Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Siska Mayasari
Abstrak :
Latar belakang: Hipertensi bukan merupakan manifestasi klinis pasien hiperplasia adrenal kongenital defisiensi enzim 21-hidroksilase (HAK 21-OHD), oleh karena itu perlu diketahui angka kejadian hipertensi pada pasien HAK 21-OHD serta kemungkinan penyebabnya. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kadar aktivitas renin plasma (PRA) dengan hipertensi pada anak HAK 21-OHD. Metode: Suatu studi analitik observasional dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel penelitian adalah anak HAK 21-OHD yang berusia >6 bulan-18 tahun, dipilih secara consecutive sampling, kemudian dibandingkan antara 2 kelompok, hipertensi dan tidak hipertensi. Hasil: Sebanyak 40 anak dianalisis, 20 subjek di kelompok hipertensi dan 20 subjek tidak hipertensi. Hipertensi ditemukan pada 16 dari 27 subjek (59,3%) HAK tipe salt wasting dan 4 dari 13 subjek (30,8%) HAK tipe simple virilizing. Diperoleh perbedaan rerata yang bermakna kadar PRA antara kelompok hipertensi dengan tidak hipertensi pada tipe salt wasting p=0,016). Risiko mengalami hipertensi pada pasien HAK tipe salt wasting dengan kadar PRA rendah adalah 1,09 kali setelah dikontrol variabel jenis kelamin, kadar 17-OHP, dan dosis terakhir fludrokortison. Dosis terakhir hidrokortison memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian hipertensi pada pasien HAK tipe salt wasting. Kesimpulan: Kejadian hipertensi pada pasien HAK 21-OHD saat penelitian berlangsung adalah 32%. Risiko hipertensi pada pasien HAK tipe salt wasting dengan kadar PRA rendah adalah 1,09 kali setelah dikontrol variabel jenis kelamin, kadar 17-OHP awal, dan dosis terakhir fludrokortison. ......Background: Hypertension is an uncommon manifestation of congenital adrenal hyperplasia due to 21-hydroxylase enzyme deficiency (21-OHD CAH), therefore it is necessary to estimate the incidence of hypertension in 21-OHD CAH patients and the possible causes. Objective: To evaluate the association between plasma renin activity levels (PRA) with hypertension in children with 21-OHD CAH. Methods: An observational analytic study with a cross sectional study design. The subjects were 21-OHD CAH children, aged >6 months to 18 years, selected by consecutive sampling and then compared between 21-OHD CAH with hypertension and non hypertension groups. Results: A total of 40 subjects were analyzed, 20 subjects in the hypertension and 20 subjects in non hypertension groups. There were 16 from 27 (59.3%) and 4 from 13 subjects (30.8%) with hypertension in CAH salt wasting and simple virilizing types, respectively. There was significant mean difference in PRA levels between hypertension and non hypertension groups in CAH salt wasting patients (p=0,016). The risk of hypertension in CAH salt wasting patients with low PRA levels was 1,09 times after controlling for sex variables, 17-OHP levels, and the last dose of fludrocortisone. The last dose of hydrocortisone had a significant relationship with the incidence of hypertension in CAH salt wasting type patients. Conclusion: The incidence of hypertension in 21-OHD CAH patients during the study period was 32%. The risk of hypertension in CAH salt wasting patients with low PRA levels was 1.09 times after being controlled by sex, 17 OHP level, and the last dose of fludrocortisone.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Susi Natalia
Abstrak :
Latar belakang: Pertumbuhan dapat optimal, jika faktor nature maupun nurture berjalan harmonis. Berdasarkan kurva WHO, angka stunting Riskesdas tahun 2012, Papua lebih tinggi dibandingkan Jakarta. Anak Indonesia terbukti lebih pendek, tetapi BMI-nya tidak menunjukkan deviasi bermakna. Obyektif: Membandingkan TB anak SDN Nabire-Papua dengan SDN Jakarta, faktor yang memengaruhi, menggunakan CDC dan Indonesian National Growth Chart. Metodologi: Desain penelitian adalah analitik cross sectional, Desain I, membandingkan TB anak Nabire asli Papua dan non-Papua. Desain II, membandingkan TB anak SDN Nabire-Papua dan Jakarta, dengan CDC dan Indonesia National Growth Chart. Hasil: Penelitian I, jumlah subyek 189, terdiri dari 115 anak Nabire-asli-Papua dan 71 non-Papua, didapatkan anak non-Papua, 2,7 cm lebih tinggi dibanding asli-Papua (p=0,0465). Penelitian II, SDN Nabire-Papua 1.829 subyek, sedangkan SDN Jakarta 1.283 subyek, didapatkan anak perempuan asli-Papua lebih pendek dibanding non-Papua (p=0,001), sebaliknya pada anak lelaki. Diasumsikan, perbedaan TB disebabkan faktor nurture. Terdapat hubungan signifikan pendidikan ibu dan pendapatan ayah terhadap TB anak SDN Jakarta. Namun, tidak terdapat hubungan terhadap BMI. Anak SDN Jakarta lebih tinggi dibanding SDN Nabire-Papua. Persentase anak SDN Nabire-Papua dan Jakarta yang stunted dan juga wasted dengan Indonesia National Growth Chart, lebih sedikit dibanding dengan CDC. Kesimpulan: Anak pendek SDN Nabire-Papua bukan stunting. Telah terjadi trend sekuler positif TB anak SDN Jakarta.. Indonesia National Growth Chart lebih sesuai menggambarkan pertumbuhan anak Indonesia. ...... Background: Optimal growth achieved with harmonious nature and nurture factors. Riskesdas 2012 mentions, stunting rate in Papua is higher than Jakarta. WHO curve proves that Indonesian children shorter, but the BMI does not show deviations. Objective: Comparing Heigh of Nabire-Papua to Jakarta elementary children and influencing factors using CDC and Indonesian National Growth Chart. Methodology: Design of research is cross sectional analytic. Design I, to compare height of children Nabire-Papuanese and non-Papuanese. Design II, to compare height of Nabire-Papua and Jakarta elementary children, with CDC and Indonesia-National-Growth-Chart. Results: Study I, Non-Papuanese children, 2.7 cm higher than Papuanese (p=0,0465). Research II, Height of Papuanese girls shorter than non-Papuanese (p=0.001), otherwise on boys. This assumptions, the difference of height due to nurture factors There is significant relationship maternal education and father's income to SDN Jakarta children´s height. However, no connection to BMI. Children of SDN Jakarta higher than Nabire-Papua. Percentage of Nabire-Papua and Jakarta elementary children´s were stunted and wasted with Indonesia National Growth Chart, fewer than CDC. Conclusion: Nabire-Papua Children´s are not stunting. Secular positive trend of height Jakarta children. Indonesia National Growth Chart more suitable to describe growth of Indonesian children.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library