses spermatogenesis, hormon FSH dan testosteron intratestikular yang bekerja secara sinergis diperlukan untuk proliferasi dan diferensiasi sel-sel germinal sampai terbentuk spermatozoa yang fungsional. Di samping itu, testosteron intratestikular, diperlukan untuk pembelahan reduksi serta proses pematangan spermatozoa baik selama berada di dalam tubulus seminiferus atau di dalam epididimis (Johnson & Everitt, 1980). Dengan demikian kontrasepsi hormonal bertujuan menghambat produksi hormon gonadotropin, dan diharapkan akan berpengaruh pula terhadap produksi dan kualitas spermatozoa.
Matsumoto (1988) melaporkan bahwa pemberian testosteron enantat (TE) dosis tinggi pada pria normal secara intra muskular dapat menimbulkan oligozoospermia. Penurunan jumlah sperma tersebut terjadi dari 78 + 15 x 106/m1 menjadi 2,0 + 8 x 106/ml. Temyata kualitas spermatozoa dari semen oligozoospermia tersebut mengalami penurunan, yaitu pada motilitas dan morfologi sperma bentuk ovalnya. Selanjutnya World Health Organization (WHO, 1990) mengkoordinasikan data dari 10 pusat studi yang ada di tujuh negara dengan hasil, bahwa pemberian hormon TE sebanyak 200 mg/minggu pada 271 pria sehat dan fertil menyebabkan 157 (65%) pria tersebut mengalami azoospermia setelah 6 bulan perlakuan?"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
D509
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titta Novianti
"Latar Belakang: Pada proses regenerasi jaringan terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen yang menyebabkan jaringan mengalami hipoksia relatif. Keadaan hipoksia diduga memiliki peran penting dalam proses regenerasi jaringan. Pada penelitian ini, dianalisis ekspresi protein dan gen yang berperan mengatasi keadaan hipoksia (HIF-1α dan HIF-2α), protein yang berperan dalam suplai oksigen (Cygb), protein yang menstimulasi biogenesis mitokondria (PGC-1α) serta enzim yang mampu menangkal radikal bebas (MnSOD) pada regenerasi jaringan. Regenerasi jaringan ekor pada cecak rumah (Hemidactylus platyurus) digunakan sebagai model dalam penelitian ini, karena merupakan hewan yang paling dekat secara taksonomi dengan mamalia yang memiliki daya regenerasi tinggi, dibandingkan vertebrata lain dengan kemampuan sama. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi model dalam mempelajari proses regenerasi dalam upaya pengembangan terapi penyembuhan luka.
Metode: Penelitian bersifat eksperimental deskriptif menggunakan jaringan 30 ekor cecak hasil regenerasi pada hari ke 1; 3; 5; 8; 10; 13; 17; 21; 25; dan 30 setelah autotomi dengan 3 kali pengulangan pada setiap pengamatan. Cecak diperoleh dari lingkungan laboratorium Zoologi Puslit Biologi LIPI Cibinong. Analisis ekspresi gen dilakukan dengan metoda qRT-PCR; analisis ekspresi protein dinilai dengan metoda Western Blot dan imunohistokimia, serta dilakukan analisis struktur histologi jaringan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Penelitian dilakukan di Laboratorium Departemen Biokimia & Biologi Molekuler FKUI; laboratorium Histologi FKUI, laboratorium PRVKP FKUI, dan laboratorium Patologi Anatomi FKH IPB. Penelitian dalam kurun waktu tahun 2015-2018.
Hasil penelitian: Grafik pertumbuhan jaringan ekor cecak menghasilkan pola pertumbuhan yang lambat pada 13 hari pertama, pertumbuhan yang sangat cepat hari ke 13 sampai ke 21, dan kembali lambat sampai hari ke 30. Pada awal pertumbuhan, ekspresi HIF-1α dan HIF-2α tinggi menunjukkan jaringan dalam keadaan hipoksia. Tingginya ekspresi Cygb selama proses regenerasi jaringan dari awal hingga akhir pengamatan menunjukkan perannya untuk mengakomodasi oksigen selama proses regenerasi berlangsung. Ekspresi PGC-1α yang tinggi di awal proses dan tetap dipertahankan sampai akhir pengamatan berperan untuk mempertahankan agar energi untuk proses regenerasi dapat terpenuhi melalui biogenesis mitokondria. Tingginya ekspresi MnSOD dalam jaringan pada awal regenerasi diduga memiliki peranan yang berkaitan dengan netralisasi senyawa radikal dalam jaringan.
Kesimpulan: HIF 1α, HIF 2α, Cygb, PGC 1α dan MnSOD masing-masing memiliki peran penting tersendiri dalam proses regenerasi jaringan.

Background: In tissue regeneration there is an imbalance between oxygen demand and supply causes the tissue to experience relative hypoxia. Hypoxia is thought to have an important role in the tissue regeneration. This research analyzed the expression of proteins and genes that play role in overcoming hypoxia (HIF-1α dan HIF-2α); the protein involved in oxygen supply (Cygb); the protein that stimulates mitochondrial biogenesis (PGC-1α); and the enzyme counteract free radicals (MnSOD). The regeneration of house gecko's tail (Hemidactylus platyurus) was used as a model in this research, because it is the taxonomically closest animal to mammals that have a high capability in regeneration, compared to other vertebrates with the same ability. Hence, this study might become a model in studying tissue regeneration as an effort in developing a wound healing treatment.
Method: The research was performed in a descriptive experimental way, using 30 geckos, having undergone regeneration on day 1; 3; 5; 8; 10; 13; 17; 21; 25; and 30 after autotomy. The experiment used 3 repetitions for each observation. House geckos were obtained from the laboratory building of Zoology Research Center of Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Cibinong and its surrounding area. The analysis for gene expression was performed using qRT-PCR method; the analysis for protein expression was undertaken using Western Blot method and immunohistochemistry. In addition to these, the structure analysis for the tissue histology was performed using Haematoxilyn and Eosin (H&E) staining method. The study was conducted in the Laboratory of the Department of Molecular Biochemistry & Biology FKUI; Laboratory of the Department of Histology FKUI; laboratory of the Institute of Human Virology & Cancer Biology FKUI; and laboratoty of Phatology Anatomy of Animal Medicine, Institute of Agriculture Bogor, in the year 2015-2018.
Results: The graph for the growth of the gecko tail tissue exhibits a slow growth pattern for the first 13 days, followed by a very swift growth between day 13 to 21, returning to slow growth afterwards until day 30. In the early growth stage, the expression of HIF1α and HIF-2α were increased which showed the tissue was in hypoxia state. HIF protein regulates the contributing to the tissue regeneration process, leading to the increasing growth of tissue with the correlation values of r=-0,853 for HIF-1α; r=-0,75 The substantial expression of Cygb observed throughout the process of tissue regeneration indicates its role in accommodating oxygen in the regeneration process. The expression of PGC-1α was observed to be high in the early stages of the process and remain so until the process ends. This indicates its function in maintaining that sufficient energy provided by mitochondrial biogenesis is available for the regeneration process. The high level of MnSOD expression in the tissue in the early stage of regeneration is thought to relate to its role in neutralizing radicals inside the tissue.
Conclusion: HIF 1α, HIF 2α, Cygb, PGC 1α and MnSOD have their own important roles in the tissue regeneration process."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library