Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chusni Hadiati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai strategi percakapan dalam jual beli tradisional dalam dialek Banyumas ini merupakan penelitian pragmatik yang berfokus pada analisis percakapan. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi strategi percakapan jual beli tradisional dalam dialek Banyumas dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam keputusan pembelian konsumen. Tuturan yang diujarkan oleh penutur merepresentasikan apa yang ada dalam benak mereka. Strategi percakapan dalam penelitian ini meliputi, kondisi kesahihan tuturan, strategi bertutur dan strategi kesantunan. Keputusan konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal yang direalisasikan melalui tuturan dalam percakapan jual beli. Data penelitian diperoleh dari percakapan jual beli di pasar tradisional. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan mikro dan makro struktur. Analisis data dilakukan dengan metode padan pragmatis. Satuan analisis dalam penelitian ini adalah tuturan. Kondisi kesahihan tuturan dapat dilihat dari konteks tuturan. Pada realisasinya, konteks tuturan dapat dilihat sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelian. Faktor eksternal atau bauran pemasaran adalah faktor-faktor di luar individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Faktor internal atau black box model yang terjadi dalam benak individu merupakan faktor dalam diri individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Faktor eksternal dan faktor internal itu direalisasikan ke dalam tuturan individu dalam percakapan jual beli tradisional. Bahasa dalam percakapan jual beli tradional memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi referensial, fungsi afektif, dan fungsi fatis. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk membuktikan fungsi bahasa dalam percakapan jual beli tradisional dalam bahasa Jawa dialek Banyumas
ABSTRACT
The research on conversation strategies in traditional selling and buying in Banyumas dialect is a pragmatic research focuses on conversation analysis. It aims to reconstruct the conversation strategies in traditional selling and buying in Banyumas dialect and to find out the factors affecting consumers? behavior. Utterances used in traditional selling and buying conversation relfect speakers? mind. The conversation strategies include the felicity condition, the speech strategies, and the politeness strategies. Consumers? behavior is affected by external and internal factors. Data is gathered from traditional selling and buying conversations in traditional markets. This qualitative research uses micro and macro structure to display data and uses pragmatic identity method in analysis. The unit of analysis of this research is speech or utterance. Felicity condition of each utterance can be seen from the context. Context is considered as factors affecting consumers? behavior. External factors or marketing mix are factors outside the consumers which affects the consumers? decision whether or not to buy the goods. On the other hand, internal factors or the black box model are factors inside the consumers affecting their decision. It is called as a black box model since it occurs in buyers? mind. Those external and internal factors are realized in the utterances used in traditional selling and buying conversation. The language functions in traditional selling and buying are classified into three types; referential, affective, and phatic. A further and deeper research needs to conduct to prove the language functions in traditional selling and buying conversation in Banyumas dialect
2016
D2246
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaqiatul Mardiah
Abstrak :
Disertasi ini membahas semantik spasial preposisi ala dan nomina spasial fawqa dengan memanfaatkan ancangan linguistik kognitif, khususnya semantik kognitif. Dengan sumber data dari corpus.kacst.edu.sa dan model polisemi berprinsip dari Tyler dan Evans (2003), serta konfigurasi dari Ferrando dan Gosser (2011), kajian ini menemukan makna primer ala dan fawqa yaitu yang menyatakan makna lebih tinggi dari atau posisi di atas. Perbedaan kedua leksem itu terletak pada ada atau tidaknya kontak pada salah satu sisi permukaan entitas yang berelasi. Untuk makna perluasan ala, secara dominan menunjukkan relasi kuasa dan relasi tumpuan, sedangkan makna perluasan fawqa menunjukkan makna melebihi atau melampaui. Data dari korpus juga memperlihatkan kecenderungan jumlah makna perluasan ala lebih banyak dibanding makna perluasan fawqa. Selain itu, makna perluasan ala lebih banyak menunjukkan hubungan yang erat antara verba atau nomina derivatifnya dengan ala, sedangkan makna perluasan fawqa tidak menunjukkan hal yang sama. Temuan tentang makna primer dan makna perluasan masing-masing ala dan fawqa disajikan dalam bentuk jejaring semantis. Jejaring semantis itu menggambarkan relasi polisemis antara makna-makna perluasan dengan makna primernya. Sebagai dua leksem yang bersinonim, fawqa dapat menggantikan ala pada situasi tertentu, dan begitu pula sebaliknya.
This dissertation discusses the spatial semantics of preposition ala and spatial noun fawqa by utilizing cognitive linguistic approaches, specifically cognitive semantics. With data sources from corpus.kacst.edu.sa and principled polysemy models from Tyler and Evans (2003), as well as configurations from Ferrando and Gosser (2011), this study found the primary sense of ala and fawqa, which states higher meaning or position above. The difference between the two lexemes lies in the presence or absence of contact on one side of the surface of the related entity. For the extended senses of ala, dominantly show the power relation and pedestal relation, while the extended senses of fawqa indicate the exceeding or beyond. Data from the corpus also show the tendency of the number of the extended senses ala more than the extended senses of fawqa. furthermore, the extended senses of ala show the close relationship between the verb or its derivative nouns with ala, while the extended senses of fawqa does not indicate the same thing. The findings of the primary sense and the extended senses of each ala and fawqa are presented in the frame of semantic network, which illustrates the polysemic relation between extended senses and their primary sense. As two synonymous lexemes, fawqa can replace ala in certain situations, and vice versa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library