Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dezzalina Dyana Paramita
"Kawasan Prinsen yang dulunya adalah tempat kesenian masyarakat disebut Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari yang melahirkan penampilan seni seperti Komedie Stamboel (1890an), Malayan Opera dan Band Jazz Black and White (1920an), Teater Kelompok Orion dan Dardanella (1925-1926), serta Band Melody Makers (1930an). Di tengah area Prinsen pun disediakan ruang dansa. Kesenian ini lambat laun menghilang seiring dengan peremajaan kawasan menjadi area Lokasari. Untuk mengubah stigma Prinsen menjadi lebih positif, perlu adanya rehabilitasi sosial yang menyenangkan. Didukung dengan masifnya pengembangan kawasan berorientasi transit, peluang untuk mengubah stigma tersebut cukup besar. Tanpa menghilangkan unsur sejarahnya, perancang berusaha mempertahankan nilai sosial dan budaya yang dulu kental di kawasan ini dengan dikemas menjadi sebuah desain pada bangunan pertunjukan. Harapannya dengan adanya bangunan ini dalam kawasan tidak hanya mengubah gaya hidup ex-tuna susila menjadi lebih positif, namun juga dapat menjadi wadah masyarakat untuk berkarya.

The Prinsen area which was formerly a place for community art was called the Lokasari Amusement Park (THR) which gave birth to artistic performances such as Comedie Stamboel (1890s), Malayan Opera and Black and White Jazz Band (1920s), Theater Group Orion and Dardanella (1925-1926), as well as Band Melody Makers (1930s). In the middle of the Prinsen area there is also a dance hall. This art gradually disappeared along with the rejuvenation of the area into the Lokasari area. To change Prinsen's stigma to be more positive, there needs to be fun social rehabilitation. Supported by the massive development of transit-oriented areas, the opportunity to change this stigma is quite large. Without losing its historical elements, the designers tried to maintain the social and cultural values that used to be strong in this area by packaging it into a design in a performance building. The hope is that the existence of this building in the area will not only change the lifestyle of ex-prostitutes to be more positive, but also become a place for the community to work."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saffanah Zhahirah Aflah
"Decasa adalah sebuah proyek perancangan yang bertujuan untuk menciptakan sebuah tempat tinggal berkonsep co-living yang menyediakan fasilitas lengkap dalam satu tempat, dengan tujuan mempromosikan kehidupan harmonis antara penghuni. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui survei dan studi literatur. Analisis data dilakukan melalui teknik content analysis tentang conscious living untuk mengidentifikasi tema utama yang muncul dari tanggapan penghuni potensial. Proyek Rancangan ini bertujuan untuk menjawab isu global dimana kedepannya masyarakan kian pindah ke kota besar dan akan berpotensi menghadapi masalah seperti krisis hunian dan lahan serta sosialisasi antar masyarakat. Dengan perencanaan Proyek Decasa: One Stop Co-living for A Harmony, hal ini bisa menjadi sebuah solusi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi penghuni serta merancang solusi perancangan yang tepat/sesuai. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penghuni potensial memiliki kebutuhan yang beragam, termasuk privasi, interaksi sosial, fasilitas yang memadai/lengkap, keamanan, dan kenyamanan serta hunian berkelanjutan. Secara keseluruhan, proyek Decasa menyajikan desain berbasis konsep co-living dengan ruang pribadi yang nyaman, ruang bersama yang mengakomodasi interaksi sosial, fasilitas umum seperti gym, taman serta berbagai ruang komunal yang tersedia. Proyek ini juga dapat menjadi penelitian lanjutan tentang pengalaman penghuni dan implementasi nyata dari proyek berkonsep One Stop Co-living.

Decasa is a design project that aims to create a co-living concept residence that provides complete facilities in one place, with the aim of promoting harmonious living between residents. This research uses a qualitative approach with data collection through surveys and literature studies. Data analysis was conducted through content analysis techniques on conscious living to identify the main themes that emerged from the responses of potential residents. This design project aims to address the global issue that people are increasingly moving to big cities and will potentially face problems such as housing and land crises and socialization between communities. With the planning of the Decasa Project: One Stop Co-living for A Harmony, this can be a solution to meet the needs and preferences of residents and design appropriate design solutions. The research findings show that potential residents have diverse needs, including privacy, social interaction, adequate/complete facilities, security, and comfort as well as sustainable housing. Overall, the Decasa project presents a co-living concept-based design with comfortable private spaces, shared spaces that accommodate social interaction, public facilities such as gyms, parks and various communal spaces available. This project can also be a further research on the experience of residents and the real implementation of the One Stop Co-living concept project."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kenzy Arandha Irdham
"Berlokasi strategis di masterplan kawasan distrik TOD Harmoni, Harmonity Community Mall adalah sebuah Community Mall untuk berbagai macam UMKM FnB (Food and Beverage) maupun Retail dengan konsep open-air design dan penggunaan material berkelanjutan yang berperan sebagai ruang interaksi dan transaksi serta sebagai magnet untuk user dari luar maupun dalam kawasan masterplan

Strategically located in the master plan of the TOD Harmoni district area, Harmonity Community Mall is a Community Mall for various kinds of FnB (Food and Beverage) and Retail with an open-air design concept and the use of sustainable materials which act as a space for interaction and transactions as well as a magnet for users from outside or inside the master plan area"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ling Ling Cory Wibowo
"Tugas akhir ini membahas perancangan coworking space dengan berbasis Transit Oriented Development (TOD) dan konsep sustainable architecture. Coworking space merupakan konsep tempat kerja bersama yang semakin populer di era modern ini, sedangkan TOD adalah pendekatan perancangan yang mengintegrasikan coworking space dengan sistem transportasi umum yang efisien. Konsep sustainable architecture diterapkan untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tugas akhir ini bertujuan untuk menggabungkan konsep-konsep tersebut dalam merancang coworking space yang memenuhi kebutuhan pengguna serta berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Pendekatan perancangan melibatkan analisis terhadap potensi lokasi yang terintegrasi dengan sistem transportasi umum, identifikasi kebutuhan pengguna, serta penerapan prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan. Melalui studi literatur dan penelitian lapangan, ditemukan bahwa penerapan TOD dapat meningkatkan aksesibilitas coworking space dari berbagai lokasi dengan menggunakan transportasi umum. Konsep ini juga dapat mengurangi penggunaan mobil pribadi dan mengurangi emisi karbon, serta mendorong mobilitas berkelanjutan. Selain itu, penggunaan material ramah lingkungan, desain yang memaksimalkan pencahayaan alami, dan penerapan teknologi hijau juga menjadi fokus dalam perancangan ini. Hasil tugas akhir ini adalah desain coworking space yang terintegrasi dengan stasiun transportasi umum, menawarkan fasilitas yang memadai, dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman serta ramah lingkungan. Desain ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan coworking space yang berkelanjutan di masa depan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mendorong mobilitas yang efisien.

This final project discusses the design of a coworking space based on Transit Oriented Development (TOD) and the concept of sustainable architecture. Coworking space is a coworking space concept that is becoming increasingly popular in this modern era, while TOD is a design approach that integrates coworking space with an efficient public transportation system. The concept of sustainable architecture is applied to create environmentally friendly and sustainable buildings. This final project aims to combine these concepts in designing a coworking space that meets user needs and contributes to maintaining environmental sustainability. The design approach involves an analysis of potential locations that are integrated with the public transportation system, identification of user needs, and application of sustainable architectural principles. Through literature studies and field research, it was found that the application of TOD can increase the accessibility of coworking spaces from various locations using public transportation. This concept can also reduce the use of private cars and reduce carbon emissions, as well as encourage sustainable mobility. In addition, the use of environmentally friendly materials, designs that maximize natural lighting, and the application of green technology are also the focus of this design. The result of this final project is a coworking space design that is integrated with public transportation stations, offers adequate facilities, and creates a comfortable and environmentally friendly work environment. This design is expected to be an inspiration for the development of sustainable coworking spaces in the future, reducing negative impacts on the environment, and encouraging efficient mobility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ghifari Ibrahim
"

Salah satu permasalahan bagi generasi milenial adalah seputar kebutuhan dan keterbatasan dalam memiliki hunian. Berdasarkan data dari “Indonesia Millennial Report 2019,” 64,9% generasi milenial masih belum mampu untuk membeli hunian sendiri. Apalagi hunian yang berada di lokasi strategis atau dekat dengan daerah Transit Oriented Development (TOD) cenderung lebih mahal dan tidak sesuai dengan budget generasi muda jaman sekarang. Maka milenial cenderung sulit membeli serta memenuhi kebutuhan tempat huniannya. Berlatar belakang kondisi tersebut, konsep co-living atau konsep rumah tinggal sudah mulai marak dikembangkan sebagai solusi untuk kaum milenial. Konsep ini cocok untuk kaum milenial yang sedang memerlukan hunian karena harganya yang lebih terjangkau. Apalagi co-living dapat diterapkan di hunian seperti rumah atau apartemen yang ditempati bukan oleh satu keluarga, melainkan oleh beberapa penghuni yang masing-masing menempati satu kamar.

Membangun kota yang berkelanjutan adalah kunci untuk memiliki masa depan yang lebih baik, terutama karena sebagian besar penduduk sudah tinggal di pusat kota. Co-living memiliki posisi yang baik untuk hal ini, Co-living dapat menciptakan ruang hidup inspirasional yang mendorong rasa kebersamaan dan interaksi sosial di dalam bangunan dan pengembangan kota. Co living dapat menjadi hunian bagi komunitas yang dapat membentuk interaksi antar sesama penghuni, sehingga menciptakan hubungan yang lebih akrab antara sesama penghuni dan lingkungannya.


One of the problems for millennials is the need and limitations of owning a home. Based on data from the "Indonesia Millennial Report 2019," 64.9% of millennials still cannot afford to buy their own housing. Moreover, housing in strategic locations or close to the Transit Oriented Development (TOD) area tends to be more expensive and does not fit the budget of today's young generation. So millennials tend to find it difficult to buy and fulfill their housing needs. Against this background, the concept of co-living has begun to be developed as a solution for millennials. This concept is suitable for millennials who are in need of housing because the price is more affordable. Moreover, co-living can be applied in residences such as houses or apartments that are occupied not by one family, but by several residents who each occupy one room.

Building a sustainable city is key to having a better future, especially since most of the population already lives in the city center. Co-living is well positioned for this, it can create inspirational living spaces that encourage a sense of community and social interaction within buildings and urban developments. Co-living can be a residential community that can form interactions between residents, thus creating a more intimate relationship between residents and their environment."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
TB. Syarif Hidayatullah
"Transit Oriented Development (TOD) merupakan sebuah pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi sehingga menciptakan sebuah kota yang efisien. Konsep TOD memiliki sebuah tujuan yaitu untuk memberikan sebuah alternatif dan pemecahan masalah bagi pertumbuhan metropolitan yang cenderung memiliki pola pengembangan yang berorientasi. Konsep Kawasan TOD mengintegrasikan jaringan transit secara regional dan melengkapi strategi pengembangan lingkungan yang telah ada di sekitar simpul transit. TOD menggabungkan guna lahan residensial, perdagangan, jasa, perkantoran, ruang terbuka, dan ruang publik sehingga memudahkan masyarakat dan pengguna untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, sepeda, maupun moda transportasi umum. Kebutuhan akan lahan yang terus meningkat di kawasan kota menyebabkan kurangnya ketersedian hunian yang cukup dan semakin berkurangnya lahan hijau yang ada. Pada hasil perancangan ini menekankan kepada nilai keberlanjutan yang mana menghasilkan sebuah Green Village dari beberapa modul Co-Living yang bersifat modular, sehingga dapat mengurangi emisi karbon pada area tapak.

Transit Oriented Development (TOD) is a pattern of urban planning development that is integrated with the transportation system so as to create an efficient city. The TOD concept has a goal, namely to provide an alternative and problem solving for metropolitan growth which tends to have a development-oriented pattern. The TOD Region concept integrates the transit network regionally and complements the existing environmental development strategy around the transit nodes. TOD combines residential land uses, trade, services, offices, open spaces and public spaces to make it easier for the public and users to travel by foot, bicycle or other modes of public transportation. The need for land that continues to increase in urban areas causes a lack of adequate housing and the reduction of existing green land. The results of this design emphasize the value of sustainability which produces a Green Village from several Co-Living modules that are modular in nature, so as to reduce carbon emissions in the site area."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fenti Rahayu
"Pada perencanaan MRT Fase 2, Glodok merupakan salah satu bagian dari proyek MRT Fase 2 yaitu kawasan Transit Oriented Development (TOD). Glodok merupakan kawasan Pecinan yang ada di Jakarta Barat, kawasan ini sangat kental dengan nilai historis dan kebudayaan Tionghoa. Terdapat beberapa isu mengenai Glodok, yaitu Past Trauma pada masa tragedi Kerusuhan Mei 1998, kurangnya generasi muda karena mayoritad penduduk di kawasan ini berusia 40–60 tahun, dan kurangnya pengembangan kebudayaan Tionghoa yang dilakukan oleh generasi muda di kawasan ini. Kawasan Glodok ini memiliki potensi diantaranya adalah terdapat tempat wisata, religi, sarana aksesbilitas dan perekonomian perdagangan khas Tionghoa yang masih berjalan. Tempat yang berpotensi tersebut diantaranya adalah Pasar Jaya, Petak Enam, Sekolah Ricci, Gereja Santa Maria de Fatima, Vihara Toa Se Bio, Pasar Petak Sembilan, Vihara Dharma Bakti, Sky Bridge menuju Harco Glodok dan Halte Transjakarta. Tujuan penulisan Tugas Akhir Wenhua Cultural Center ini untuk meningkatkan pengembangan kebudayaan Tionghoa dan menarik generasi muda di Glodok. Dengan metode pengumpulan data, pengamatan ke lokasi Glodok, analisis, perencanaan dan perancangan sehingga menghasilkan sebuah desain perancangan. Program utama Wenhua Cultural Center yaitu Performing and Class. Sebagai wadah edukasi untuk belajar kebudayaan Tionghoa dan pertunjukan untuk pengembangan serta pengenalan kebudayaan Tionghoa. Dengan adanya edukasi dan pertunjukan dapat menarik wisatwan dan menarik generasi muda untuk mengembangkan kebudayaan Tionghoa.

In planning MRT Phase 2, Glodok is a part of the Phase 2 MRT project, namely the Transit Oriented Development (TOD) area. Glodok is a Chinatown area in West Jakarta, this area is very thick with Chinese historical and cultural values. There are several issues regarding Glodok, namely Past Trauma during the May 1998 riots, the lack of a younger generation because the majority of the population in this area are aged 40–60 years, and the lack of development of Chinese culture carried out by the younger generation in this area. The Glodok area has potential including tourist, religious, accessibility facilities and a typical Chinese trade economy that is still running. The potential places include Pasar Jaya, Petak Enam, Ricci School, Santa Maria de Fatima Church, Toa Se Bio Temple, Petak Sembilan Market, Dharma Bakti Temple, Sky Bridge to Harco Glodok and Transjakarta bus stops. The purpose of writing this Wenhua Cultural Center Final Project is to enhance the development of Chinese culture and attract the younger generation in Glodok. With the method of data collection, observation of the Glodok location, analysis, planning and design to produce a design. The main program of the Wenhua Cultural Center is Performing and Class. As an educational forum for learning Chinese culture and performances for the development and introduction of Chinese culture. Education and performances can attract tourists and attract the younger generation to develop Chinese culture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Alda Hairiah
"SymbioSa Communal Living (Co-Living) merupakan sebuah proyek perancangan yang didasari oleh konsep rumah modern di mana para penghuni saling berinteraksi dan bersosialisasi secara komunal karena kesamaan minat ataupun pekerjaan. Dengan pendekatan kualitatif berupa studi literatur dan data survey, program-program ruang dipilih untuk memenuhi kebutuhan penghuni, baik yang terikat secara komunal, maupun ruang dengan kepentingan privasi. Konsep communal living ini juga dijadikan sebagai jawaban atas kebutuhan tempat tinggal di Kawasan Berorientasi Transit (TOD) Sawah Besar yang telah dirancang. Proyek SymbioSa ini dirancang menyesuaikan dengan tema kawasan, menawarkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh karakter pekerja di kawasan TOD, seperti ruang-ruang komunal yang digunakan bersama (dapur, ruang makan, ruang workshop), sampai dengan konsep kamar pribadi yang melindungi privasi dan produktivitas.

SymbioSa Communal Living (Co-Living) is a design project based on the concept of a modern home where inhabitantsinteract and socialize communally because of similar interests or jobs. With a qualitative approach in the form of literature studies and survey data, spatial programs are selected to answer the needs of inhabitants, both those who are communally bound, as well as spaces with privacy interests. The concept of communal living is also used as an answer to the housing needs in the Transit Development Oriented Area (TOD) Sawah Besar that has been designed before. The SymbioSa project is designed according to the concpet of the area, offering the facilities needed by the character of workers in the TOD area, such as communal spaces that are shared (kitchen, dining room, workshop room), to the concept of private rooms that protect privacy and productivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Jetmelin Pamungkas
"Automobile museum merupakan sebuah museum yang memamerkan mobil sebagai Sebagian besar dari pamerannya, selain itu museum ini juga memamerkan sejarah dari Kawasan sawab besar itu sendiri. Automobile museum dirancang sebagai salah satu landmark yang menunjukan jati diri dari sawah besar. Sawah besar sendiri saat ini telah menjadi sebuah area yang terkenal sebagai area yang banyak menjual dan memperbaiki hal hal yang berhubungan dengan automotive, terutama mobil, dapat dikatakan kegiatan berotomotif merupakan jiwa dari Kawasan ini sendiri. Kami sebagai kelompok ingin mempertan kan jiwa tersebut dengan Kembali ke akar dari sawah besar sendiri agar orang dapat mengetahui sejarah sawah besar serta jiwa dari area tersebut.

The Automobile Museum is a museum that exhibits cars as a major part of its exhibitions, besides that this museum also exhibits the history of the Sawah Besar area itself. Automobile museum is designed as one of the landmarks that shows the identity of Sawah besar. Sawah Besar itself has now become an area that is well-known as an area that sells and repairs many things related to automotive, especially cars. It can be said that automotive activities are the soul of this area itself. We as a group want to protect this spirit by returning to the roots of Sawah besar itself so that people can know the history of sawah besar and the soul of the area."
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rowi Darmawiredja
"Perancangan kawasan Transit Oriented Development di Sawah Besar dilakukan sebagai respons adanya pembangunan stasiun kereta bawah tanah di daerah tersebut. Lingkungan yang kompak perlu dihadirkan di Sawah Besar sehingga lingkungan menjadi lebih hidup karena tingginya intensitas aktivitas yang terjadi di sana. Salah satu fasilitas yang disediakan dalam kawasan yang dikembangkan ini adalah hotel untuk menunjang aktivitas komersil yang terjadi. Akses pada hotel dirancang berasal dari dua sisi untuk menunjang pejalan kaki dan pengguna kendaraan pribadi. Pemandangan hijau dihadirkan untuk meningkatkan daya tarik serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung kawasan maupun hotel.

The design of the Transit Oriented Development area in Sawah Besar was carried out in response to the construction of a subway station in the area. A compact environment needs to be presented in Sawah Besar so that the environment becomes more alive because of the high intensity of activities that occur there. One of the facilities provided in this developed area is a hotel to support the commercial activities that occur. Access to the hotel is designed from two sides to support pedestrians and private vehicle users. The green view is presented to increase attractiveness and provide comfort for visitors to the area and hotels."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>