Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Aya Addina Makarim
"ABSTRAK
Paduan memiliki peran penting di dalam industri besi dan baja untuk meningkatkan sifat dan kualitas produk akhir dengan cara mengubah mikrostrukturnya. Banyak penelitian sudah dilakukan guna meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana paduan dapat mempengaruhi kualitas besi. Berbagai jenis paduan sudah sering digunakan dalam dunia modern, salah satunya adalah FeMn. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana pengaruh FeMn pada kurva pendinginan besi, dan bagaimana FeMn bereaksi dengan besi tuang cair, teruatama besi tuang kelabu hipoeutektik. Zona reaksi diinvestigasi dibawah mikroskop dan SEM. Hasil penelitian menunjukan bahwa FeMn menurunkan temperatur eutektik dari besi tuang dan analisis mikrostruktur menunjukkan bahwa reaksi antara mangan dan besi menyebabkan mangan perlahan terdispersi ke dalam matrix besi.

ABSTRACT
Alloying has always been an important part in the iron and steel industry in order to improve the properties and qualities of end products by altering its microstructure. Many researches have been conducted to improve the understanding of how alloying elements could affect the quality of irons. Various types of alloys are already been used in the modern world. One of them is ferromanganese. This study aims to investigate the reaction of ferromanganese alloy with a cast iron melt, specifically hypoeutectic grey cast iron. The study particularly focuses on how ferromanganese affects the cooling curve of cast iron, and how it reacts with the cast iron. The reaction zones were investigated under the light microscope and scanning electron microscope (SEM). The results indicate that ferromanganese decrease the eutectic temperature of the cast iron, and the microstructure analysis shows that the reaction between manganese and iron causing the manganese to gradually disperse into the iron matrix.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andaradhi Nararya
"ABSTRACT
This study aims to reveal the effects of pressure during cold isostatic pressing (CIP) on the microstructure and optical properties of fluorescent HAp complexes using Raman spectroscopy. Although the microstructure-dependent properties of fluorescent HAp complexes have been reported to improve the antibacterial properties of photocatalyst coating layers, the mechanism behind the changes in the fluorescence properties of highly compressed HAp complex has not yet been unveiled. CIP was successfully used to fabricate fluorescent HAp/amino acid complex, and their fluorescence intensities increased with increasing fabrication pressure. The concentration of amino acid increased proportionally with pressure, which suggests changes in the packing structures of the ligands in the HAp/amino acid complex. Polarized Raman spectroscopy measurements clearly detected ligands normally arranged to the HAp layer under high pressure fabrication conditions, which can provide the tightly packed ligand structure in the HAp/amino acid complex. These tightly packed ligand structure in the HAp/amino acid complex could emit stronger fluorescence owing to the increased density of complexations. This newly found pressure dependency in the optical properties of HAp/amino acid complexes is beneficial for developing biocompatible fluorescence materials or enhancement agents for antibacterial coating layers HAp / coating densification that lead to activate intermolecular interactions and subsequently intensify fluorescence.

ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap efek tekanan selama proses penekanan isostatik dingin pada struktur mikro dan sifat optik fluoresen kompleks HAp dengan menggunakan spektroskopi Raman. Meskipun sifat mikro ketergantungan dari fluoresen kompleks HAp telah dilaporkan yaitu untuk meningkatkan sifat antibakteri lapisan fotokatalis, mekanisme dibalik perubahan sifat fluorosensi dari kompleks HAp yang dilakukan kompresi belum terjawab. CIP berhasil digunakan untuk membuat fluoresen kompleks HAp/asam amino, dan intensitas fluoresensi mereka meningkat dengan meningkatnya penekanan saat fabrikasi. Konsentrasi asam amino meningkat secara proporsional dengan tekanan, yang menunjukkan perubahan dalam struktur pengepakan ligan pada kompleks HAp/asam amino. Pengukuran spektroskopi Raman dengan polarisasi dapat mendeteksi ligan dengan jelas yang biasanya diatur ke lapisan HAp dibawah kondisi fabrikasi tekanan tinggi, yang dapat memberikan struktur ligan yang padat dalam kompleks HAp.asam amino. Struktur ligan yang padat ini dalam kompleks HAp.asam amino dapat memancarkan fluoresensi yang lebih kuat karena meningkatnya kerapatan kompleksasi. Ketergantungan tekanan yang baru ditemukan ini dalam sifat optik kompleks HAp/asam amino bermanfaat untuk mengembangkan bahan fluoresensi biokompatibel atau agen peningkatan lapisan antibakteri."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krista Raga Praditya
"Kebutuhan material dengan sifat mekanik yang baik serta berbobot ringan sudah semakin tinggi saat ini, terutama untuk aplikasi yang memerlukan performa tinggi. Komposit aluminium berpenguat Al2O3 (AMC) menawarkan keunggulan tersebut. Pada penelitian ini, fabrikasi komposit dilakukan menggunakan paduan aluminium 6061 dan penguat serbuk Al2O3 berukuran 60 μm. melalui proses stir casting. Dalam penelitian ini diketahui pengaruh penambahan kadar Al2O3 serta Mg sebagai agen pembasahan terhadap sifat mekanik komposit. Variasi kadar Al2O3 yang ditambahkan sebesar 10% dan 15% fraksi volume serta kadar Mg 8%, 10%, dan 15%. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan tarik optimal sebesar 170 Mpa diperolah pada komposit dengan kadar Al2O3 10% dan Mg 10%. Di mana kekerasan dan ketahanan aus komposit meningkat seiring penambahan kadar Al2O3 dan Mg. Demikian halnya porositas meningkat ketikat kadar Al2O3 yang ditambahkan semakin besar.

Demand of materials with good mechanical properties and have lightweight increased in recent years especially for high performance applications. Aluminium reinforced Al2O3 composite (AMC) provide this superiority. In this research, composite was fabricated from Aluminium Alloy 6061 and 60 μm Al2O3 reinforce particles by stir casting process. This research investigated the effect of addition Al2O3 content and Mg as wetting agent to mechanical properties of composite. The addition of Al2O3 into Al melt was 10% and 15% of volume fraction and Mg was 8%, 10%, and 15%. The result showed that the optimum tensile strength of 202 Mpa was obtained in composite with 10% volume fraction of Al2O3 and 10% Mg. Moreover, hardness and wear resistant of composite increased with the addition of Al2O3 and Mg content. Porosity also increased when greater amount of Al2O3 content was added."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Suhaimi
"ABSTRAK
Seng oksida (ZnO) telah diaplikasikan sebagai pemanas transparan. Namun, penelitian tentang mikrorod ZnO sebagai pemanas transparan belum dikembangkan. Pada penelitian ini dilakukan fabrikasi lapisan tipis mikrorod ZnO dengan metode chemical bath deposition. Material yang digunakan yaitu zinc nitrate tetrahydrate dan heksametilentetramine. Varibel pada penelitian ini yaitu konsentrasi larutan bibit sebesar 0.005, 0.010, 0.015, 0.025, dan 0.050 M serta perlakuan hidrotermal pada sampel 0.015 M. Karakterisasi mikrorod ZnO dilakukan dengan menggunakan XRD, FESEM, UV-Vis dan four point probe. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi larutan mampu menurunkan celah pita energi, Eg mikrorod ZnO yaitu 3.60 menjadi 3.18 eV dan meningkatkan ukuran kristalit yaitu 41.541 hingga 95.076 nm. Diameter terbesar mikrorod ZnO yaitu 288.252 nm pada konsentrasi 0.015 M. Selain itu, peningkatan konsentrasi larutan menyebabkan transmitansi dan resistivitas turun yaitu masing-masing sebesar 72% menjadi 35% dan 0.787 x10-4 menjadi 0.013 x 10-4 Ωcm. Perlakuan hidrotermal pada sampel 0.015 M menyebabkan penurunan diameter dari 288. 252 menjadi 125.824 nm dan meningkatkan ukuran kristalit serta menurunkan Eg yaitu masing-masing 71.198 menjadi 165.696 nm dan 3.25 menjadi 3.19 eV. Selain itu, perlakuan hidrotermal menurunkan transmitansi dan resistivitas  yaitu masing-masing sebesar  50.5% menjadi 38% dan  1.126 x 10-4 menjadi 0.833 x 10-4 Ωcm. Perlakuan hidrotermal menghasilkan pemanas transparan yang optimum.


Zinc oxide (ZnO) has been applied as a transparent heater. However, research on ZnO microrod as transparent heaters has not been developed. In this study, the fabrication of microrod ZnO was carried out by using the chemical bath deposition method. The material used is zinc nitrate tetrahydrate and hexamethylentetramine. The variables in this study were the concentration of seed solutions of 0.005, 0.010, 0.015, 0.025, and 0.050 M and the hydrothermal treatment in the sample 0.015 M. The characterization of ZnO microrod was carried out using XRD, FESEM, UV-Vis and four point probes. The results showed an increase in solution concentration was able to reduce the energy band gap, Eg of ZnO microrod which is 3.60 to 3.18 eV and increase the size of the crystallite which is 41.541 to 95.076 nm. The largest diameter of ZnO microrod is 288.252 nm at a concentration of 0.015 M. In addition, an increase in the concentration of the solution causes transmittance and resistivity to decrease, from 72% to 35% and from 0.787 x10-4 to 0.013 x 10-4 Ωcm, respectively. The hydrothermal treatment of 0.015 M sample caused a decrease in diameter from 288. 252 to 125.824 nm and increased the size of the crystallite and lowered Eg, from 71.198 to 165.696 nm and from 3.25 to 3.19 eV, respectively. In addition, it has decreases transmittance and resistivity from 50.5% to 38% and from 1.126 x 10-4 to 0.833 x 10-4 Ωcm, respectively. The hydrothermal treatment produces optimum transparent heaters.

"
2019
T52368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Ardi Dimastiar
"Salah satu jenis material yang dewasa ini cukup populer dan berkembang adalah material komposit polimer berpenguat serat gelas (Glass Fiber Reinforced Polymer - GFRP), hal ini dikarenakan nilai ekonomis serta sifat mekanik yang baik yang mampu dihasilkan oleh material komposit tersebut. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi sifat/ karakteristik material komposit GFRP, diantaranya adalah arah orientasi serat gelas serta perlakuan panas.
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh orientasi serat gelas woven dan durasi perlakuan panas terhadap sifat/ karakteristik material komposit GFRP. Komposit GFRP yang diorientasikan arah seratnya dimanufaktur dengan menggunakan metode hand lay-up. Spesimen komposit GFRP selanjutnya dikenakan perlakuan panas dan dilakukan pengujian berupa pengujian tarik, tekuk, dan impak, serta dilakukan pengamatan tampilan perpatahan terhadap spesimen uji tarik yang memiliki nilai pengujian tertinggi dan terendah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa orientasi serat gelas woven berpengaruh signifikan terhadap sifat tarik dan impak material dan berpengaruh kurang signifikan terhadap sifat tekuk komposit GFRP. Orientasi serat [00 or 900]s pada material komposit GFRP menghasilkan nilai karakteristik tertinggi bila dibandingkan dengan orientasi serat [00 or 900] / [450] dan 450]s. Sedangkan durasi perlakuan panas, tidak memberikan pengaruh terhadap sifat tarik, tekuk, dan impak dari material komposit GFRP.

One type of materials that is currently quite popular and evolve is a glass fiber reinforced polymer composite material (GFRP). This is due to the economic value and good mechanical properties that can be produced by the composite material. There are many factors that can affect the nature/ characteristics of GFRP composite materials, including the orientation of glass fiber and heat treatment.
This study discusses the influence of woven glass fiber orientation and the duration of heat treatment on the properties/ characteristics of GFRP composite materials. The fiber-oriented GFRP composites were manufactured using the hand lay-up method. GFRP composite specimens subsequently subjected to heat treatment and carried out tests in the form of tensile, bending, impact, and also observation of fracture appearance of tensile test specimens which had the highest and lowest test values.
From the results of the research conducted, it was concluded that the orientation of woven glass fibers had a significant effect on the tensile and impact properties of the material and had a less significant effect on the bending properties of the GFRP composite. The fiber orientation of [00 or 900]s in the GFRP composite material produces the highest characteristic values when compared to the fiber orientation [00 or 900] / [450] and [450]s. While the duration of heat treatment does not affect the tensile, bending and impact properties of the GFRP composite material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Dwi Saputro
"ABSTRACT
Industri otomotif saat ini memerlukan metode peningkatan ketahanan aus yang mudah dan efisien. Lubrikasi dianggap mampu untuk menurunkan laju keausan. Dalam penelitian ini dilakukan pengaplikasian solid lubricant sebagai salah satu teknologi pada material baja SUJ 2 dengan jenis MoS2 based, grafit based, dan PTFE based sebagai metode peningkatan ketahanan aus. Pengaplikasian solid lubricant diaplikasikan dengan metode spraying untuk nantinya dapat dipelajari pengaruhnya terhadap sifat mekanik dan fisik material pada baja SUJ 2. Hasil dari pengukuran ketebalan lapisan, jenis lubrikan MoS2, grafit,dan PTFE memiliki nilai 28,2 µm, 25,1 µm, dan 59,4 µm secara berturut-turut. Pengukuran homogenitas yang dilakukan menggunakan Optical Microscope, menunjukkan homogenitas yang baik untuk lubrikan MoS2 dan grafit, sedangkan untuk PTFE homogenitasnya cenderung buruk. Nilai keausan dengan pengujian elongasi yang dilakukan selama 20 jam, didapatkan lubrikan MoS2 memberikan nilai elongasi yang paling rendah sebesar 0,162%, diikuti dengan PTFE dan grafit sebesar 0,204% dan 0,207%. Nilai kekerasan dengan pengujian mikro Vickers untuk MoS2, grafit, dan PTFE sebesar 533,5 HV, 530,5 HV, dan 530,4 HV yang cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan tanpa penggunaan lubrikan. Kekasaran permukaan yang dihasilkan dari penambahan jenis lubrikan MoS2, grafit, dan PTFE adalah sebesar 1,67, 1,37, 3,16 yang mengalami kenaikan jika dibandingkan tanpa penggunaan lubrikan. Solid lubricant jenis MoS2 dianggap sebagai lubrikan yang paling optimum untuk digunakan pada baja SUJ 2.  

ABSTRACT
Automotive industry needs quality improvement on wear resistance properties that are easy and efficient. It is believed that lubrication is able to decreasing wear rate. In this study, the application of solid lubricant on SUJ 2 steel material with MoS2 based, graphite based and PTFE based is done as a method of increasing wear resistance. The application of solid lubricant is applied by spraying method, to later be studied the effect on the mechanical and physical properties of the material on SUJ 2 steel. The results from thickness measurement, for MoS2, graphite, and PTFE are 28.2 µm, 25.1 µm, and 59.4 µm respectively. Homogeneity measurement using Optical Microscope, shows that MoS2 and graphite have a good homogeneity, but for PTFE tend to have a poor homogeneity. The wear rate from elongation testing for 20 hours, shows that MoS2 has the lowest value 0.162%, followed by PTFE and graphite that are 0.204% and 0.207%. Hardness value from micro hardness Vickers testing for MoS2, graphite, and PTFE are 533.5 HV, 530.5 HV, and 530.4 HV that tend to be decreasing compared to original substrate without using solid lubricant. Surface roughness for MoS2, graphite, and PTFE are 1.67, 1.37, 3.16 that tend to be increasing compared to original substrate as a result from the addition of solid lubricant."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caing
"Penelitian ini bertujuan mencari material yang c°Cok untuk digunakan pada proses produksi kemasan kaleng dua bagian berkarbonasi dengan ketebalan yang diturunkan dari 0,280 mm menjadi 0,270 mm, dalam rangka penghematan biaya produksi. Paduan aluminium AA3104 telah lama digunakan sebagai bahan baku kemasan kaleng minuman bertekanan dengan proses penarikan dalam (deep drawing) yang dilanjutkan dengan penipisan dinding (wall ironing) agar dapat mencapai ketinggian yang diinginkan. Dengan adanya tekanan dari produk minuman, maka kekuatan kaleng mutlak diperlukan agar tidak terjadi deformasi, terutama pada bagian bawahnya (dome). Kekuatan kaleng menahan tekanan dari dalam akan melemah apabila ketebalan material diturunkan, sehingga perlu dilakukan pengembangan material untuk mencari paduan aluminium yang kuat tetapi tetap mempunyai sifat mampu bentuk yang baik. Pada penelitian ini dilakukan percobaan terhadap 3 macam material paduan aluminium AA3104 dengan komposisi titanium berbeda, yaitu 0,00%, 0,010% dan 0,013%. Pengujian yang dilakukan adalah analisis komposisi kimia, kekasaran permukaan, struktur mikro, senyawa yang terbentuk, dan analisis statistik. Di samping itu juga dilakukan uji mekanik yaitu uji tarik, LDR, dan mampu bentuk. Setelah kaleng dibentuk dilakukan pula uji kekutan dome, kekuatan badan kaleng, dan pengukuran dimensi kaleng. Selanjutnya data hasil pengujian badan kaleng diolah untuk mendapatkan grafik rata-rata, grafik R, dan indeks Cpk. Sebagai simulasi dalam proses produksi badan kaleng, pengujian tarik dan kekuatan badan kaleng dilakukan sebelum dan setelah pemanasan 210°C selama 10 menit. Hasil analisis kekasaran permukaan menunjukkan bahwa semakin tinggi persentase titanium dalam paduan aluminium AA3104 semakin halus tingkat kekasaran permukaannya. Hasil analisis struktur mikro menunjukkan bahwa titanium meningkatkan presipitasi sehingga juga akan meningkatkan kekuatan bahan. Hasil analisis dengan XRD menunjukkan bahwa pada sampel yang mengandung titanium terbentuk senyawa Ti3Al yang tersebar lebih merata pada sampel dengan kandungan titanium 0,013%. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa semakin tinggi persentase titanium akan semakin meningkatkan kekuatan luluh (yield strentgh), kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan (elongation) dari paduan aluminium AA3104. Dengan bertambahnya yield strength dan tensile strength akan menambah kekuatan badan kaleng dan bertambahnya regangan mengindikasikan sifat mampu bentuk yang lebih baik. Percobaan pembentukan kaleng dengan proses penarikan dalam dan penipisan pada bagian dinding (drawn wall ironing) menunjukan bahwa tingkat kegagalan pembentukan (tear off rate) turun dari 60 kaleng/sejuta menjadi 23 kaleng/sejuta, kekuatan kaleng menahan tekanan dari dalam (dome reversal pressure ? DRP) naik 4,3% dan kekuatan kaleng menahan gaya vertikal (axial load) naik 6,74%. Setelah pemanasan 210°C selama 10 menit terjadi penurunan kekuatan tarik, kekuatan luluh, dan penambahan regangan. Hal yang sama, terjadi penurunan terhadap kekuatan kaleng baik dome reversal pressure maupun axial load. Selanjutnya, dalam analisis kelayakan penggunaan material paduan aluminium AA3104 dengan kandungan titanium 0,013% secara komersial, terutama kaitannya dengan parameter yang berhubungan dengan material tersebut, menunjukkan hasil yang memenuhi kriteria standar yang diinginkan pelanggan. Dengan demikian, maka paduan aluminium AA3104 yang mengadung titanium 0,013% dengan tebal 0,270 mm layak untuk digunakan sebagai bahan baku badan kaleng minuman bertekanan.

The purpose of this research is to find a suitable aluminum alloy for two-piece carbonated soft drink can body material in order to reduce the material thickness from 0.280 to 0.270 mm and thus a production cost. Aluminum alloy AA3104 has been used for many years as a carbonated soft drink can material through deep drawing pr°Cess followed by wall ironing pr°Cess until a specific desired can height is obtained. Due to inside pressure on the filled can, the can need to have enough strength to prevent deformation, especially on the bottom area of the can (dome). By reducing material thickness, the strength of the can will also reduce dramatically. For this reason, the material needs to be developed to get a suitable strength, while at the same time retains its good formability. In this research, aluminum alloy AA3104 containing 3 variations of titanium composition were prepared, i.e. Ti 0.00%, Ti 0.010% and Ti 0.013%. The analysis including chemical composition, surface roughness, microstructure, and precipitate resulted from the addition of titanium were carried out. Mechanical properties including tensile, LDR, and formability also have been done. Analyses on the final cans including dome reversal pressure, axial load, and can dimension were also included. The can body measuring data to find the average chart, range chart and Cpk index were done by using a commercial software. As a production pr°Cess simulation, the strength test also has been done after heating the material at 210°C for 10 minutes. Surface roughness analysis shows that the addition of titanium results in better sheet surface of aluminum alloy AA3104. Microstructure analysis shows that the addition of titanium promotes precipitation on aluminum alloy AA3104. XRD analysis shows that the addition of titanium forms Ti3Al precipitate while the sample containing 0.013% of titanium has better distribution of Ti3Al precipitate. Mechanical properties test results show that the addition of titanium increases yield strength, tensile strength and elongation of aluminum alloy AA3104. By increasing the yield strength and tensile strength will also increase the strength while increasing of elongation will increase formability of aluminum alloy AA3104. On the deep drawing and wall ironing pr°Cesses simulation by using aluminum alloy AA3104 containing 0.013% titanium with 0.270 mm thickness, the results show that the tear off rate reduces from 60 ppm to 23 ppm, dome reversal pressure increases 4.3% and axial load increases 6.74%. Heating the material at 210°C for 10 minutes reduces the yield strength, tensile strength, increases the elongation, and reduces the dome reversal pressure and axial load. Stability and capability study case with 0.270 mm thickness indicates that the material confirms customer requirements. It then can be concluded that the aluminum alloy AA3104 containing 0.013% of titanium with the thickness of 0.270 mm can be used in commercial production for two-piece carbonated soft drink cans."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
D990
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Jodi
"Penggunaan elektrolit cair dalam baterai masih menyisakan masalah keamanan akibat kebocoran dan kebakaran. Karena itu, penelitian dan penemuan elektrolit padat dengan performa yang bagus menjadi hal yang sangat menarik dan penting dilakukan, untuk menggantikan elektrolit cair dalam baterai. Lithium Fosfat (Li3PO4) adalah elektrolit padat berbasis xLi2O-yP2O5 (x=3, y=1) yang stabil, namun memiliki konduktivitas ionik yang kecil sekitar 10-9~10-8 S/cm, terlalu rendah untuk diaplikasikan menjadi elektrolit dalam baterai. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan elektrolit padat baru berbasiskan Li2O-P2O5, dengan modifikasi komposisi paduannya, dan dikombinasikan dengan Montmorillonite (MMT) membentuk material komposit elektrolit padat.  Komposit elektrolit dipreparasi melalui teknik pencampuran metalurgi biasa dan disintesis memanfaatkan teknik reaksi padatan melt-quenching. Morfologi komposit hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), dipadukan dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) untuk analisis unsur, sedangkan X-ray Diffractometer (XRD) digunakan untuk analisis struktural. Pengujian performa elektrokimia yang meliputi konduktivitas, impedansi dan sifat dielektrik komposit dilakukan menggunakan Electrochemical Impedance Spectrometry (EIS). Pencampuran paduan Li3PO4 dengan MMT menggunakan pengikat PVDF, memberikan komposit yang menunjukkan konduktivitas sebesar 3.59x10-7 S/cm. Modifikasi komposisi x dari 3 menjadi 1.5, memberikan peningkatan konduktivitas menjadi 3.98x10-6 S/cm, 2-3 orde lebih tinggi dari konduktivitas Li3PO4. Penambahan konten MMT ke dalam paduan hasil modifikasi komposisi 1.5Li2O-P2O5, menciptakan komposit elektrolit padat baru yang menunjukkan konduktivitas lebih baik pada orde 10-4 S/cm. Peningkatan konduktivitas tersebut diyakini merupakan kontribusi fasa dominan Li4P2O7. MMT berkontribusi meningkatkan sifat dielektrik komposit, dan mengakibatkan muatan dalam elektrolit menjadi lebih mudah bergerak, yang ditunjukkan dengan nilai energi aktivasi komposit dengan kandungan MMT sebesar 0,86 eV, lebih rendah dibandingkan dengan komposit tanpa MMT sebesar 1.50 eV. Komposit Li2O-P2O5-MMT terbukti bisa berfungsi dengan baik sebagai elektrolit padat dalam sel baterai, dan menghantarkan muatan pada proses charge-discharge

The use of liquid electrolytes in the battery still leaves safety problems due to leaks and fires. Therefore, research and discovery of solid electrolytes with good performance are very interesting and important to do, to replace liquid electrolytes in batteries. Lithium Phosphate (Li3PO4) is a solid electrolyte based on xLi2O-yP2O5 (x = 3, y = 1) which is stable, but has a small ionic conductivity of about 10-9 ~ 10-8 S / cm, that still too low to be applied as solid electrolytes in a battery. This study aims to develop new solid electrolyte materials based on Li2O-P2O5, with modified compositions, and combined with Montmorillonite (MMT) to form a solid electrolyte composite material. Electrolyte composites are prepared through ordinary metallurgical mixing and synthesized using melt-quenching solid reaction techniques. The morphology of the synthesized composite was characterized using Scanning Electron Microscopy (SEM), combined with the Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) for elemental analysis, while the X-ray Diffractometer (XRD) was used for structural analysis. Electrochemical performance testing which includes conductivity, impedance, and composite dielectric properties were carried out using Electrochemical Impedance Spectrometry (EIS). Mixing Li3PO4 with MMT using PVDF binder, has provided a composite that shows conductivity value of 3.59x10-7 S/cm. Modification of the composition of x value, from 3 to 1.5, gave an increase in conductivity to 3.98x10-6 S / cm, higher by 2-3 order of magnitude than that of Li3PO4. Addition of MMT content to a composition modified system 1.5Li2O-P2O5, has created a new solid electrolyte composite that shows better conductivity in the order of 10-4 S / cm. The increase in conductivity is believed to be the contribution of the dominant phase of Li4P2O7. MMT contributes to increasing composite dielectric properties and results in charge carriers becoming more easily polarized, which is indicated by the activation energy value of the composite with MMT content of 0.86 eV, lower than the composite without MMT of 1.50 eV. Li2O-P2O5-MMT composites have proven to function as solid electrolytes in battery cells and conduct charge carriers in the charge-discharge process.:major-bidi'>dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), dipadukan dengan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS) untuk analisis unsur, sedangkan X-ray Diffractometer (XRD) digunakan untuk analisis struktural. Pengujian performa elektrokimia yang meliputi konduktivitas, impedansi dan sifat dielektrik komposit dilakukan menggunakan Electrochemical Impedance Spectrometry (EIS). Pencampuran paduan Li3PO4 dengan MMT menggunakan pengikat PVDF, memberikan komposit yang menunjukkan konduktivitas sebesar 3.59x10-7 S/cm. Modifikasi komposisi x dari 3 menjadi 1.5, memberikan peningkatan konduktivitas menjadi 3.98x10-6 S/cm, 2-3 orde lebih tinggi dari konduktivitas Li3PO4. Penambahan konten MMT ke dalam paduan hasil modifikasi komposisi 1.5Li2O-P2O5, menciptakan komposit elektrolit padat baru yang menunjukkan konduktivitas lebih baik pada orde 10-4 S/cm. Peningkatan konduktivitas tersebut diyakini merupakan kontribusi fasa dominan Li4P2O7. MMT berkontribusi meningkatkan sifat dielektrik komposit, dan mengakibatkan muatan dalam elektrolit menjadi lebih mudah bergerak, yang ditunjukkan dengan nilai energi aktivasi komposit dengan kandungan MMT sebesar 0,86 eV, lebih rendah dibandingkan dengan komposit tanpa MMT sebesar 1.50 eV. Komposit Li2O-P2O5-MMT terbukti bisa berfungsi dengan baik sebagai elektrolit padat dalam sel baterai, dan menghantarkan muatan pada proses charge-discharge."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2554
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library