Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dharmady Agus
"Latar belakang. Bahaya merokok sudah diketahui secara luas, namun seorang perokok yang ingin berhenti merokok mengalami kesulitan karena terdapat pengaruh yang kuat aspek bio-fisio-psiko-sosio-demografi. Untuk itu, perpaduan metode berhenti merokok melalui pendekatan farmakologi dan non-farmakologi perlu dilakukan. Terapi kombinasi melalui farmakologi (vareniklin tartrat/VT) dan non-farmakologi (hipnosis kedokteran) diharapkan efektif membantu individu dengan ketergantungan nikotin untuk berhenti merokok.
Metode. Desain penelitian ini adalah uji klinis eksperimental acak tersamar tunggal yang dilakukan pada 100 perokok sedang-berat yang dialokasi menjadi dua kelompok melalui randomisasi. Setelah randomisasi, 50 responden akan mengikuti intervensi VT+hipnosis kedokteran dan 50 responden akan mengikuti intervensi VT+edukasi yang dilakukan paralel, mengikuti modul hipnosis kedokteran dan edukasi selama 12 minggu, dilanjutkan pengamatan 12 minggu pasca terapi. Keberhasilan responden dinyatakan berdasarkan nilai EECOL dengan batas pisah ≤ 10 ppm pada salah satu minggu selama penelitian. Responden dikatakan relaps jika nilai EECOL kembali ditemukan >10 ppm setelah dinyatakan berhasil. Analisis faktor bio-fisio-psiko-sosio-demografi dilakukan untuk melihat peran faktor tersebut terhadap keberhasilan terapi kombinasi VT+hipnosis kedokteran.
Hasil. Keberhasilan berhenti merokok jangka pendek kelompok VT+hipnosis kedokteran dan VT+edukasi adalah sebesar 78% dan 66% dengan NNT sebesar 8 (IK95%=3-18). Keberhasilan jangka panjang kedua kelompok sebesar 86% dan 68% (p=0,032). Angka relaps pada kelompok VT+hipnosis kedokteran ditemukan lebih rendah dibandingkan kelompok VT+edukasi (44,2% vs. 58,3%) dengan NNT sebesar 7 (IK95%=3-19). Tidak ditemukan adanya pengaruh aspek bio-fisio-psiko-sosio-demografi di dalam penelitian (p>0,05).
Simpulan. Terapi kombinasi VT+hipnosis kedokteran memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik dan angka relaps yang lebih rendah dibandingkan dengan VT+edukasi walaupun tidak ditemukan adanya pengaruh aspek bio-fisio-psiko-sosio-demografi di dalam penelitian.

Background. Smoking has been widely known for it’s dangers towards health. Despite of the danger, smokers find hard to stop smoking and therapy is needed to help them stop smoking. Combination therapy which covers pharmacology and non-pharmacology aspect is needed to help smokers to stop smoking. Varenicline tartrate (VT) and medical hypnosis as a combined therapy is used to cover the pharmacology and non-pharmacology aspect of individual with nicotine dependence to stop smoking.
Methods. The research was conducted as a random single-blind experimental study on 100 moderate to severe smokers, divided randomly into two groups of 50 respondents each. Each group correspondingly enrolled VT+medical hypnosis therapy and VT+education therapy based on medical hypnosis and education module for 12 weeks with follow up for another 12 weeks. The program was defined successful by EECOL value ≤ 10 ppm in any week during the research and relapse was defined by EECOL value greater than 10 ppm after a success was declared. Analysis on bio-physio-psycho-socio-demography aspect was done to assess influence of these factors on the success rate of VT+medical hypnosis group.
Results. The short term success rate of VT+medical hypnosis and VT+education combination therapy was 78% and 66% respectively with NNT of 8 (CI95%=3-18). Long term success rate of both group was 86% and 68% respectively (p=0,032). Relapse rate is lower in the VT+medical hypnosis group than VT+education group (42,2% vs. 58,3%) with NNT of 7 (CI95%=3-19). There is no evident on relation of bio-physio-psycho-socio-demography and the success rate in the experiment (p>0,05).
Conclusion. Intervention with VT+medical hypnosis for smoking cessation has higher success rate and lower relapse rate than control. There was no evident on relation of bio-physio-psycho-socio-demography and the success rate in the experiment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feranindhya Agiananda
"Menikah dan memiliki keturunan merupakan sebuah fase penting dalam siklus kehidupan. Apabila kehamilan tak kunjung terjadi setelah dua belas bulan berhubungan teratur tanpa pengaman, maka disebut sebagai infertilitas. Fertilisasi in vitro (FIV) dilakukan saat metode lain telah mengalami kegagalan, namun tahapan yang dilalui memberikan stres bagi yang menjalaninya. Melihat kompleksitas permasalahan, perlu untuk dikembangkan model pendampingan, berupa Terapi Kognitif Perilaku (TKP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas TKP dalam memperbaiki faktor psiko-neuro-endokrin.
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu uji face validity dan studi eksperimental berupa uji klinis tersamar ganda. Penelitian dilakukan di Klinik Infertilitas Yasmin RSCM dan Klinik Dr Sander B Daya Medika. Waktu penelitian adalah bulan Mei 2016 – Maret 2023. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan penilaian selama prosedur FIV, meliputi kecemasan, depresi, serta kadar hormonal berupa kortisol, norepinefrin, triiodotironin bebas (fT3), estradiol, dan progesteron. Interaksi antara kelompok intervensi dan waktu pengukuran terhadap variabel dianalisis dengan menggunakan mixed-model repeated measure ANOVA dan analisis post-hoc menggunakan uji t tidak berpasangan pada setiap pengukuran.
Analisis akhir melibatkan 75 subjek, terdiri dari 38 subjek kelompok kontrol dan 37 subjek kelompok TKP. Distorsi kognitif yang paling sering dialami subjek penelitian adalah fortune telling (34,2%), personalization (22,8%), dan should statement (14,3%). Terdapat penurunan skor kecemasan di sesi 8 TKP (p < 0,001) dan penurunan skor depresi di sesi 6 dan 8 TKP (p = 0,027 dan p = 0,007). Penurunan skor kecemasan sejalan dengan penurunan kadar norepinefrin (p = 0,002), sementara penurunan skor depresi bersesuaian dengan penurunan kadar kortisol (p < 0,001) dan perbaikan kadar estradiol (p = 0,024). Kadar fT3 dan progesteron tidak mengalami perbaikan hingga akhir sesi TKP. Mixed-model repeated measure ANOVA menguatkan hasil dengan adanya tren penurunan kecemasan, depresi, norepinefrin, dan kortisol pada kelompok TKP, dengan ukuran efek kecil hingga sedang.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa TKP terbukti efektif dalam memperbaiki faktor psiko-neuro-endokrin pada perempuan yang mengikuti FIV. Penting untuk dilakukan advokasi hasil penelitian kepada rumah sakit dengan layanan FIV dan mengintegrasikan panduan TKP pada FIV ke dalam prosedur standar dan panduan pelayanan klinis rumah sakit. Penting untuk melakukan penelitian lanjutan pada populasi dengan karakteristik lebih beragam dan mengembangkan bentuk pendampingan bagi pasangan agar dapat memberikan dukungan yang adekuat dan mengoptimalkan luaran FIV.

Marriage and parenthood are significant life stages. When a couple has regular, unprotected intercourse for 12 months without pregnancy, they are considered infertile. In vitro fertilization (IVF) is pursued when other methods fail, though it can cause significant stress for women. This study aims to assess the effectiveness of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) in improving psycho-neuro-endocrine factors in women undergoing IVF.
The research comprises two phases: the assessment of face validity and an experimental study designed as a double-blind clinical trial, conducted at the Yasmin Infertility Clinic RSCM and Dr. Sander B Daya Medika Clinic. The research spanned from May 2016 – March 2023. Data were collected through questionnaires and evaluations during the IVF process, focusing on anxiety, depression, and hormonal levels, including cortisol, norepinephrine, free triiodothyronine (fT3), estradiol, and progesterone. The interaction between the intervention group and the timing of measurements for each variable was analyzed using a mixed-model repeated measures ANOVA and post hoc analysis with an unpaired t-test at each measurement interval.
The final analysis comprised 75 participants, 38 assigned to the control and 37 to the cognitive behavioral therapy (CBT) group. The predominant cognitive distortions identified included fortune telling (34.2%), personalization (22.8%), and should statements (14.3%). Notably, there was a significant reduction in anxiety scores observed during session 8 of CBT (p < 0.001), alongside a marked decrease in depression scores during sessions 6 and 8 (p = 0.027 and p = 0.007, respectively). The decline in anxiety scores was significantly correlated with a reduction in norepinephrine levels (p = 0.002), while the decrease in depression scores was linked to a significant drop in cortisol levels (p < 0.001) and an enhancement in estradiol levels (p = 0.024). However, no improvements were noted in the levels of fT3 and progesterone. The mixed-model repeated measures ANOVA corroborated these findings, indicating a significant trend in the reduction of anxiety, depression, norepinephrine, and cortisol within the CBT group, with effect sizes ranging from small to medium.
It can be inferred that CBT is effective in enhancing psycho-neuro-endocrine factors among women undergoing IVF. Consequently, it is crucial to promote these research outcomes within IVF service hospitals and incorporate CBT protocols into standard practices and clinical guidelines. Additional research should be pursued involving more diverse populations and the formulation of support models for couples, aimed at delivering adequate assistance to women undergoing IVF and optimizing the outcomes of the procedure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feranindhya Agiananda
"Menikah dan memiliki keturunan merupakan sebuah fase penting dalam siklus kehidupan. Apabila kehamilan tak kunjung terjadi setelah dua belas bulan berhubungan teratur tanpa pengaman, maka disebut sebagai infertilitas. Fertilisasi in vitro (FIV) dilakukan saat metode lain telah mengalami kegagalan, namun tahapan yang dilalui memberikan stres bagi yang menjalaninya. Melihat kompleksitas permasalahan, perlu untuk dikembangkan model pendampingan, berupa Terapi Kognitif Perilaku (TKP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas TKP dalam memperbaiki faktor psiko-neuro-endokrin.
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu uji face validity dan studi eksperimental berupa uji klinis tersamar ganda. Penelitian dilakukan di Klinik Infertilitas Yasmin RSCM dan Klinik Dr Sander B Daya Medika. Waktu penelitian adalah bulan Mei 2016 – Maret 2023. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan penilaian selama prosedur FIV, meliputi kecemasan, depresi, serta kadar hormonal berupa kortisol, norepinefrin, triiodotironin bebas (fT3), estradiol, dan progesteron. Interaksi antara kelompok intervensi dan waktu pengukuran terhadap variabel dianalisis dengan menggunakan mixed-model repeated measure ANOVA dan analisis post-hoc menggunakan uji t tidak berpasangan pada setiap pengukuran.
Analisis akhir melibatkan 75 subjek, terdiri dari 38 subjek kelompok kontrol dan 37 subjek kelompok TKP. Distorsi kognitif yang paling sering dialami subjek penelitian adalah fortune telling (34,2%), personalization (22,8%), dan should statement (14,3%). Terdapat penurunan skor kecemasan di sesi 8 TKP (p < 0,001) dan penurunan skor depresi di sesi 6 dan 8 TKP (p = 0,027 dan p = 0,007). Penurunan skor kecemasan sejalan dengan penurunan kadar norepinefrin (p = 0,002), sementara penurunan skor depresi bersesuaian dengan penurunan kadar kortisol (p < 0,001) dan perbaikan kadar estradiol (p = 0,024). Kadar fT3 dan progesteron tidak mengalami perbaikan hingga akhir sesi TKP. Mixed-model repeated measure ANOVA menguatkan hasil dengan adanya tren penurunan kecemasan, depresi, norepinefrin, dan kortisol pada kelompok TKP, dengan ukuran efek kecil hingga sedang.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa TKP terbukti efektif dalam memperbaiki faktor psiko-neuro-endokrin pada perempuan yang mengikuti FIV. Penting untuk dilakukan advokasi hasil penelitian kepada rumah sakit dengan layanan FIV dan mengintegrasikan panduan TKP pada FIV ke dalam prosedur standar dan panduan pelayanan klinis rumah sakit. Penting untuk melakukan penelitian lanjutan pada populasi dengan karakteristik lebih beragam dan mengembangkan bentuk pendampingan bagi pasangan agar dapat memberikan dukungan yang adekuat dan mengoptimalkan luaran FIV.

Marriage and parenthood are significant life stages. When a couple has regular, unprotected intercourse for 12 months without pregnancy, they are considered infertile. In vitro fertilization (IVF) is pursued when other methods fail, though it can cause significant stress for women. This study aims to assess the effectiveness of Cognitive Behavioral Therapy (CBT) in improving psycho-neuro-endocrine factors in women undergoing IVF.
The research comprises two phases: the assessment of face validity and an experimental study designed as a double-blind clinical trial, conducted at the Yasmin Infertility Clinic RSCM and Dr. Sander B Daya Medika Clinic. The research spanned from May 2016 – March 2023. Data were collected through questionnaires and evaluations during the IVF process, focusing on anxiety, depression, and hormonal levels, including cortisol, norepinephrine, free triiodothyronine (fT3), estradiol, and progesterone. The interaction between the intervention group and the timing of measurements for each variable was analyzed using a mixed-model repeated measures ANOVA and post hoc analysis with an unpaired t-test at each measurement interval.
The final analysis comprised 75 participants, 38 assigned to the control and 37 to the cognitive behavioral therapy (CBT) group. The predominant cognitive distortions identified included fortune telling (34.2%), personalization (22.8%), and should statements (14.3%). Notably, there was a significant reduction in anxiety scores observed during session 8 of CBT (p < 0.001), alongside a marked decrease in depression scores during sessions 6 and 8 (p = 0.027 and p = 0.007, respectively). The decline in anxiety scores was significantly correlated with a reduction in norepinephrine levels (p = 0.002), while the decrease in depression scores was linked to a significant drop in cortisol levels (p < 0.001) and an enhancement in estradiol levels (p = 0.024). However, no improvements were noted in the levels of fT3 and progesterone. The mixed-model repeated measures ANOVA corroborated these findings, indicating a significant trend in the reduction of anxiety, depression, norepinephrine, and cortisol within the CBT group, with effect sizes ranging from small to medium.
It can be inferred that CBT is effective in enhancing psycho-neuro-endocrine factors among women undergoing IVF. Consequently, it is crucial to promote these research outcomes within IVF service hospitals and incorporate CBT protocols into standard practices and clinical guidelines. Additional research should be pursued involving more diverse populations and the formulation of support models for couples, aimed at delivering adequate assistance to women undergoing IVF and optimizing the outcomes of the procedure.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library