Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulfi Zawarnis
Abstrak :
Tesis ini membahas variasi dialektal bahasa Jawa di luar wilayah penggunaannya, Lampung. Variasi yang dijabarkan yakni variasi lcksikal dan fonologis. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap lima betas informan di lima belas titik pengamatan. Pengolahan data melalui penghitungan dialektometri dan penyusunan berkas isoglos. Informan yang terpilih adalah informan yang berasal dari suku Jawa yang dilahirkan di Lampung. Penelitian ini menunjukkan distrihusi variasi hahasa Jawa di Lampung melalui analisis berdasarkan pengelompokan jumlah etimon dan medan makna. 1-lasil penclitian menunjukkan bahwa secara leksikal variasi hahasa Jawa di I,ampung hanya sampai variasi subdialek. Secara fonologis, variasi yang muncul menunjukkan jarak yang tinggi.
This thesis tries to uncover Javanese dialect variants outside its area. expecially in Lampung. The variants which are explained are lexical and phonological variants. To collect the required data the writer interviewed fifteenth informan within fifteenth research areas. To analyze the data, the writer applied dialectometric and the bundels of isogloss. The chosen informan are those who are Javanese but horn in Lampung. This study shows the distribution of Javanese variants which were based on the analysis of grouping the number of etymon and area of meaning. The result of study reveals that lexically the variants of Javanese language are only subdialect and phonologically the variants appear indicate high differents variants.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T37532
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kuswanti
Abstrak :
Penelitian kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia telah dilakukan di desa Kutabima kecamatan Cimanggu kabupaten Cilacap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di desa Kutabima yang memiliki pemertahanan bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Sunda, yang kuat. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya hidup bahasa Indonesia di desa Kutabima serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian bahasa masyarakatnya. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik penelitian yang dipakai adalah wawancara berstruktur. Responden yang diwawancara sebanyak 60 orang yang terdiri dari 20 orang murid, 20 orang tua perempuan, dan 20 orang tua laki-laki yang diambil dari seluruh wilayah Kutabima (15 responden dari dusun Kutabima, 15 responden dari dusun Dukuh Sawah, 15 responden dari dusun Cisampih, dan 15 responden dari dusun Citulang). Data dianalisis secara kuantitatif. Analisis meliputi frekuensi pemakaian bahasa dan juga melihat hubungan antara pemakaian bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa. Kesimpulan akhir penelitian menunjukkan bahwa kedudukan bahasa Indonesia di desa Kutabima sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, sedangkan fungsi bahasa Indonesia di desa kutabima adalah sebagai bahasa pengantar pendidikan, bahasa pengantar bidang pemerintahan, dan bahasa antarsuku. Faktor-faktor di luar bahasa yang mempengaruhi pemakaian bahasa responden adalah faktor partisipan, latar, dan topik pembicaraan; sedangkan variabel di luar bahasa, yang berkaitan dengan partisipan, yang mempengaruhi pemakaian bahasa responden adalah variabel jenis kelamin dan pekerjaan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meity Nurani
Abstrak :
Penelitian mengenai Bahasa Remaja : Studi Kasus Pemakaian Bahasa Di Radio Prambors dilakukan terhadap ujaran-ujaran yang digunakan oleh para penyiar di Radio Prambors. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran sejauh mana dialek Jakarta, bahasa Indonesia, bahasa daerah lain, bahasa asing, dan bahasa prokem digunakan dalam ragam lisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan induktif. Data-data dianalisis secara keseluruhan untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum. Sebagai kesimpulan akhir dari penelitian Ini menunjukkan bahwa dialek. Jakarta merupakan penyumbang terbesar bagi pembentukan kata secara keseluruhan, di samping bahasa Indonesia, bahasa daerah lain, bahasa asing, dan bahasa prokem.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustanto Sudin
Abstrak :
Skripsi ini merupakan salah satu dari sekian banyak penelitian atas iklan yang pernah dilakukan di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sintaksis sebagai dasar untuk menganalisis iklan yang menjadi fokus penelitian karena iklan tidak lepas dari kalimat. Suatu hal yang menarik dari penelitian ini adalah kebanyakan iklan menggunakan ragam tidak baku. Berangkat dari kenyataan ini, timbul keinginan -penulis untuk mendeskripsikan iklan atas unsur-unsur pembentuknya. Data yang penulis gunakan sebagai bahan analisis adalah iklan televisi yanng penulis dapatkan dari hasil merekam secara berkala. Hasil dari penelitian sederhana ini, penulis banyak menemukan penggunaan kalimat tunggal dalam iklan. Penulis juga banyak menemukan pelepasan subyek pada iklan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kartika T. Wati
Abstrak :
Menurut linguis, sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa. Hal yang menarik dari masalah sapaan antara lain adalah variasi dan kerumitannya. Sistem sapaan bahasa Indonesia, misalnya, dianggap rumit karena memiliki sangat banyak pilihan (kata) untuk menyapa lawan bicara. Tujuan penelitian karya ini, pertama, untuk melihat pemakaian kata sapaan dalam karya sastra Indonesia berwarna lokal Jawa berdasarkan partisipan, latar, dan topik pembicaraan. Kedua, untuk melihat kecenderungan pemakaian kata sapaan tersebut berdasarkan bentuk, kelas kata, jenis, dan bahasa asal. Akan halnya metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni penyelidikan masalah dengan cara menggambarkan keadaan subyek/ obyek penelitian berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Usaha mendeskripsikan fakta-fakta yang ada tersebut untuk mengemukakan gejala-gejala secara lengkap dalam aspek yang diselidiki agar jelas keadaan dan kondisinya. Dengan demikian, bertolak dari penggambaran keadaan obyek penelitian--dalam hal ini kata sapaan---sebagaimana adanya, kemudian dilakukan analisis terhadap data sesuai dengan tujuan penelitian, maka di sini digunakan metode deskriptif. Berdasarkan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa bentuk sapaan yang ditemukan dalam karya sastra Indonesia berwarna lokal Jawa berupa kata dan frase. Kelas kata dan frase yang digunakan, yaitu nomina, ajektiva, konjungsi, frase nominal, dan frase nondirektif. Sebagai sapaan, nomina, antara lain dapat diklasifikasi atas: nama diri; istilah kekerabatan; pangkat, gelar, atau jabatan akademis; gelar kebangsawanan; dan nomina lain. Selain itu, ditemukan sedikitnya tiga unsur yang berpengaruh terhadap pemilihan bentuk, kelas kata, dan jenis kata sapaan: partisipan, latar, dan topik. Sementara itu, pemakaian sapaan dari bahasa Jawa mendominasi pilihan kata yang dipakai dalam data. Hal ini terjadi, tentu saja, karena adanya tuntutan dari warna lokal Jawa agar kisahan dalam karya sastra tersebut menjadi lebih menarik dan lebih hidup.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S10812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rini Wulandari
Abstrak :
Di Indonesia terdapat sekitar lima ratusan bahasa daerah yang merupakan lahan yang menarik bagi bidang pemetaan bahasa. Akan tetapi penelitian mengenai pemetaan bahasa di Indonesia belum sebanding dengan jumlah bahasa daerah yang ada. Penelitian pemetaan bahasa di semua daerah di Jawa Barat bertujuan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai situasi kebahasaan bahasa Sunda di Jawa Barat. Saya memilih Kabupaten Purwakarta sebagai objek penelitian karena kabupaten ini masih menarik untuk diteliti dari segi bahasanya. Menurut pengamatan saya, masih ada aspek yang belum digarap oleh dua peneliti sebelumnya, baik penelitian yang dilakukan oleh Nothofer (1977) maupun Suriamiharja (1984). Tujuan penelitian Nothofer sebenarnya bukan pemetaan bahasa, melainkan rekonstruksi bahasa proto pada bahasa Melayu, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa di Provinsi Jawa Barat. Dari Kabupaten Purwakarta Nothofer mengambil 1 titik pengamatan sebagai percontoh bahasa Sunda. Data yang diperoleh Nothofer itu, menurut saya, belum dapat memberikan gambaran situasi kebahasaan di Kabupaten Purwakarta. Selanjutnya Suriamiharja pada dasarnya memetakan variasi bahasa Sunda lemes dan kasar yang ada dalam bahasa Sunda Purwakarta. la belum menentukan berapa dialek yang ada serta letak batas daerah pakai dan daerah sebar bahasa Sunda Purwakarta. Suriamiharja lebih memusatkan penelitiannya pada variasi bahasa. Walaupun penelitian saya dilakukan pada lokasi yang sama dengan Suriamiharja, namun terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang saya lakukan dan penelitian Suriamiharja. Pertama, Suriamiharja menggunakan daftar tanyaan berbahasa Sunda. Saya menggunakan daftar tanyaan nasional yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Dengan demikian data kebahasaan yang saya kumpulkan dapat dibandingkan dengan penelitian di wilayah lainnya di Indonesia. Kedua, konstruksi daftar tanyaan yang dipetakan Suriamiharja terdiri dari 35 kosakata dasar dan 541 kosakata budaya dasar. Konstruksi daftar tanyaan yang saya petakan terdiri dari 200 kosakata dasar dan 93 kosakata budaya dasar. Ketiga, Suriamiharja tampaknya belum sempat membuat berkas isoglos dari peta-petanya, untuk kemudian dihitung berdasarkan dialektometri. Saya membuat berkas isoglos dari setiap peta dan dihimpun dalam berkas isoglos berdasarkan medan makna yang terdiri dari 17 medan makna, lalu dihitung berdasarkan dialektometri. Penghitungan dialektometri dilakukan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan kosakata antartitik pengamatan dengan membandingkan data yang terkumpul. Keempat, saya melakukan penelitian di desa yang berbeda dengan Suriamiharja dan dengan jumlah desa yang berbeda. Desa yang diteliti oleh Suriamiharja berjumlah 22 desa, sedangkan desa yang saya teliti berjumlah 37 desa. Hal ini disebabkan oleh distribusi titik pengamatan yang berbeda serta pembagian administratif Kabupaten Purwakarta yang berbeda antara tahun 1984 dan 1996. Dari penelitian yang saya lakukan ditemukan beberapa kosakata yang untuk sementara diasumsikan sebagai kosakata setempat, seperti namut 'bajak', sabraj 'cabai', kutumiri, 'pelangi', sulampe & 'saputangan'; kosakata bahasa Jawa; kosakata bahasa Arab, kosakata bahasa Belanda, dan kosakata bahasa Indonesia. Di samping itu dikenal bentuk pengulangan dwilingga dan dwipurwa dalam bahasa Sunda Purwakarta serta sejenis korespondensi bunyi antartitik pengamatan. Menurut pengamatan saya, bahasa Sunda Purwakarta tidak mengalami perkembangan memburuk. Untuk berkomunikasi sehari-hari penduduk tetap memakai bahasa Sunda. Bahasa Sunda pun mempunyai wilayah pemakaian yang merata di seluruh kabupaten ini. Bahasa Indonesia bersifat situasional karena hanya digunakan dalam situasi yang resmi (di kantor dan di sekolah), kegiatan kemasyarakatan (penyuluhan pertanian, penyuluhan KB, dan kegiatan PKK), dan pembicaraan yang menyangkut masalah ilmiah atau keilmuan. Walaupun begitu munculnya kosakata bahasa Indonesia dalam kosakata bahasa Sunda tidak dapat dihindari. Kemunculannya dapat terjadi melalui sarana komunikasi atau saluran budaya (radio, televisi, surat kabar) yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Akibatnya bahasa Indonesia tidak lagi dianggap asing oleh penduduk Purwakarta. Kabupaten Purwakarta merupakan wilayah yang terus berkembang dan tidak menutup diri terhadap pengaruh luar. Perkembangan pembangunan daerah yang pesat, seperti munculnya kompleks industri, secara berangsur mengubah komposisi penduduk menjadi beragam. Hal ini mengakibatkan terjadinya interaksi antara penduduk asli dan pendatang. Agar terjalin komunikasi di antara mereka, masing-masing saling menyesuaikan diri dalam penggunaan bahasa. Ada kemungkinan kosakata asli diganti dengan kosakata bahasa Indonesia agar dapat dimengerti oleh pendatang. Berdasarkan hasil penelitian Suriamiharja (1984) dan penelitian yang saya lakukan (1996), bahasa Sunda Purwakarta yang ada dan dipakai selama dua belas tahun terakhir ini masih cenderung baku. Menurut asumsi saya, ada kemungkinan karena letak Kabupaten Purwakarta yang tidak jauh dari pusat penyebaran bahasa Sunda (Bandung). Selain itu ada beberapa kosakata atau berian yang dipakai pada tahun 1984 yang sudah tidak dikenal lagi oleh para informan tahun 1996. Hal ini terjadi karena sebagian berian itu adalah bentukan setempat, seperti oyo k 'panggilan untuk gadis kecil'; cungkir, pancang 'kikir'; b3gE? 'tuli'; kukuk ' anak anjing' ; j E r E rj E s ' pemarah' ; m9 gu? , kD d 7 .I 'tumpul' ; perbedaan pembagian administratif kabupaten, dan perbedaan distribusi titik pengamatan.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S10910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Respati Danardhono
Abstrak :
Skripsi ini adalah hasil penelitian dialektologi di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui wilayah-wilayah bahasa yang ada di lokasi tersebut. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah situasi kebahasaan di lokasi yang sangat menarik yaitu penggunaan dua bahasa secara teratur oleh penutur-penuturnya. Dengan dilandasi teori-teori yang mendukung munculnya kemungkinan-kemungkinan masalah kebahasaan di wilayah seperti itu, penelitian ini pun dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode langsung. Peneliti langsung datang ke objek penelitian, dan melakukan wawancara berdasarkan daftar tanyaan yang telah disiapkan, berupa tanyaan leksikal dan kalimat. Jumlah percontoh sebanyak 42 desa, di seluruh wilayah Kabupaten Cilacap. Hasil yang didapat adalah telah ditentukannya dua wilayah bahasa di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini pun telah mendukung usulan Lauder tentang modifikasi persentase pemilahan bahasa Guiter (1973). Untuk peta leksikal. Hasil lainnya adalah menemukan kekurangsesuaian persentase Guiter (1973) untuk larak fonetis pada kondisi Kabupaten Cilacap. Untuk masalah tersebut, penulis telah mengusulkan untuk memodifikasi kembali persentase Guiter (1973) tentang jarak fonetis, disesuaikan denaan kondisi di Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Puri Handayani
Abstrak :
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak bisa lepas dari unsur bahasa. Bahasa bervariasi dan latar belakang penutur bahasa sangat berpengaruh terhadap variasi bahasa yang ada, seperti pekerjaan, pendidikan, ekonomi, suku, agama, dan gender. Sayangnya, variasi bahasa berdasarkan gender belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian mengenai hal ini dapat menjawab kebenaran folklinguistik yang ada di Indonesia. Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk menunjukkan ada atau tidaknya variasi leksikal dalam bahasa Indonesia tulis berdasarkan gender. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari metode penelitian yang pernah dilakukan oleh Jastrow di Amerika. Data diperoleh dengan cara meminta responden untuk menulis 100 kata yang melintas dalam pikirannya dalam waktu yang singkat dan waktu tersebut dicatat. Kemudian, daftar kata tersebut diklasifikasikan berdasarkan kelas kata dan medan maknanya. Penelitian ini dilakukan pada latar belakang budaya yang berbeda dengan penelitian Jastrow. Penelitian dilakukan di FIBUI. Responden yang berpartisipasi sebanyak 20 orang dari setiap gender. Responden merupakan mahasiswa S-1 FIBUI semester 4-10, berusia 20-24 tahun, serta berasal dan suku Jawa dan Sunda. Hasil dari penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki menunjukkan perbedaan yang mencolok dalam jumlah kata secara keseluruhan. Akan tetapi, hasil analisis berdasarkan klasifikasi kelas kata dan medan makna akan memperlihatkan perbedaan pikiran -yang dianggap mewakili-setiap gender.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Indriyani
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang tingkat pemertahanan Bahasa Jawa Dialek Tegal (BJDT) bagi pedagang Warung Tegal (Warteg) di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara berstruktur dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat pemertahanan BJDT responden cukup tinggi, yaitu sebesar 78,03% dalam situasi tanpa orang ketiga dan 68,94% dalam situasi hadir orang ketiga. Hal itu karena banyaknya orang Tegal yang tinggal di Jakarta dan tingginya loyalitas bahasa orang-orang Tegal. Namun, ditemukan indikasi bahwa responden mulai meninggalkan BJDT saat berbicara dengan anaknya.
This thesis discussed about degree of Tegal Javanese Dialect (TJD) maintenance of warteg owner in South Jakarta. The research used a structured interview technique with quantitative and qualitative analysis. The study result that respondents have high degree of TJD maintenance, amounting to 78,03% when without-third-person situation and 68,94% when with-third-person situation. That?s because many people who live in Jakarta come from Tegal and having high loyality of TJD. However, there were indications that the respondent began to leave TJD when talking to her son.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Maulana
Abstrak :
Skripsi ini membahas persebaran bahasa dan dialek di Kepulauan Seribu. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap sebelas informan di sebelas titik pengamatan. Pengolahan data dalam penelitian ini berdasarkan penghitungan dialektometri dan penyusunan berkasisoglos. Penelitian ini menunjukkan persebaran bahasa di Kepulauan Seribu melalui analisis pengelompokan jumlah etimon dan medan makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara leksikal terdapat dua bahasa di Kepulauan Seribu, yaitu bahasa Melayu dan bahasa Bugis. Secara fonologis,variasi yang muncul menunjukkan jarak yang tinggi.
This thesis discuss about language distribution at Kepulauan Seribu.To collect the required data the writer interviewed eleven informan with in eleven research areas. To analyze the data, the writer applied dialectometric and the bundels of isogloss. This study shows the languages distribution at Kepulauan Seribu which were based on the analysis of grouping the number of etymon and area of meaning. The result of study reveals that lexically, there is only two language at Kepulauan Seribu and phonologically the variants appear indicate high differents variants.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10979
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>