Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanda Alfa Syaebah
"Artikel ini membahas mengenai partisipasi komunitas perdesaan dalam pembangunan desa. Berdasarkan studi-studi terdahulu partisipasi komunitas dalam proses pembangunan desa dapat berjalan secara aktif maupun pasif. Partisipasi berjalan secara aktif karena adanya keinginan individu maupun dorongan dari pemerintah desa. Sedangkan, partisipasi pasif disebabkan karena pemerintah desa kurang mendorong partisipasi masyarakat. Penelitian sebelumnya hanya membahas partisipasi dengan melihat relasi antara pemerintah tingkat desa dengan masyarakat, tanpa melihat adanya peran tokoh masyarakat pada tingkat wilayah RT/RW. Oleh karena itu, penelitian ini akan menjelaskan relasi antara masyarakat desa, tokoh masyarakat pada tingkat wilayah RT/RW, dan perangkat desa (Kepala Desa dan Sekretaris Desa). Penelitian ini berargumen bahwa partisipasi masyarakat dalam tahap pembangunan desa juga ditentukan oleh relasi antara masyarakat desa, tokoh masyarakat pada tingkat RT/RW, dan perangkat desa (Kepala Desa dan Sekretaris Desa). Hal tersebut muncul karena tokoh masyarakat pada tingkat RT/RW juga memiliki peran penting dalam keikutsertaan masyarakat pada proses pembangunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus proses pembangunan di desa Cingebul, Banyumas.

This article discusses about citizen participation in rural development. Recent studies show that citizen participation in rural development process could be active or passive. Citizen participation can be active because of individual desire and mobilization from village government. Meanwhile, passive participation is caused by the village government that does not encouraging community participation. Previous studies only discussed participation by looking at the relations between village level government and community, without see the role of community leaders in RT/RW (Rukun Tetangga/Rukun Warga). Therefore, this study will explain the relationship between village communities, community leaders in RT/RW leaders, and village officials (village head, and village secretary). This study argues that community participation in the village development stage is also determined by relations between village communities, community leaders in RT/RW, and village officials (village head and village secretaries). It is because the community leaders in RT/RW also having an important role in community participation on the village development process. This study uses a qualitative approach with a case study of the development process in the village of Cingebul, Banyumas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fanny Ruth Andira
"Artikel ini membahas mengenai peran jaringan sosial dalam mendorong pengusaha level mikro untuk pengembangan bisnisnya. Studi-studi sebelumnya berargumen bahwa faktor ekonomi (modal uang, teknologi, tenaga kerja), faktor psikologi (skill dan motivasi), dan faktor sosiologi (internalisasi nilai) menjadi faktor utama dalam mendorong pengembangan bisnis bagi pengusaha level mikro. Dengan berpijak pada kasus pengusaha tenun kain ulos di Kecamatan Muara-Kabupaten Tapanuli Utara dan dengan berkaca pada studi-studi sebelumnya, penelitian ini berargumen bahwa jaringan sosial memiliki peran penting bagi pengusaha level mikro sebagai pendorong untuk pengembangan bisnisnya dalam aspek finansial, pemasaran dan produksi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa jaringan sosial memiliki peran penting terhadap ketiga aspek pengembangan bisnis, yang mana setiap aspek memiliki peran yang berbeda-beda. Selain itu, ditemukan pula bahwa jaringan sosial memiliki peran yang dominan terhadap aspek produksi, yang mana pengembangan pada aspek produksi dapat menunjang pengembangan bisnis pada aspek lainnya, yaitu aspek pemasaran dan aspek finansial.

This article discusses about the role of social networks in encouraging micro entrepreneurs to develop their business. Previous studies argued that economic factors (money capital, technology, labor), psychological factors (skill and motivation), and sociological factor (internalization of values) were the main factors in encouraging the development business of micro entrepreneurs. Based on the case of ulos weaving entrepreneurs in Muara Sub-District and reflecting on previous studies, this research argues that social networks have an important role for micro entrepreneurs as a driver for business development in financial, marketing and production aspect. This research uses qualitative methods as well as data collection conducted through in-depth interview, observation and document studies. The findings of this study show that social networks have an important role for all three aspects of business development, which each aspect has a different role. In addition, social networks has a dominant role for a production aspect."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Carlos Roy Fajarta
"Tugas Karya Akhir ini membahas tentang gerakan sosial yang terjadi di permukiman liar perkotaan, dengan mengambil studi kasus pada permukiman kampung Tanah Merah Jakarta Utara. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai proses gerakan sosial yang terjadi di dalam kelompok masyarakat tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan yang terjadi pada masyarakat yang bermukim di kampung tanah merah berhasil melakukan pergerakan sosial dalam proses memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara, yakni pemberian KTP dan pengesahan RT dan RW yang ada pada permukiman kampung tanah merah tersebut. Dari proses gerakan sosial yang terjadi pada masyarakat tanah merah tersebut secara konseptual sejalan dengan pemikiran dari Castell mengenai aliansi organisasi yang membuat sebuah gerakan sosial dapat berlangsung atas dasar prakarsa Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB), serta pemikiran Tilly mengenai mobilisasi dan sumber daya yang membuat sebuah gerakan dapat eksis dan tetap berlangsung.

The focus of this thesis discusses the social movements that occur in urban settlements, with a case study on Tanah Merah village settlements in North Jakarta. By using qualitative methods, this study is a descriptive research, which aims to provide an overview of the social movements that occur in certain communities. The results showed that the movement that occurs in people who live in Tanah Merah villages had succes did social movements in the process of fighting for their rights as citizens, namely the provision of ID card and validation RT RW and village settlements which exist on that settlement because of Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) organization. The social movements that occurred in the red soil is conceptually in line with the thinking of the alliance Castell organization that makes a social movement can take place, as well as thinking about Tilly and the mobilization of resources to make a movement can exist and persist."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S54724
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Mirza
"Penelitian ini bertujuan melihat peran pemimpin dan tipe organisasi dalam perkembangan sebuah organisasi koperasi yang dilihat dengan menggunakan tipe organisasi normative-utilitarian menurut Amitai Etzioni. Sebagai suatu organisasi skala kecil, koperasi membutuhkan banyak aspek yang saling mendukung demi keberlangsungannya. Beberapa diantaranya adalah partisipasi anggota, kualitas pengelola dan anggota, aspek modal usaha dan kualitas managerial. Koperasi tidak hanya berperan sebagai organisasi bisnis tetapi juga organisasi sosial tentu saja banyak aspek-aspek sosial yang berperan di samping aspek managerial yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu aspek tradisi dan budaya lokal masyarakat, dan modal sosial. Aspek-aspek tersebut telah dikonfirmasi oleh penelitian sebelumnya bahwa memiliki dampak positif pada keberlangsungan sebuah organisasi koperasi. Keberadaan aspek yang telah disebutkan sebelumnya akan kurang maksimal jika pemimpin dari organisasi tersebut tidak berperan aktif dalam keberlanjutan koperasi yang kemudian juga didukung dengan tipe organisasi yang tepat. Berdasarkan temuan penelitian yaitu pemimpin yang mendorong karyawannya untuk terus berkembang dan juga tipe organisasi yang dibentuk oleh pemimpin merujuk pada tipe organisasi normative-utilitarian sangat efektif untuk diterapkan di organisasi koperasi. Pemimpin yang menerapkan pengendalian dan penghargaan pada karyawan yang merujuk pada tipe organisasi normative- utilitarian berpotensi untuk dapat menrtabilkan kebutuhan organisasi dan juga kebutuhan karyawan. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kasih Indonesia di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Dalam melakukan wawancara mendalam, peneliti memilih informan dengan teknik purposive sampling.
Abstract This study examines the role of the leader and the type of organization in the development of a union organization that is viewed by using normative-utilitarian type of organization according to Amitai Etzioni. As a small-scale organization, unions need a lot of aspects of mutual support towards continuity. Some of them are members of participation, quality managers and members, aspects of venture capital and managerial qualities. Unions not only act as a business organization but also the social organization, of course many social aspects that play a role in addition to the managerial aspect previously mentioned, the traditions and cultural aspects of the local community, and social capital. These aspects have been confirmed by previous studies that have a positive impact on the sustainability of a union organization. Based on research findings that leaders who encourage their employees to continue to grow and also the type of organization that was formed by leaders refer to the normative-utilitarian type of organization is very effective for application in the union organization. Leaders who implement the control and rewards to employees who refer to the normative-utilitarian type of organization have the potential to be able to stabilize the organization's needs and also the needs of employees. This research was conducted in Koperasi Kasih Indonesia in the area Cilincing, North Jakarta. Data collection techniques used are in-depth interviews and observation. In conducting in-depth interviews, the researchers chose the informant by purposive sampling technique."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Akbani
"ABSTRAK
Artikel ini membahas budaya teman sebaya sebagai pembiasaan perilaku merokok remaja. Berdasarkan studi-studi sebelumnya, terdapat tiga aspek pada remaja yang cenderung membentuk perilaku merokok, yaitu kedekatan antar teman close friends , keromantisan dalam relasi interpersonal romantic relationship , dan kebutuhan status legitimasi atau dominasi dalam jaringan sosial wider network . Artikel ini tidak sepakat dengan ketiganya karena terlalu menekankan pada aktor sebagai agen sosialisasi. Artikel ini menggunakan metode studi kasus terhadap 1 satu kelompok remaja berusia 10-14 tahun dengan karakteristik yaitu laki-laki dan perokok aktif. Artikel ini menemukan bahwa budaya teman sebaya menjadi pembiasaan di dalam perilaku merokok berdasarkan atas kesamaan keinginan remaja melalui partisipasi remaja di dalam kelompok yang mana remaja hanya dapat merokok di dalam kelompoknya sehingga remaja membentuk pengaturan dalam berkegiatan merokok, serta remaja juga menginovasikan kegiatan merokok tersebut ke dalam bentuk yang menyenangkan dan akrobatik. Oleh sebab itu, artikel ini memiliki saran, yaitu terbentuknya kelompok oposisi yaitu kelompok remaja anti rokok; tersedianya tempat-tempat khusus bagi remaja untuk aktivitas bermain yang lebih menyenangkan; tersosialisasikannya sebuah lingkungan sehat tanpa rokok terutama kepada orang dewasa sebagai awal terbentuknya perilaku remaja; pemerintah sebaiknya memperketat aturan bagi remaja yang menjual, membeli, atau mengkonsumsi rokok.

ABSTRACT
This article discusses about peer culture as habituation for smoking behavior in adolescents. Based on previous studies, there are three social aspects in adolescents that tends to form smoking behavior i.e. proximity between friends close friends , romance in interpersonal relationships romantic relationship , and needs of the legitimacy or domination in status of social network wider network . This article disagrees with those aspects because it stresses to the actor as socialization agent. This article in a case study on 1 one adolescent group at aged 10-14 year old in characteristics of males and active smokers. This article found that peer culture as habituation for smoking behavior based on common desire by adolescents through participation which adolescents can smoke only in his group, then, adolescents form set of norms in smoking activity, and adolescents also innovate smoking activity to form of pleasure and acrobatic. Therefore, this article has any suggestions: create opposition group as group anti-smoking for adolescents; establish special places for adolescents to play better pleasure; socialize healthful environment without cigarette especially to adults as the beginning of adolescent behavior; the government should tighten rules for adolescents whom sell, buy, or consume cigarette."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Sarah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perubahan livelihood pada masyarakat Pekon Batu Tegi serta livelihood strategy yang dilakukan masyarakat Pekon Batu Tegi dalam menghadapi perubahan livelihood pasca pembangunan Bendungan Batu Tegi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Konsep yang digunakan dalam penelitian adalah perubahan sosial, livelihood, dan livelihood strategy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan livelihood masyarakat Pekon Batu Tegi pasca dibangunnya Bendungan Batu Tegi antara lain: 1 perubahan mata pencaharian 2 perubahan penghasilan 3 perubahan kepemilikan asset. Livelihood strategy yang dilakukan masyarakat Pekon Batu Tegi dalam menghadapi perubahan livelihood berbeda antara rumah tangga kelompok menengah ke atas dan rumah tangga kelompok menengah ke bawah. Livelihood strategy yang dilakukan rumah tangga kelompok menengah ke atas cenderung melakukan strategi ldquo;stepping up rdquo;, sedangkan rumah tangga kelompok menengah ke bawah cenderung melakukan strategi ldquo;hanging in rdquo;.

ABSTRACT
This research aims to describe livelihood changes on Pekon Batu Tegi community and livelihood strategy Pekon Batu Tegi community in facing livelihood changes of post construction Batu Tegi Dam. This research used a qualitative method with primary and secondary data collection. The concept used in this research is the social change, livelihood, and livelihood strategy. The result of this research shows that livelihood changes on Pekon Batu Tegi community post construction Batu Tegi Dam, include 1 changes in livelihood 2 changes in income 3 changes in asset ownership. Livelihood strategy that conducted by Pekon Batu Tegi community in facing livelihood changes is different between upper middle household group and lower middle household group. Livelihood strategy that conducted by upper middle household group tend to be pursuing a strategy of stepping up while livelihood strategy that conducted by lower middle household group tend to be pursuing a strategy of hanging in. "
2017
S65595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Satrio Abiyyu Putro
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap program pemberdayaan penanaman tanaman hidroponik yang dilakukan oleh PT. Hankook Indonesia untuk memajukan Desa Cicau dalam bidang lingkungan, serta menambah pemasukan ekonomi masyarakat desa dengan memberikan pelatihan dalam menanam, merawat, hingga mendistribusikan tanaman hidroponik. Metode penelitian menggunakan kerangka evaluasi berupa Main Analytical Categories dengan menggunakan empat variabel yaitu relevansi, efektivitas, dampak, serta keberlanjutan dan metode penelitian kualitatif, yaitu melalui wawancara mendalam dan observasi. Sebagai tambahan, peneliti juga menganalisis aspek partisipasi. Hasil Penelitian menunjukkan, pada aspek relevansi, program pelatihan penanaman tanaman hidroponik dianggap peneliti cukup relevan karena memberikan program lingkungan dan ekonomi berdasarkan karakteristik penerima program dan karakteristik geografis Desa Cicau. Dari aspek efektivitas, program dinilai kurang efektif karena belum mencapai salah satu tujuan program yang diharapkan yaitu memberdayakan masyarakat secara ekonomi. Dari aspek dampak, program dinilai mampu memberikan dampak kepada penerima program berupa peningkatan kesadaran lingkungan, perbaikan gizi dan peningkatan solidaritas kelompok. Selain itu, pihak perusahaan pun mendapatkan dampak berupa teciptanya hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Dari aspek keberlanjutan, program dinilai tidak berkelanjutan karena penerima program tidak dapat melanjutkan kegiatan pemberdayaan selepas tidak lagi dilakukan pembimbingan oleh pihak perusahaan yang diakibatkan oleh faktor eksternal yaitu adanya pandemi Covid-19.

This study aims to evaluate the assisted village program conducted by PT. Hankook Indonesia as a form of corporate social responsibility. The program provided is in the form of an environmental reforestation program which at the same time provides economic empowerment. This program aims to advance Cicau Village in the environmental field, as well as increase the economic income of the village community by providing training in processing manufactured goods. The research method uses an evaluation framework in the form of Main analytical categories and qualitative and qualitative research methods, namely through in-depth interviews and observations. Main Analytical Categories themselves are used to evaluate the program by looking at the suitability of the program's achievements and objectives on the variables of relevance, effectiveness, impact, and program sustainability. These four variables are used because they are considered to represent program performance to be assessed as a whole. In addition, researchers will also analyze the program using aspects of participation. The results showed that, in terms of relevance, the hydroponic plant planting training program was considered by researchers to be quite relevant because it provided environmental and economic programs based on the characteristics of the program recipients and the geographical characteristics of Cicau Village. From the aspect of effectiveness, the program is considered less effective because it has not achieved one of the expected program objectives, namely empowering the community economically. From the aspect of impact, the program is considered capable of having an impact on program recipients in the form of increasing environmental awareness, improving nutrition and increasing group solidarity. In addition, the company also gets an impact in the form of establishing a good relationship with the local community. From the sustainability aspect, the program is considered unsustainable because program recipients cannot continue empowerment activities after no longer providing mentoring by the company. The discontinue itself, caused by Covid-19 Pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Elsa Natasia Br.
"Penelitian ini menjelaskan pengaruh nilai-nilai ekosentrisme terhadap perilaku pro-lingkungan pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bagaimana nilai-nilai tersebut terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan masyarakat. Penelitian ini berfokus pada bagaimana nilai-nilai ekosentrisme berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan mahasiswa sebab mahasiswa merupakan orang yang terdidik sehingga memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data yang dikutip melalui survei.
Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwasanya nilai-nilai ekosentrisme, nilai-nilai altruistik, nilai-nilai antroposentrisme, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan mereka. Untuk melengkapi studi-studi sebelumnya, peneliti meneliti pengaruh nilai ekosentrisme terhadap perilaku pro-lingkungan Mahasiswa FISIP UI. Nilai ekosentrisme merupakan nilai yang mengutamakan kepekaan terhadap lingkungan dan mengedepankan nilai intrinsik flora, fauna, dan ekosistem. Nilai ini terdiri dari aspek ego- biosentris dan biosfer. Sementara itu perilaku pro-lingkungan merupakan tindakan yang bertujuan untuk meminimalisir dampak buruk terhadap alam dengan cara mengurangi penggunaan energi yang terbatas dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Perilaku ini terdiri dari enam aspek yang terdiri dari konservasi energi, mobilitas dan transportasi, konsumerisme, konservasi, aktivitas daur ulang, dan pengurangan limbah.
Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah cukup kuat. Artinya tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sedang positif. Dengan kata lain, nilai-nilai ekosentrisme cukup berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku pro-lingkungan adalah biaya, keterjangkauan aktivitasnya, ketersediaan fasilitas, dan stigma masyarakat.

This study explains the effect of ecocentrism values on pro-environmental behavior in students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia (FISIP UI). Previous studies explain how these values affect pro-environmental behavior in society. This study focuses on how ecocentrism values affect pro-environmental behavior among students because students are educated people so they have high environmental awareness. This study uses a quantitative approach by collecting data quoted through a survey.
Previous studies have explained that ecocentrism values, altruistic values, anthropocentrism values, education level affect their pro-environmental behavior. To complement the previous studies, the researcher examined the effect of the value of ecocentrism on the pro-environmental behavior of students at FISIP UI. The value of ecocentrism is a value that prioritizes sensitivity to the environment and prioritizes the intrinsic value of flora, fauna and ecosystems. This value consists of ego- biocentric and biospheric aspects. Meanwhile, pro-environmental behavior is an action that aims to minimize the negative impact on nature by reducing the use of limited energy and maximizing existing resources. This behavior consists of six aspects consisting of energy conservation, mobility and transportation, consumerism, conservation, recycling activities, and waste reduction.
The results of the Chi-square analysis show that there is a significant relationship between the two variables and the correlation between the two variables is quite strong. This means that the level of correlation between the two variables is moderately positive. In other words, ecocentrism values are quite influential on pro-environmental behavior among students of the Faculty of Social and Political Sciences. Other factors that influence pro- environmental behavior are cost, affordability of activities, availability of facilities, and community stigma.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevany Valensia Ester Dien
"Zero Waste City merupakan salah satu program utama pemerintah Kota Depok dalam menangani permasalahan sampah dengan menekan bertambahnya jumlah sampah yang ditimbulkan. Program bank sampah merupakan bagian dari program tersebut. Studi yang ada sebelumnya terkait bank sampah sebagai bagian dari program zero waste masih minim melakukan evaluasi, khususnya pada beberapa aspek penting seperti relevansi, efektivitas dan keberlanjutan. Padahal, ketiga aspek tersebut penting, terutama aspek keberlanjutan dalam suatu program karena mempengaruhi keberhasilannya di masa depan. Dengan adanya hal tersebut, tulisan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi keberhasilan bank sampah Annisa yang merupakan bagian dari program zero waste city Kota Depok. Studi evaluasi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui metode pengumpulan data wawancara mendalam yang menggunakan kerangka analisis SWOT dan Main Analytical Categories. Hasil SWOT menunjukkan; kekuatan (Strength) utama yang dimiliki bank sampah Annisa adalah semangat kader dan dukungan lingkungan sekitar, kelemahan (Weakness) utama yang dimiliki adalah lemahnya kemandirian pada aspek ekonomi, peluang (Opportunity) terbesar yang dimiliki adalah dukungan dari ketua RW, dan ancaman (Threat) terbesar yang dimiliki bank sampah Annisa adalah kurang nya kualitas komunikasi dengan pihak lain. Sedangkan hasil analisis Main Analytical Categories menunjukkan dari 3 aspek keberhasilan program Bank Sampah Annisa, hanya 1 aspek, yaitu aspek efektivitas yang masuk dalam kategori penilaian sangat baik. Sedangkan dua aspek lain nya, yaitu aspek relevansi dan keberlanjutan hanya pada kategori penilaian cukup baik dan kurang baik. Hasil evaluasi ini memperlihatkan bahwa program bank sampah Annisa memerlukan perbaikan dari berbagai segi, khususnya kolaborasi antara pemerintah dan juga pihak swasta dengan memberikan bantuan secara materil maupun immateril agar program bank sampah Annisa dapat berjalan lebih optimal serta keberlanjutan.

Zero Waste City is one of the main programs of the Depok City government in dealing with waste problems by reducing the increase in the amount of waste generated. The waste bank program is part of this program. Previous studies regarding waste banks as part of the zero waste program still carry out minimal evaluation, especially on several important aspects such as relevance, effectiveness and sustainability. In fact, these three aspects are important, especially the sustainability aspect of a program because it influences its success in the future. Therefore, this paper aims to evaluate the success of the Annisa waste bank which is part of the Depok City zero waste city program. This evaluation study was carried out using a qualitative approach through in-depth interview data collection methods using the SWOT analysis framework and Main Analytical Categories. The SWOT results show; The main strength of the Annisa waste bank is the enthusiasm of the management members and support from the surrounding environment, the main weakness is lack of indepence in the economic aspect, the biggest opportunity is the support from the RW chairman, and he biggest threat that Annisa waste bank has is the lack of quality communication with other parties. Meanwhile, the results of the Main Analytical Categories analysis show that of the 3 aspects of the success of the Annisa Waste Bank program, only 1 aspect, namely the effectiveness aspect, is included in the very good assessment category. Meanwhile, the other two aspects, such as the relevance and sustainability aspects, are only in the quite good dan less good assessment category. The results of this evaluation show that the Annisa waste bank program requires improvement in various aspects, especially collaboration between the government and the private sector by providing material and immaterial assistance so that the Annisa waste bank program can run more optimally and sustainably.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanza Bachtiar
"ABSTRAK
Studi ini membahas pertanian perkotaan di DKI Jakarta sebagai bentuk pengembangan partisipatif yang bertujuan untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan melalui peningkatan kualitas hidup masyarakat dan kualitas lingkungan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa pertanian perkotaan memiliki potensi untuk memberikan dampak multifungsi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan dan kualitas lingkungan. Banyak penelitian sebelumnya belum mengeksplorasi praktik pertanian perkotaan dalam kerangka pengembangan partisipatif. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya menganalisis dua hal, yaitu urban farming sebagai program pengembangan partisipatif dan bagaimana dampak urban farming terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan dan kualitas lingkungan secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di RW 03, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dalam pertanian perkotaan di RW 03 Cempaka Putih Timur tumbuh secara organik. Dalam prosesnya, para pemimpin lokal dan keberadaan komunitas dalam asosiasi lingkungan memiliki peran penting untuk mendorong partisipasi. Selain itu, ada banyak manfaat dari pertanian perkotaan yang mencakup ekonomi, sosial, dan lingkungan. Diharapkan bahwa penelitian lebih lanjut dapat terus melihat pertanian pertanian perkotaan di tempat lain dan apakah dampak pertanian perkotaan dapat terjadi dalam jangka panjang, terutama yang terkait dengan transmisi nilai-nilai untuk membangun kota yang berkelanjutan.

ABSTRACT
This study discusses urban agriculture in DKI Jakarta as a form of participatory development aimed at realizing a sustainable city through improving the quality of life of the people and the quality of the environment. Previous studies have shown that urban agriculture has the potential to have multifunctional effects related to improving the quality of life of urban communities and the quality of the environment. Many previous studies have not explored the practice of urban agriculture in a participatory development framework. Therefore, this study seeks to analyze two things, namely urban farming as a participatory development program and how the impact of urban farming on improving the quality of life of urban communities and environmental quality simultaneously. This research was conducted with a case study in RW 03, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Central Jakarta, using a qualitative approach. Data collection techniques using in-depth interviews, observation, and secondary data methods. The results showed that participation in urban agriculture in RW 03 Cempaka Putih Timur grew organically. In the process, local leaders and the presence of communities in environmental associations have an important role to encourage participation. In addition, there are many benefits of urban agriculture that include economic, social, and environmental. It is hoped that further research can continue to look at urban agricultural agriculture elsewhere and whether the impact of urban agriculture can occur in the long term, especially those related to the transmission of values ​​to build sustainable cities."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>