Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zsa Zsa Syarifatun Nissa
Abstrak :
Resorpsi fisiologis akar gigi sulung terjadi pada gigi yang sehat atau yang mengalami karies tanpa melibatkan pulpa,sedangkan resorpsi patologis gigi sulung terjadi pada gigi yang mengalami karies mencapai pulpa. Pengetahuan mengenai efek dari resorpsi akar gigi sulung pada tumbuh kembang gigi tetap dapat membantu dokter gigi untuk memilih rencana perawatan yang tepat. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tahapan tumbuh kembang gigi tetap antara gigi sulung yang mengalami resorpsi fisiologis dengan patologis pada anak perempuan usia 6-8 tahun. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain potong lintang berupa 72 gigi molar sulung bawah yang dilihat menggunakan radiograf panoramik usia 6-8 tahun yang berjumlah 30 lembar. Hasil : didapat perbedaan yang bermakna (p<0.05) pada tahapan tumbuh kembang gigi tetap antara gigi sulung yang mengalami resoprsi fisiologis dan patologis.
Primary teeth undergo physiological root resorption in normal circumstances or slight caries without pulp involvement, while pathological root resorption of primary teeth happen in severe caries with pulp involvement. Knowledge on the effect of primary teeth root resorption to development stage of permanent teeth will help the dentist to decide the proper treatment planning. Aim: The aim of this research was to determine about the different stage of development permanent teeth between physiological and pathological primary root resorption in girls aged 6-8 years old. Method: The method of this research was descriptive with cross sectional design. The subjects were 72 mandibular primary molars that was seen using 30 sheets panoramic radiograph in girls aged 6-8 years old Result : Result showed that there was significant difference (p<0.05) on permanent teeth development stage among physiological and pathological root resorption of primary teeth.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Resmi Listya Nur Amalia
Abstrak :

Latar Belakang : KKD terhadap tindakan injeksi intraoral merupakan hal yang sering dialami pada kelompok anak-anak dan dapat dikaitkan dengan pengalaman yang traumatis. Adanya KKD dapat menyebabkan anak cenderung menghindari perawatan dental. Metode pendekatan perilaku Terapi Perilaku Kognitif (TPK) merupakan terapi intervensi psikologis yang menggabungkan terapi kognitif dengan perilaku dan terbukti efektif untuk mengatasi KKD terhadap tindakan injeksi intraoral. Metode TPK terdiri atas beberapa prinsip, yaitu psikoedukasi, restrukturisasi kogntif, paparan dan teknik relaksasi.Tujuan : Untuk menganalisis perbedaan tingkat KKD terhadap tindakan injeksi intraoral pada anak usia 8-12 tahun sebelum dan setelah penggunaan aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” yang menerapkan prinsip TPK. Metode penelitian : Penelitian eksperimental klinis dengan desain one-group pretest-posttest. Subjek penelitian diukur tingkat KKD terhadap tindakan injeksi intraoral sebelum penggunaan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi”, lalu diberikan aplikasi “Siap ke Dokter Gigi” saat akan dilakukan tindakan injeksi intraoral. Tingkat KKD diukur kembali setelah pemberian aplikasi “Siap ke Dokter Gigi”, setelah tindakan injeksi intraoral pada kunjungan berikutnya. Hasil : Hasil uji analisis Wilcoxon berbeda bermakna bermakna secara statistik (Wilcoxon, p < 0,05) terhadap tindakan injeksi intraoral sebelum dan setelah pemberian aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” pada anak usia 8-12 tahun. Kesimpulan : Penerapan prinsip TPK dalam aplikasi bantu diri “Siap ke Dokter Gigi” berpotensi untuk menurunkan tingkat KKD anak usia 8-12 tahun terhadap tindakan injeksi intraoral. ......Backgrounds: Dental fear and anxiety (DFA), especially in intraoral injection, are common problems in children and are associated with traumatic experiences; thus, they may act as a barrier for children to access dental treatment. The efficacy of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) in alleviating dental fear and anxiety on intraoral injections has been studied previously. The CBT principle consists of psychoeducation, cognitive restructuring, exposure and relaxation techniques, which can be delivered using a self-help module to reduce chair time. Aims: To analyze the differences in dental fear and anxiety on intraoral injections before and after intervention with CBT principles as a self-help mobile application for children aged 8-12. Methods: A clinical experimental study was performed with a one-group pre-test and post-test design. The dental fear and anxiety levels in intraoral injection were measured in subjects who attended FKG UI Dental Hospital during their first visit (pre-test) and met the inclusion subject criteria for the current study. Afterwards, the self-help CBT mobile application “Siap ke Dokter Gigi” was given to the participants. The final measurement of dental fear and anxiety levels were determined after the intraoral injection in the subsequent visit (post-test). Results: Dental fear and anxiety levels of intraoral injection decreased significantly after the intervention using the self-help CBT mobile application “Siap ke Dokter Gigi” (Wilcoxon Test, p < 0,05) in child patients aged 8-12. Conclusion: The self-help CBT mobile application “Siap ke Dokter Gigi” could potentially reduce dental fear and anxiety in children aged 8-12 who were worried about getting intraoral injections during their dental visits.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Farhan Suhada
Abstrak :
Latar Belakang: Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi dengan prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia terutama pada anak usia sekolah. Tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak di Indonesia masih cukup rendah, padahal jenis makanan ini dikenal dapat merangsang aliran dan meningkatkan kemampuan makan anak. self-cleansing saliva yang penting dalam pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan kejadian karies pada gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan dan pemeriksaan klinis anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. 109 anak di Jakarta Pusat diperiksa karies dengan klasifikasi ICDAS. Hasil: Penelitian ini menemukan nilai median frekuensi konsumsi sayur per hari pada anak adalah 1,6 (0-8,14) dan 1,4 (0-5). Sebanyak 98,2% anak mengalami karies gigi dan 63,3% anak mengalami karies terbatas pada email. Hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan: Tingkat frekuensi konsumsi sayur dan buah pada anak di Jakarta Pusat masih rendah, dan prevalensi karies cukup tinggi. Hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies menunjukkan bahwa ada faktor lain penyebab karies yang harus dikendalikan. ......Background: Food intake is one of the factors causing dental caries with a very high prevalence in Indonesia, especially in school-age children. The level of consumption of vegetables and fruit in children in Indonesia is still quite low, even though this type of food is known to stimulate flow and improve children's eating abilities. self-cleansing saliva which is important in caries prevention. Objective: To analyze the relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruit with the incidence of caries in the permanent first molars in children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study using a food frequency questionnaire and clinical examination of children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. 109 children in Central Jakarta were examined for caries with the ICDAS classification. Results: This study found the median frequency of vegetable consumption per day in children was 1.6 (0-8.14) and 1.4 (0-5). A total of 98.2% of children had dental caries and 63.3% of children had caries limited to enamel. The relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries was found to be very weak and insignificant. Conclusion: The frequency of consumption of vegetables and fruit in children in Central Jakarta is still low, and the prevalence of caries is quite high. The weak and insignificant relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries indicates that there are other factors that cause caries that must be controlled.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahniar Syifaizza Hariyono
Abstrak :
Latar Belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan seluruh aktivitas manusia. Di bidang pendidikan, penerapan moda pembelajaran teori IKGA menggunakan PBL yang biasanya tatap muka digantikan oleh pembelajaran daring selama pandemi Covid-19. Tujuan: Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap perubahan moda pembelajaran teori IKGA di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia selama masa pandemi Covid-19. Metode: Penelitian cross-sectional pada mahasiswa FKG UI. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa FKG UI angkatan 2017 – 2019. Teknik pengambilan sampel secara random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui Google Form. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan persepsi mahasiswa terhadap moda pembelajaran selama pandemi Covid-19 baik dan perbedaan bermakna antar tiga kelompok hanya pada persiapan mahasiswa menuju program profesi (P-value = 0,023) dan kepercayaan diri mahasiswa memasuki program profesi (P-value = 0,000) Kesimpulan: Persiapan mahasiswa menuju program profesi dan kepercayaan diri mahasiswa memasuki program profesi lebih baik dalam pembelajaran luring daripada pembelajaran daring. ......Background: The Covid-19 pandemic has led to resctriction all of human activities. In education, the application of theorical of pediatric dentistry using PBL that are usually face-to-face was replaced by online learning during Covid-19 pandemic. Purpose: The aim of this study was to assess dental students perceptions towards theorical of pediatric dentistry learning mode during the Covid-19 pandemic in Faculty of Dentistry at the University of Indonesia Methods: This study used a cross-sectional analysis and conducted on dental students of Faculty of Dentistry Univeristy of Indonesia batch 2017 – 2019. The sampling technique was random sampling and data collection used a questionnaire via Google Form. Results: From a total of 150 respondents, all student perception mostly good and there were significant differences between students in preparation for clinical programs (P-value = 0.023) and confidence in entering clinical programs (P-value = 0.000). Conclusions: Dental students of Faculty of Dentistry University of Indonesia have good perception towards learning mode during COVID- 19 pandemic. Student preparation for clinical programs and confidence in entering clinical programs are way better in offline than online learning
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninda Putri Wahyuni
Abstrak :
Ukuran gigi merupakan informasi penting dalam bidang antropologi ragawi, forensik kedokteran gigi serta kedokteran gigi klinis. Ukuran mahkota gigi dapat diukur secara mesiodistal dan bukolingual. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi dan perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota gigi molar satu sulung (dm1) dan molar dua sulung (dm2) rahang atas dan rahang bawah pada model studi anak laki-laki dan perempuan. Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik pada 60 anak laki-laki dan 70 anak perempuan dengan teknik sampling menggunakan rumus analitik numerik tidak berpasangan, dengan uji t tidak berpasangan. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna pada ukuran mesiodistal gigi dm1 rahang atas dan pada ukuran bukolingual gigi dm2 rahang atas (p<0,05). Didapatkan variasi ukuran mahkota dm1 dan dm2 laki-laki dan perempuan dalam bentuk tabel presentil. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi anak laki-laki dan perempuan kecuali pada mesiodistal gigi dm1 rahang atas dan bukolingual gigi dm2 rahang atas. Variasi ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi dm1 dan dm2 anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan yang ditampilkan dalam bentuk tabel persentil yang dapat menjadi referensi ukuran mahkota. ......Dental size is important for physical anthropology, forensic dentistry and clinical dentistry. The size of the crown tooth can be measured in the dimension of mesiodistal and bucolingual. Aim: This study aims to determine the variation and difference of mesiodistal and bucolingual size of maxillary and mandibullary primary first molar and primary second molar of boys and girls’s study model. Method: The method of this study is descriptive analytic in 60 boys and 70 girls and above chosen with unpaired numerical analytic formula and analyzed using unpaired t-test. Results: The mesiodistal size of maxillary primary first molar and the buccolingual size of maxillary primary second molar was significantly different (p< 0.05). The variations of mesiodistal and buccolingual crown size of boys and girls organized by percentile table. Conclusions: There was no significant differences of mesiodistal and buccolingual crown size between boys and girls except the mesiodistal size of maxillary primary first molar and the buccolingual size of maxillary primary second molar. The mesiodistal and buccolingual variations of boys are greater than girls and organized by percentile table which can be use as a reference for dental crown size.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delfiana Marshella
Abstrak :
Latar Belakang: Susunan gigi anterior merupakan salah satu komponen estetika wajah yang berdampak terhadap persepsi diri anak serta mendorong anak dan orang tua untuk memeriksakan keadaan gigi mulut anak ke dokter gigi. Variasi susunan gigi anterior anak selama periode gigi bercampur, seperti adanya gigi berjejal, gigitan terbuka, posisi gigi yang miring atau rotasi, serta gigi yang cenderung terlihat maju yang dapat terkoreksi dengan sendirinya maupun yang memerlukan perawatan dini setelah penilaian oleh dokter gigi. Tujuan Penelitian: Menganalisis perbedaan antara persepsi diri dan dokter gigi terhadap susunan gigi anterior anak 9-12 tahun di SDN 01 Pademangan Barat Pagi Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi potong lintang di SDN 01 Pademangan Barat Pagi di Jakarta, bulan Desember 2023 menggunakan instrumen kuesioner yang dilengkapi oleh foto intraoral susunan gigi depan anak saat oklusi dari arah sagital, transversal, dan vertikal dalam 5 posisi. Kuesioner persepsi diri anak yang diisi oleh subjek penelitian dan kuesioner penilaian dokter gigi merupakan instrumen yang sama untuk menilai keadaan gigitan dalam, gigitan terbuka, gigi berjejal, gigi berjarak, gigi protrusif, gigitan silang, serta gigi rapi dan sejajar. Uji validasi dan reliabilitas dilakukan sebelum kueseioner digunakan dalam penelitian. Data dianalisis untuk menguji secara statistik perbedaan antara persepsi diri dan penilaian dokter gigi terhadap susunan gigi anterior anak usia 9-12 tahun Hasil: Subjek penelitian ini sejumlah 97 anak dan melibatkan penilaian dari 5 dokter gigi. Persepsi diri dan dokter gigi berbeda bermakna terhadap keadaan gigitan dalam, gigi berjejal di rahang atas, gigi berjarak di rahang atas, dan gigi rahang atas protrusif pada anak (uji Chi-Square, nilai p<0,05). Kesimpulan: Persepsi diri dengan penilaian dokter terhadap susunan gigi anterior anak usia 9-12 tahun pada penelitian ini menunjukkan perbedaan yang bermakna, terutama pada keadaan gigi depan rahang atas. ......Background: The anterior teeth alignment is one of the components of facial aesthetics that has an impact on children's self-perception and may encourages children and their parents to check their oral and dental condition by a dentist. Variations in the alignment of children's anterior teeth occur during the mixed dentition period, such as crowding, open bite, tilted or rotated tooth, and protrusive teeth which can be corrected on their own or require early treatment after dentist assessment. Objectives: To analyze differences between self-perception and dentist assessment of anterior teeth alignment in children aged 9--12 years at SDN 01 Pademangan Barat Pagi in Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study at SDN 01 Pademangan Barat Pagi in Jakarta, December 2023 using a questionnaire that completed with children's intraoral photos during occlusion from the sagittal, transverse and vertical dimensions in 5 positions. The children's self-perception questionnaire and dentist assessment questionnaire were identical to assess the condition of deep bite, open bite, crowding, spacing, protrusive teeth, anterior cross bite and well-aligned teeth in subjects recruited for this study. Validity and reliability tests were carried out before the questionnaire was used in the research. Data were analysed to statistically test the differences between self-perception and dentist assessment of anterior teeth alignment in children aged 9-12 years. Results: There were 97 children and 5 dentist involved in this study. Self-perception and dentist assessment were significantly different regarding the condition of deep bite, maxillary crowding, maxillary spacing and protrusive teeth in children (Chi-Square Test, p value <0,05). Conclusion: Self-perception and dentist assessment of anterior teeth alignment in children aged 9-12 years in this study showed significant differences, especially in the condition of the maxillary anterior teeth.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Agustia Iswara
Abstrak :
Latar belakang: Risiko infeksi COVID-19 di tempat praktik dokter gigi menyebabkan pelayanan kedokteran gigi diprioritaskan untuk kasus kegawatdaruratan gigi, yaitu keadaan mulut yang mengancam nyawa dan membutuhkan perawatan segera untuk menghentikan perdarahan, infeksi, maupun nyeri. Anak kelompok usia 3-6 tahun sering mengalami trauma dental dan nyeri karena gigi berlubang yang termasuk dalam kegawatdaruratan gigi. Orang tua perlu diedukasi untuk mengetahui kasus kegawatdaruratan gigi yang mungkin terjadi pada anak dan penanganannya selama pandemi COVID-19 tanpa kontak langsung untuk mencegah penyebaran infeksi COVID-19, seperti sekolah taman kanak-kanak (TK) yang telah melakukan pembelajaran secara daring. Edukasi menggunakan media visual secara daring berpotensi untuk memperbaiki pengetahuan orang tua mengenai kegawatdaruratan gigi pada anak. Tujuan: menganalisis efektivitas edukasi media visual secara daring tentang kegawatdaruratan gigi anak selama pandemi COVID-19 terhadap pengetahuan orang tua murid (OTM) TK. Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan cara menilai pengetahuan OTM sebelum dan setelah dilakukan edukasi menggunakan media visual secara daring melalui kuesioner yang diberikan secara daring. Media visual berupa video animasi berdurasi 2 menit dengan narasi tertulis. Hasil: Penelitian diikuti oleh 45 OTM dari TK kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pengetahuan OTM setelah edukasi meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum edukasi (Uji Wilcoxon, p < 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan, usia, dan pekerjaan orang tua murid (Uji Mann Whitney dan Kruskal Wallis, p > 0,05). Kesimpulan: Edukasi menggunakan media visual secara daring tentang kegawatdaruratan gigi anak efektif dalam meningkatkan pengetahuan OTM TK. ......Background: Dental threatening or needs immediate treatment to control bleeding, infection, or pain, during COVID-19 pandemic to minimize the transmission risk of COVID-19 infection in dental setting. The children in 3-6-year age group are frequently experienced from dental trauma or pain due to dental caries that needs immediate treatment. Thus, an education in pediatric dental emergency during this pandemic is necessary to reduce the morbidity rate in children, especially for parents. An online education using visual aid, that is currently applied in most schools in Indonesia, can be useful to improve the parent’s knowledge in pediatric dental emergency. Objective: To analyze the effectiveness of online visual education about pediatric dental emergency during COVID-19 pandemic to improve the parents’ knowledge, who have children in kindergarten. Method: This study was an experimental study that was comparing parent’s knowledge before and after online visual education using online questionnaires. The visual aid was a 2-minute-animated video with written narration. Results: A total of fourty five parents who have children in kindergarten located in Setiabudi district, South Jakarta. Parent’s knowledge in pediatric dental emergency increased significantly after the visual education (Wilcoxon test, p<0.05), and was not influenced by the differences in parents’ educational level, ages, and occupation (Mann Whitney and Kruskal Wallis test, p>0,05). Conclusion: Online visual education is effective to improve the parents’ knowledge in pediatric dental emergency.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Mujahid Ziyad
Abstrak :
Latar Belakang: Praktik dokter gigi mengalami penyesuaian di masa pandemi COVID-19 untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 di tempat praktik dan masyarakat tetap dapat dilayani, terutama pada kasus kegawatdaruratan gigi dan mulut anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan edukasi kepada orang tua menggunakan media pembelajaran audiovisual dengan memanfaatkan sistem daring yang diterapkan di taman kanak-kanak (TK) untuk kegiatan pembelajaran. Tujuan: Menganalisis efektivitas edukasi audiovisual secara daring terhadap pengetahuan orang tua murid (OTM) tentang praktik dokter gigi selama masa pandemi COVID-19. Metode: Populasi penelitian merupakan OTM dari TK yang berlokasi di salah satu kecamatan di DKI Jakarta yang dipilih secara acak dan OTM yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian. Pengetahuan OTM mengenai praktik dokter gigi selama pandemi COVID-19 dinilai menggunakan kuesioner yang diberikan sebelum dan setelah edukasi audiovisual secara daring. Kuesioner terdiri dari tujuh pertanyaan yang diberikan secara daring. Hasil: Terdapat 52 OTM yang berpartisipasi dalam penelitian. Pengetahuan OTM tentang praktik dokter gigi selama pandemi COVID-19 setelah edukasi audiovisual meningkat secara signifikan dibandingkan sebelumnya (uji Wilcoxon, p<0,05) dan tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosiodemografi OTM (uji Kruskal Wallis, p>0,05). Kesimpulan: Edukasi audiovisual secara daring efektif untuk meningkatkan pengetahuan OTM tentang praktik dokter gigi selama masa pandemi COVID-19. ......Background: Dental practice has adjusted during the COVID-19 pandemic to reduce the risk of COVID-19 transmission in dental practice and to keep serving the patients, especially for dental emergency cases in children. Therefore, it is necessary to educate parents using online-based audiovisual method following the online education implementation in kindergartens. Objective: To analyze the effectiveness of online-based audiovisual education on parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic. Method: The study population is parents of kindergartens’ student located in one of the districts in DKI Jakarta which are randomly selected and those who meet the criteria of inclusion are included in the study. Parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic is assessed using questionnaire given before and after online-based audiovisual education. The questionnaire consists of seven questions which are given online. Result: There are 52 parents who participated in the research. The parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic after audiovisual education increased significantly compared with pre-education (Wilcoxon test, p<0.05) and not influenced by parents’ sociodemographic status (Kruskal Wallis test, p>0.05). Conclusion: Online-based audiovisual education is effective to increase parents’ knowledge about dental practice during the COVID-19 pandemic.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatin Fadillah
Abstrak :
Latar Belakang: Penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah pada ras Deutromalayid berdasarkan usia kronologis, jenis kelamin, dan status gizi masih terbatas. Tujuan: Mengetahui frekuensi distribusi tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah pada ras Deutromalayid di Indonesia berdasarkan usia kronologis, jenis kelamin, dan status gizi. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan sampel 122 data rekam medik pasien anak laki-laki dan perempuan Klinik Integrsi Anak FKG UI dengan perbandingan yang sama berusia 5-11. Hasil: Penilaian tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah dengan reproduksi digital memiliki reproduksibilitas yang baik. Tidak ada perbedaan tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah sisi kiri dan kanan. Pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah terjadi dengan bertambahnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah berbeda terhadap jenis kelamin, yaitu anak perempuan lebih awal, kecuali pada kelompok usia 6, 10, dan 11. Status gizi yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah, kecuali pada kelompok usia 5 dan 8. Kesimpulan: Subjek penelitian dapat mewakilkan ras Deutromalayid di Indonesia. Perbedaan usia dan jenis kelamin menunjukkan perbedaan proporsi tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi M1 bawah, sedangkan status gizi tidak. ...... Background: Researches on growth and develompent of mandibular first permanent molars based on chronological age, sex, and nutritional status are limited in Deutromalayid race group. Objectives: To know the frequency distribution of growth and development stages of mandibular first permanent molars in the Deutromalayid race group based on chronological age, sex, and nutritional status.  Method: This is a cross-sectional descriptive study with 122 medical records of patients of Pedodontics Integrated Clinic, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia with the same ratio of both sexes aged 5-11 as samples. Result: Assessment of growth and development stages with reproduced digital panoramics has a good reproducibility. Theres no difference of growth and development stages on left and right side. The growth and development undergo with the increase of individuals age. The growth and development differs on sex, that girls undergo earlier, except on age groups of 6, 10, and 11. Difference of nutritional status doesnt show difference of the growth and development, except on age groups of 5 and 8. Conclusion: Subjects of research can represent the Deutromalayid race in Indonesia. Differences of age and sex show differences in growth and development of mandibular first permanent molars, while difference of nutritional status doesnt.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutami Fitri Widhiyanti
Abstrak :
Pendahuluan: Pola, variasi dan waktu erupsi gigi sulung dari setiap individu berbeda dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Aktivitas oromotor merupakan faktor lingkungan lokal yang terdeteksi saat janin berusia lebih dari 6 bulan, dan berlanjut segera setelah dilahirkan. Pengaruh feeding practice yang merupakan salah satu faktor lingkungan lokal yang merangsang aktivitas oromotor terhadap erupsi gigi sulung belum diketahui pasti. Dalam literatur disampaikan bahwa perbedaan metode pemberian ASI menunjukkan karakteristik aktivitas motorik oral yang berbeda. Bahan dan Metode: Penelitian cross sectional dengan responden 50 pasang ibu dan bayi usia ≥6-12 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Data kuesioner meliputi gambaran karakteristik demografi, riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat menyusu, usia bayi dan fotometri erupsi gigi sulung intra-oral Hasil dan Pembahasan: Aktivitas motorik dianalisis melalui variabel usia bayi, metode kelahiran, berat lahir, cara menyusu ASI dan erupsi gigi 51-61 serta 71-81. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara usia dan metode kelahiran terhadap erupsi gigi 51-61. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara berat lahir, metode kelahiran, dan cara menyusu ASI terhadap erupsi gigi 71-81.  ......Introduction: Patterns, variations and time eruption of primary tooth of each individual are different and influenced by environmental factors. Oromotor activity is a local environment factor detected when the fetus is more than 6 months old, and continues immediately after being born. The effect of feeding practice, which is one of the local environmental factors that stimulates oromotor activity on the eruption of the eldest tooth is not yet certain. In the literature it is conveyed that the difference in method of breastfeeding shows the characteristics of different oral motor activities. Materials and Methods: A cross sectional study with 50 pairs of mothers and babies aged 6-12 months who met the inclusion criteria. The questionnaire data includes a description of demographic characteristics, pregnancy history, birth history, breastfeeding history, infant age and intra-oral photometry of the eruption of primary teeth. Results and Discussion: Oral motor activity was analyzed through the variables of the baby's age, birth method, birth weight, breastfeeding method and the eruption of teeth 51-61 and 71-81. There was a significant difference (p<0.05) between age and method of birth on the eruption of teeth 51-61. There was a significant difference (p<0.05) between birth weight, birth method, and breastfeeding method on the eruption of teeth 71-81.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>