Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaen, Josua Gregory
"Metode MT merupakan metode geofisika yang umum serta unggul yang digunakan dalam eksplorasi panasbumi saat ini. Namun metode ini memiliki tantangan dalam menentukan secara pasti dimana zona konduktif pada suatu daerah melalui hasil inversi 2-D maupun 3-D akibat dari sifat gelombang elektromagnetik (EM) untuk menginduksi lapisan yang bersifat konduktif, sehingga penetrasi gelombang EM menjadi kecil. Tantangan lain yang muncul adalah upaya meningkatkan rasio kesuksesan dalam tahap drilling (drilling success ratio) pada eksplorasi panasbumi. Target drilling erat kaitannya dengan zona rekahan (fracture). Secara umum zona fracture pada sistem panasbumi berasosiasi dengan sesar yang terisi material ataupun fluida yang akan memiliki resistivitas yang rendah atau bersifat konduktif. Dengan menggunakan fungsi transfer geomagnetik atau disebut juga dengan tipper (induction arrows), yaitu fungsi transfer yang menghubungkan medan magnet vertikal (z) terhadap medan magnet horizontal (x dan y) serta diintegrasikan dengan hasil inversi MT, kita dapat menentukan keberadaan anomali konduktif. Analisis induction arrows pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software WinGlink. Software ini dapat menampilkan arah panah induksi beserta besar panahnya. Induction arrows pada WinGlink dapat ditampilkan dan dianalisis dalam dua tampilan, yaitu Maps induction arrows untuk menganalisis secara lateral dan Pseudo-Section induction arrows untuk menganalisis secara vertikal. Analisis induction arrows serta inversi 2-D telah diaplikasikan pada data riil (Lapangan-X). Hasil analisis induction arrows serta inversi 2-D pada data riil (Lapangan-X), telah sukses diaplikasikan untuk mengetahui posisi struktur utama serta memetakan persebaran anomali konduktif.
......
The MT method is an excellent geophysical method commonly used in geothermal exploration. However, the method presents a challenge in pinpointing the conductive zone in an area based on either 2-D or 3-D inversion result, as a consequence of the tendency of electromagnetic (EM) waves to induce currrent in a conductive layer, which leads to low penetration of MT waves into that layer. Another challenge is in improving the drilling success ratio of the geothermal exploration process. The Drilling target is heavily affected by fracture zones. Generally, the fracture zones in a geothermal system are associated with faults containing conductive materials or fluids will having low resistivity. Using the geomagnetic transfer function, also called the tipper (induction arrows), which is a transfer function that correlates the vertical (z direction) magnetic field to horizontal (x and y direction) magnetic fields, along with MT inversion results, we can determine the location of conductive anomaly. Analysis of Induction arrows on this research done on the software WinGlink. This software can display the direction and magnitude of the induction arrow. In WinGlink, Induction arrows can be displayed and analyzed in two viewing modes, namely the Maps of induction arrows for lateral analysis and Pseudo-Section of induction arrows for vertical analysis. Analysis of induction arrows with 2-D inversion, has been successfully applied to real data (X-Field) in locating the main structure and mapping the distribution of the conductive anomalies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Isa Marianto Suryo Putro
"Daerah “D” merupakan salah satu daerah prospek panasbumi di Indonesia. Daerah ini di dominasi oleh batuan produk vulkanik yang terdiri dari aliran lava dan kubah-kubah vulkanik. Manifestasi di daerah ini terdiri dari kelompok mata air panas D dengan temperatur sebesar 95 – 97oC dan kelompok mata air panas M dengan temperatur sebesar 60,9 – 84,0oC. Kedua kelompok mata air panas tersebut memiliki tipe klorida. Selain itu, terdapat batuan ubahan di sekitar manifestasi yang mengandung mineral ubahan yang di dominasi oleh mineral silika. Untuk mendelineasi sistem panasbumi tersebut, maka dilakukan inversi 3-D data magnetotellurik, baik dengan full impedance tensor maupun dengan off-diagonal element dengan menggunakan software MT3Dinv-X. Hasil dari inversi 3-D dengan full impedance tensor menggambarkan kondisi bawah permukaan lebih baik dibandingkan dengan off diagonal element. Lapisan konduktif (<15 ohm-m) dengan ketebalan 200 m – 1 km diindikasikan sebagai caprock. Lapisan dibawah caprock (15 – 158 ohm-m) diindikasikan sebagai reservoar. Sedangkan body dengan resistivitas >1.000 ohm-m diindikasikan sebagai heat source yang merupakan intrusi dari batuan beku muda. Selanjutnya, hasil inversi 3-D tersebut diintegrasikan dengan data gravitasi untuk membuat model konseptual dari sistem panasbumi “D”. Dimana sistem panasbumi “D” merupakan jenis sistem panasbumi intermediate temperature dengan temperatur reservoar sebesar 190oC berdasarkan geotermometer Na/K."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Gunawan
"ABSTRAK:
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, penentuan lokasi keberadaan cekungan (basin) sangat penting untuk diketahui. Hal ini dikarenakan cekungan (basin) berkaitan erat dengan lingkungan pembentukan batuan induk (source rock). Telah dilakukan pengukuran survei gayaberat pada daerah cekungan Sumatera Selatan. Tujuan dilakukannya pengukuran ini adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang diduga merupakan cekungan (basin) sebagai tempat pembentukan source rock. Pada nilai anomali Bouguer yang didapatkan dari hasil pengukuran selanjutnya dilakukan analisa spektrum untuk membantu mendapatkan model basement cekungan. Pada analisa lebih lanjut, dilakukan pemisahan anomali regional dan residual menggunakan metode Moving Average dan metode Polinomial Trend Surface Analysis untuk mengetahui daerah zona cekungan. Analisa First Derivative dilakukan untuk mengetahui daerah zona struktur patahan pada cekungan. Pada proses pemodelan 2D Forward Modelling, digunakan data sumur, hasil spektrum analisis berupa model kedalaman, peta geologi dan kurva FHD sebagai acuan dalam pemodelan. Hasil dari pemodelan 2D Forward Modelling menunjukkan adanya cekungan dengan kedalaman basement berkisar 2000 m sampai 3000 m. Interpretasi terpadu dari metode pengolahan data gayaberat yang dilakukan didapatkan keberadaan cekungan yang memanjang dari arah Baratlaut ke Tenggara-Selatan.

ABSTRACT:
In oil and gas exploration, determining the location of the basin is very important to be known. It is because the basin is closely related to the formation of the host rock environment (source rock). Geophysical survey using gravity method has been on the South Sumatra basin area. The purpose of this measurement is to determine the areas that are considered basin as the source rock formation. On the value Bouguer anomaly obtained from the results of measurements of the spectral analysis is performed to help get the model basin basement. On further analysis, the separation of regional and residual anomalies using the Moving Average method and Polynomial Trend Surface Analysis method to determine the zone of the basin area. First Derivative analysis was conducted to determine the structure of the fault zone area in the basin. In the modeling process 2D Forward Modeling, used well data, the results of spectral analysis of a model of depth, geological maps and FHD curve as a reference in the modeling. Results of Forward Modelling 2D modeling shows basin with depths ranging from 2000 m to the basement of 3000 m. Integrated interpretation of gravity data processing method conducted found the existence of the basin that extends from the North West to South - East."
Universitas Indonesia, 2014
S57165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library