Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emil Budianto
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO|U) serta inisiator ammonium persulfat.
Hasil pengukuran DSC, solid content, dan IR menunjukkan bahwa terbentuk kopoli (stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa terbentuk grit yang banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,47%. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 128 mPas. Surfaktan SDBS rantai bercabang secara umum menghasilkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Banyaknya persen seeding monomer dan inisiator yang ditambahkan ke dalam initial charge mempengaruhi ukuran partikel polimer emulsi yang terbenluk, dan jumlah inti yang dihasilkan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2006
SAIN-11-3-2006-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Latief Himawan
"Penggunaan pelapis plastik dalam kemasan makanan sekali pakai memberikan dampak negatif bagi lingkungan seperti sumber tidak terbarukan dan limbah plastik di lingkungan. Hal ini membuat para ilmuwan berusaha mencari material alternatif plastik sebagai pelapis kemasan makanan yang terbarukan dan mudah terurai di alam. Salah satu material alternatif dengan potensi tinggi adalah selulosa nanofibril yang bersumber dari biomassa tanaman sehingga memiliki sifat terbarukan, namun memiliki sifat hidrofilik sehingga sifat penghalang air dan uap air tidak optimal. Untik meningkatkan sifat penghalang tersebut, dilakukan modifikasi permukaan gugus hidroksil pada permukaan selulosa nanofibril menggunakan metode grafting dengan asam laktat menjadi CNF-graft-PLA. Reaksi grafting tersebut dilakukan menggunakan oven pada suhu 100°C dan katalis SnCl2. Dilakukan optimasi waktu reaksi dan didapat waktu optimal didapat pada sampel 12 dan 24 jam dengan nilai Degree of Grafting (DoG) sebesar 0,13 dan 0,78. Waktu optimal tersebut lalu dilakukan variasi konsentrasi CNF:LA dengan rasio 1:1, 0,5:1, dan 0,25:1 dan polimer pelapis diaplikasikan ke kertas menggunakan metode bar coating. Polimer pelapis optimal dihasilkan pada sampel 24j 0,25:1 berupa peningkatan sebesar 20,2% pada sudut kontak air, dan 90,7% pada sudut kontak minyak. Selain peningkatan sifat penghalang, terdapat penurunan sebesar 25,3% pada daya serap air, 133,8% pada laju transmisi uap air, namun terjadi penurunan kekuatan gaya sobek sebesar 40,5%.

The use of single-use plastics in food packagings has a negative impact to the environment, such as non-renewable resources and plastic waste that is non-biodegradeable in nature. This causes scientists to look for an alternative materials that can be use to replace conventional plastics with added benefits of being renewable and biodegradeable. One of such materials with high potential in cellulose nanofibers from plant biomass which is renewable, but cellulose is hydrophilic in nature so the barrier properties against water and water vapor is not optimum. To increase its barrier properties, a surface modification need to be done with grafting method using lactic acid in-situ to make CNF-graft-PLA. The reaction can be done in mild 100°C oven and SnCl2 catalyst. The time-optimized CNF-graft-PLA was then futher optimized by varying CNF:LA concentration with a ratio of 1:1, 0.5:1, and 0.25:1 and the coating polymer was applied to the paper using the bar coating method. The optimum coating polymer was found to be 24h 0.25:1 and have increased properties of 20.2% in the water contact angle, 90.7% in the oil contact angle. There is also a decrease of 25.3% in water absorption capacity, 10.9% in oil absorption capacity, and 133.8% in water vapor transmission rate. However, there was a decrease in tear strength of 40.5% compared to untreated paper."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky
"Perkembangan penelitian hidrogel dan polimer sensitif telah berkembang dengan pesat. Salah satu bidang yang banyak diteliti adalah kemampuan pH sensitif dari suatu polimer. Pada penelitian ini dilakukan sintesis dan optimasi hidrogel P(NMA-co-AM) yang sensitif terhadap pH dengan metode polimerisasi radikal bebas menggunakan metilenbisakrilamida (MBA) sebagai agen pengikat silang dan ammonium persulfat (APS) sebagai inisiator. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi terbaik hidrogel P(NMA-co-AM) yang memiliki rasio swelling terbaik dengan variasi rasio monomer dan konsentrasi agen pengikat silang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio swelling hidrogel homopolimer maupun kopolimer meningkat seiring dengan jumlah rasio monomer akrilamida yang ditambahkan. Nilai swelling optimal dihasilkan pada rasio monomer NMA:AM 40:60 dengan pH kritis pada 5-7.

Research of hydrogel and responsive polymer has developed rapidly. Technology advances have made it easier to make a hydrogel based on responsive polymers. One area that has been investigated is the pH sensitivity of polymers. In this research, the synthesis and optimization of pH-responsive P(NMA-co-AM) hydrogels by free radical polymerization method using methylenebisacrylamide (MBA) as a crosslinking agent and ammonium persulfate (APS) as initiator, were conducted. The aim of this study was to determine the best composition of P(NMA-co-AM) hydrogel which has the best swelling ratio with variations in the monomer ratio and the concentration of crosslinkers. The results of this study indicated that the swelling ratio of homopolymer and copolymer hydrogels increased with increasing the number of acrylamide monomer added. The optimum swelling was achieved on monomer composition NMA:AM 40:60 with a critical pH at 5-7.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Raafiaji Mashudi
"Hidrogel homopolimer poliakrilamida dan poli(N-metilol akrilamida) serta hidrogel IPN poliakrilamida-poli(N-metilol akrilamida) disintesis dengan menggunakan metode polimerisasi radikal bebas. Pada proses sintesis dilakukan variasi konsentrasi pengikat silang N,N'-metilen bis akrilamida (MBA) pada jaringan polimernya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap swelling. Variasi konsentrasi pengikat silang menyebabkan perubahan matriks hidrogel sehingga rasio swelling akan berbeda. Proses polimerisasi berhasil, ditandai dengan hilangnya puncak C=C dan C-H sp2 alkena pada FTIR. Uji swelling dilakukan pada suhu ruang dan variasi pH 3, 5, 7, 9, dan 12 selama 24 jam perendaman.  Hasil swelling hidrogel IPN ditemukan lebih tinggi dibandingkan hidrogel homopolimer dikarenakan keberadaan jaringan kedua. Swelling variasi pH pada hidrogel PNMA dan IPN mempunyai swelling tertinggi pada pH 5. Hidrogel dengan konsentrasi pengikat silang 1% untuk PAAm dan IPN PAAm serta konsentrasi pengikat silang 2% untuk PNMA dan IPN PNMA memiliki swelling tertinggi.

Homopolymer hydrogel polyacrylamide and poly(N-methylol acrylamide) also IPN hydrogel polyacrylamide-poly(N-methylol acrylamide) were synthesized using the free radical polymerization method. In the synthesis process, variations of concentration N, N'-methylene bis acrylamide (MBA) crosslinkers were used on the polymer network to determine their effect on swelling behaviour. Variations of crosslinker concentration  caused changes in the hydrogel structure and thus the swelling ratio will be different. The polymerization process conducted successfully, which was marked by the loss of the C = C and C-H sp2 alkene peaks at FTIR. Swelling test were carried out at room temperature and pH 3, 5, 7, 9, and 12. The IPN hydrogel swelling ratio was found to be higher than homopolymer hydrogel due to the presence of the second network. The highest swelling behaviour in different pH for PNMA and IPN hydrogels was found at pH 5. Hydrogels with a crosslinking concentration of 1% for PAAm, IPN PAAm and 2% for PNMA, IPN PNMA had the highest swelling."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Renaldi
"Polimer pH-sensitif merupakan polimer yang dapat mengalami perubahan sifat fisik dan kimia akibat perubahan pH. Polimer pH-sensitif dapat diaplikasikan ke berbagai hal, sehingga menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih lanjut. Pada penelitian ini, telah disintesis poli((n-butil akrilat)-blok-(N-metilol akrilamida)) (PnBA-b-PNMA) melalui metode ATRP dengan komposisi unit monomer pada PNMA yang divariasikan dan diuji sensitivitasnya terhadap pH, dimana PnBA50-b-PNMA75 merupakan PnBA-b-PNMA yang paling sensitif terhadap pH dan ukuran partikel PnBA50-b-PNMA75 semakin kecil ketika suasana semakin asam atau basa. Selain itu, telah disintesis juga hidrogel P(nBA-ko-NMA) dengan polimerisasi radikal bebas dengan divariasikan jumlah nBA dan pengikat silang serta diuji sensitivitasnya terhadap pH, dimana hidrogel P(nBA25-ko-NMA75) (MBA 1%) merupakan hidrogel P(nBA-ko-NMA) yang paling sensitif terhadap pH dan kemampuan swelling pada hidrogel P(nBA-ko-NMA) semakin besar ketika suasana semakin asam atau basa. Selain itu, kemampuan swelling hidrogel semakin kecil ketika jumlah nBA bertambah, sedangkan semakin besar ketika konsentrasi MBA meningkat dari 0,25% hingga 1%.

A pH-sensitive polymer is a polymer that can experience changes in physical and chemical properties due to changes in pH. pH-sensitive polymers can be applied to various things and thus, it become an interesting field to study. In this research, poly((n-butyl acrylate)-block-(N-methylol acrylamide)) (PnBA-b-PNMA) were synthesized via ATRP by varying the monomer composition of PNMA and study their sensitivity to pH, where PnBA50-b-PNMA75 was the most pH-sensitive PnBA-b-PNMA and the particle size of PnBA50-b-PNMA75 decreases in acidic or basic condition. Furthermore, P(nBA-co-NMA) hydrogels were synthesized via free radical polymerization by varying the amount of nBA and study their sensitivity to pH, where P(nBA25-co-NMA75) (MBA 1%) hydrogel was the most pH-sensitive P(nBA-co-NMA) hydrogel and the swelling ability of P(nBA-co-NMA) hydrogels increases in acidic or basic condition. Moreover, the swelling ability of hydrogel decreases by increasing the amount of nBA, but increases by increasing of the concentration of MBA from 0.25% to 1%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomi Hawari
"Pati merupakan sumber gula yang sering digunakan oleh manusia. Beberapa penyakit seperti diabetes dan obesitas berhubungan dengan berlebihnya kadar gula dalam darah. Pati termodifikasi dibuat untuk dapat mengontrol kadar gula dalam darah sehingga menurunkan resiko dari kedua penyakit tersebut. Penelitian ini telah berhasil melakukan modifikasi pada pati tapioka dengan heat moisture treatment (HMT) dan ikat silang menggunakan asam sitrat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan yang dihasilkan dari modifikasi ganda dengan HMT dan ikat silang. HMT dilakukan dengan memvariasikan waktu modifikasi dan ikat silang dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi dari asam sitrat yang digunakan. HMT menghasilkan perubahan atau penyusunan ulang struktur kristral yang diidentifikasi menggunakan mikroskop. Ikat silang menambahkan ikatan kovalen antar rantai pati yang dapat diidentifikasi menggunakan FTIR. Setelah modifikasi, diamati perubahan dari sifat fisikokimia dari pati. Kecenderungan yang terjadi setelah modifikasi adalah penurunan swelling power dan kelarutan, penurunan kejernihan pasta, peningkatan viskositas pasta, peningkatan ketahanan termal. Daya cerna pati mengalami penurunan yang signifikan pada pati dengan modifikasi ganda. Akibat perubahan perubahan yang terjadi diperlukan studi yang lebih lanjut untuk dapat bisa mulai mengaplikasikan produk yang dihasilkan.

Starch is a common resource of sugar for human. Some diesease like diabetes and obesity is related to the high level of sugar in blood. Starch modication is conducted to gain control over sugar in blood to reduce the risk of the disease. This study was succesful in modifying tapioca stach with heat moisture treatment (HMT) and crosslinking with citric acid. The obejective of this study is to analyze the changes happend after the modification. HMT is conducted by varying treatment time and crosslinking is conducted by varying concentration of citric acid used. HMT will generate rearrangement on starch crystal structure and could be indetified with microscope while crosslinking will generate new covalent bond on starch chain and could be inditified with FTIR. After modification changes in physicochemical properties are observed. The trend of alteration are decrease in swelling power and solubility, decrease in paste clarity, increase in paste viscosity, and increasing thermal resistance. Digestibility of starch also observed as significant decrease on dual treated starch. As a result for many changes happened in treated starch futher study is needed to make modified starch is applicable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Adzani Nurandini
"Nifedipin merupakan suatu turunan dihidropiridin yang termasuk ke dalam calcium channel blocker (CCB), sesuai untuk terapi lini pertama pada pasien dengan hipertensi. Nifedipin bekerja menghalangi kalsium yang menuju otot jantung dan pembuluh darah ketika tekanan darah tinggi. Rendahnya waktu paruh nifedipin mengharuskannya untuk dikonsumsi secara berulang yang menimbulkan fluktuasi obat dalam darah. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pelepasan obat terkontrol dimana obat akan dilepaskan pada waktu yang diinginkan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mikroenkapsulasi obat menggunakan polimer sebagai penyalut. Pada penelitian ini dilakukan penyalutan nifedipin menggunakan polipaduan polikaprolakton (PCL) dan poli(etilena glikol) (PEG) dengan teknik penguapan pelarut. Mikrokapsul dengan variasi Span 80 sebanyak 4% merupakan variasi paling optimum dengan ukuran 0,3108 µm, indeks polidispersitas bernilai 0,079 dan efisiensi enkapsulasi sebesar 90,85%. Untuk mikrokapsul dengan variasi komposisi polipaduan PCL/PEG dan berat molekul PEG, persen padatan berada pada rentang 30-92% dan efisiensi enkapsulasinya sekitar 90-91%. Persen pelepasan nifedipin dari mikrokapsul berada pada rentang 7,24-16,07% untuk cairan lambung dan 12,1-34% untuk cairan usus dengan pelepasan tertinggi didapatkan pada variasi komposisi polipaduan PCL/PEG 70/30 dan berat molekul PEG 400 Da, yaitu sebesar 10,74% pada cairan lambung dan 34% pada cairan usus.

Nifedipine is a dihydropiridine derivate calcium channel blocker, suitable as a first-line therapy for patients with hypertension. Nifedipine blocks calcium from going to cardiac and blood vessel muscle when blood pressure is high. Nifedipine has a low elimination half-life that makes nifedipine needs to be consumed repeatedly which gives rise to fluctuation of nifedipine concentration in blood. Thus, controlled drug delivery system is needed wherein drug could be delivered at the desired time. One of the options is drug microencapsulation using polymer as the coating. In this study, nifedipine is coated with polycaprolactone (PCL) and poly(ethylene glycol) (PEG) polyblend using solvent evaporation technique. Microcapsule with variation of 4% Span 80 is the optimum variation, with particle size of 0.3108 µm, polidispersity index of 0.079 and encapsulation efficiency of 90.85%. Microcapsule with variation of PCL/PEG polyblend composition and PEG molecular weight had yield around 30-92% and the encapsulation efficiency about 90%-91%. The release percentage of nifedipine in microcapsule is around 7.24-16.07% in gastric fluid and 12.1-34% in intestinal fluid with the highest release of nifedipine obtained by the variation of 70/30 PCL/PEG composition with PEG molecular weight of 400 Da with release percentage of 10.74% in gastric fluid and 34% in intestinal fluid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renanto Putra Wijaya
"Dalam penelitian ini dilakukan sintesis polistirena-ko-poli(etil akrilat) dengan metode Atomic Transfer Radical Polymerization (ATRP) untuk mempelajari pengaruh konsentrasi stabilisator dan inisiator terhadap solid content dan viskositas, serta mempelajari pengaruh variasi komposisi monomer terhadap temperatur transisi gelas (Tg). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi stabilisator dan inisiator maka solid content dan viskositas akan semakin tinggi, dan pada variasi komposisi monomer tidak memberikan kecenderungan pada temperatur transisi gelas yang dihasilkan. Terbentuknya polistirena-ko-poli(etil akrilat) ditunjukkan oleh hasil karakterisasi dengan Fourier Transform Infra Red dan Differential Scanning Calorimetry yang terlampir dalam penelitian ini dan memiliki hasil tidak terbentuk homopolimer dari masing-masing monomer.

In this research, the synthesis of polystyrene-co-poly(ethyl acrylate) by the method of Atomic Transfer Radical Polymerization (ATRP) has been done to study the effect of the concentration of stabilizers and initiators on the solid content and viscosity of them. Then, this experiment also studied the effect of variations of monomers composition on the glass transition temperature (Tg) of polystyrene-co-poly(ethyl acrylate). The result showed that the higher concentration of stabilizers and initiators were, the higher the solid content and viscosity of the copolymer was obtained. In addition, the monomers composition did not affect the glass transition temperature of the resulting copolymers. The formation of polystyrene-co-poly(ethyl acrylate) was characterized by Fourier Transform Infra Red and Differential Scanning Calorimetry and the results showed that the formation of two homopolymers did not appeared."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Caesar Raja Mandala
"Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.

Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasojo Utomo
"Penelitian ini berhasil memodifikasi tepung tapioka dengan asam sitrat melalu reaksi ikat silang. Tapioka dan asam sitrat direaksikan dengan mengatur keadaan selama reaksi seperti konsentrasi asam sitrat, waktu reaksi, pH, dan temperature. Asam sitrat dipilih sebagai agen pemodifikasi karena aman untuk makanan dan bisa membentuk reaksi ikat silang dengan pati melalui gugus karboksilat yang akan berubah menjadi gugus anhidrida dengan menaikan suhu reaksi. Hasil karakterisasi dengan FT-IR menunjukan terbentuk peak pada 1720 cm-1 yang menunjukan terbentuknya pati sitrat. Karakterisasi dengan XRD menunjukan bahwa pati termodifikasi mempunyai kristalinitas yang lebih rendah. Berdasarkan hasil uji produk pati sitrat, sifat fungsional dari pati menurun seperti swelling power, kelarutan, daya serap terhadap air, viskositas, dan meningkatnya kejernihan pasta. Daya cerna dari pati sitrat juga menurun secara signifikan hingga 25% dibandingkan dengan pati murni. Produk ini bisa menjadi pangan fungsional seperti penderita diabetes atau kanker usus besar. Perubahan dari sifat fungsional pati juga diharapkan bisa menjadi acuan untuk industri dalam memenuhi kebutuhan pati termodifikasi.

This study was successful modifying tapioca starch with citric acid through crosslinking reaction. Tapioca and citric acid are reacted by setting the conditions during the reaction such as the concentration of citric acid, time reaction, pH, and temperature. Citric acid was chosen as a modifying agent because it is safe for food and can form a crosslinking reaction with starch through the carboxylic group that will be converted to anhydrous by raising the reaction temperature. The results characterization with FT-IR shows that there is a peak at 1720 cm-1 which is shows the formation of starch citrate by the presence of ester bonds on starch. Characterization with XRD shows that modified starch has a lower level of crystallinity. Based on several results of testing starch citrate products, the functional properties of starch also change such as decreased swelling power, solubility, water absorption, viscosity, and increased clarity of starch paste. Digestibility of starch citrate also decreased significantly by 25% compared to normal starch. This product is can be a functional food such as for people with diabetes or colon cancer. The changes in the functional properties of starch are also expected to be a reference for the industry fulfill the needs of modified starch.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>