Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarifuddin
"Latar Belakang: Tingginya angka kejadian kanker paru menyebabkan diperlukan pemanfaatan suatu penanda biologis spesifik kanker paru untuk menilai progresifitas penyakit. Transforming growth factor-β adalah protein yang disekresi untuk meregulasi proliferasi, diferensiasi dan kematian dari berbagai jenis sel. Semua jenis sel kekebalan termasuk sel B, sel T, sel dendritik dan makrofag mensekresi TGF-β. Jenis TGF-β yang terbanyak adalah TGF-β1. Diperlukan pengukuran kadar TGF-β1 serum darah tepi sebagai faktor prognostik pada kanker paru khususnya KPKBSK stage lanjut
Metode: Penelitian ini merupakan studi perbandingan dengan disain potong lintang pada pasien kanker paru yang telah tegak diagnosis dan bersedia diambil serum darah tepi untuk pemeriksaan kadar TGF-β1 serum menggunakan Human TGF-β1 Quantikine ELISA kit dari R D. Kadar TGF-β1 serum diukur pada 68 subjek yang terdiri dari 30 subjek kelompok kanker paru dan 38 subjek kelompok bukan kanker paru.
Hasil: Kadar TGF-β1 serum pada kelompok kanker paru meningkat signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok bukan kanker paru (median; min-max) (3601.85; 2006.87-14995.25 pg/mL vs 2510.11; 646.31-5584.07 pg/mL) (P = 0.000). Tidak ditemukan hubungan antara kadar TGF-β1 serum dengan jenis kelamin, umur, riwayat merokok, gejala klinis, gambaran bronkoskopi, jenis sitologi/histopatologi, KPKBSK stage lanjut, dan status tampilan umum. Median Survival Time (95% CI) TGF-β1 < 3601.85 pg/mL adalah 9.7 (2.4-16.9) bulan sedangkan TGF-β1 ≥ 3601.85 pg/mL adalah 16.7 (7.7-25.7) bulan. Over all survival TGF-β1 13.3 (5.8-20.8) bulan
Kesimpulan: Kadar TGF-β1 serum meningkat pada kelompok kanker paru dibandingkan kelompok bukan kanker paru. Kadar TGF-β1 serum belum dapat digunakan sebagai marker prognostik kanker paru.

Beckground: The high incidence rate of lung cancer leads to the utilization of a specific biological marker of lung cancer to assess disease progression. Transforming growth factor-β is a secreted protein to regulate the proliferation, differentiation and death of different cell types. Types of immune cells are B cells, T cells, dendritic cells and macrophages secreting TGF-β. The most common type of TGF-β is TGF-β1. Therefore, measurement of serum level of TGF-β1 as a prognostic factors in lung cancer, especially advanced stage NSCLC, to assess progressivity of lung cancer is needed. Method: This study is a comparative study with cross-sectional design in lung cancer patients who had been diagnosed and were willing to be taken for examination of peripheral blood serum levels of TGF-β1 using the Quantikine Human TGF-β1 ELISA kit from R&D system. TGF-β1 serum levels were measured in 68 subjects consisted of 30 subjects with lung cancer group and 38 subjects controlled group.
Result: Serum level of TGF-β1 in lung cancer group increased significantly higher than control group (median; min-max) (3601.85; 2006.87-14995.25 pg/mL vs. 2510.11; 646.31-5584.07 pg/mL) (P = 0.000). There was no association between serum level of TGF-β1 with gender, age, smoking history, clinical symptoms, bronchoscopy, cytology/histopathology, advanced stage of NSCLC, and performance status. Median Survival Time (95% CI) TGF-β1 <3601.85 pg/mL was 9.7 (2.4-16.9) months while TGF-β1 ≥ 3601.85 pg/mL was 16.7 (7.7-25.7) months. Over all survival TGF-β1 13.3 (5.8-20.8) months.
Conclusion: Serum level of TGF-β1 is higher in the lung cancer group compared to controlled group. Serum TGF-β1 levels can not be used as a prognostic markers of lung cancer."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
"Latar Belakang:
Kegawatan onkologi pada pasien kanker paru berhubungan dengan angka kesintasan pasien kanker paru. Pasien kanker paru yang memiliki kegawatan akan meningkatkan angka morbiditas dan angka mortalitas. Penelitian ini bertujuan memberikan data angka kesintasan pada penderita kanker paru dengan kegawatan di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Metode:
Studi kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder rekam medis di RS Wahidin Sudirohusodo dari Januari 2016 sampai Agustus 2017. Semua data penderita kanker paru di ambil melaluielectronic medical record. Perhitungan angka kesintasan menggunakan analisis Kaplan Meier beserta kurva kesintasan. Uji kemaknaan menggunakan uji Mantel-Cox log-rank-test. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang sudah tegak diagnosis kanker paru tanpa disertai dengan keganasan primer di organ lain.
Hasil:
Subjek penelitian 182 pasien kanker paru (122 laki-laki dan 60 perempuan). median. 135 pasien dengan kegawatan onkologi (74.18%). Usia median 55 (18-91 tahun). Jenis kegawatan pada pasien kanker paru yang paling sering ditemukan adalah efusi pleura masif. Angka kesintasan pasien kanker paru dengan tamponade jantung memiliki kesintasan paling rendah; angka tengah tahan hidup 0.6 bulan, dan angka kesintasan 1 tahun sebesar 0% (p<0.005). Pasien kanker paru yang memiliki lebih dari satu jenis kegawatan memiliki angka kesintasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien kanker paru yang hanya memliki satu jenis kegawatan onkologi dengan nilai (p=0.002).
Kesimpulan:
Penderita kanker paru dengan kegawatan, terutama tamponade jantung dan jenis kegawatan lebih dari satu kegawatan memiliki angka kesintasan yang rendah.

Background:
Oncological emergencies affect morbidity and mortality in lung cancer patients, which ultimately affects their survival. This study aims to estimate the survival rates of lung cancer patients with oncological emergencies treated at a general hospital in Indonesia.
Methods:
This retrospective study analyzed a cohort of lung cancer patients with oncological emergencies treated at Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar, Indonesia, between January 2016 and August 2017. Subjects were patients without any primary malignancies in the other organs. Their survival rate was estimated from the Kaplan-Meier survival curve and was analyzed using the Mantel-Cox log-rank test.
Results:
This study involved 182 lung cancer patients (122 males and 60 females) as subjects, in which 135 subjects (74.18%) presented with oncological emergencies. Their median age was 55 (18-91) years old. Massive pleural effusion was the most common oncological emergency found (53%). The subject presented with a cardiac tamponade had the lowest survival rate; their median survival rate was 0.6 months, and their 1-year overall survival rate was 0% (p<0.005). Subjects presented with more than one oncological emergency had a lower survival rate compared to subjects with only one type of oncological emergency (p=0.002).
Conclusion:
Lung cancer patients with oncological emergencies, mainly presented with cardiac tamponade and more than one emergency, had a lower survival rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library