Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lameijn, J.
Jakarta: J. B. Wolters-Groningen, 1950
499.221 LAM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sumarmi Pramudjo
"Latar Belakang Penelitian
Glomerulonefritis akut telah dikenal sejak laporan Bright pada tahun 1827, namun gambaran klinis penyakit ini secara lengkap baru diketahui pada dua puluh tahun terakhir. Dilatasi jantung pada GNA dilaporkan oleh Goodhart pada tahun 1879, sejak itu timbul perhatian terhadap manifestasi kardiovaskular pada GNA (Ash dkk., 1944).
Komplikasi kardiovaskular sering ditemukan secara klinis pada pasien GNA pada anak (Rudolph, 1978). Keadaan ini kadang-kadang merupakan manifestasi yang paling mencolok dan merupakan penyebab kematian (Gore dan Saphir, 1948; Rudolph, 1978).
Rudolph (1978) mengemukakan patofisiologi penyakit ginjal yang mempengaruhi sistem kardiovaskular yaitu retensi air dan natrium, hipertensi arterisistemik, anemia, gangguan ekskresi elektrolit, dan uremia. Pada seorang pasien sering ditemukan lebih dari satu gangguan ini.
Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada GNA, namun pada umumnya bukan disebabkan oleh kegagalan miokard, melainkan oleh beban hemodinamik yang berlebihan (De Fasio dkk., 1959; Fleisher dkk., 1966; Rudolph, 1978; Oesman, 1986). Kegagalan miokard dapat terjadi sekunder akibat hipertensi dan gangguan elektrolit yang berat yang mungkin juga diperberat oleh anemia. Pada sebagian besar pasien GNA, apa yang disebut gagal jantung merupakan akibat bendungan vena yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh retensi air dan garam daripada oleh tidak adekuatnya penampilan miokard (Rudolph, 1978).
Beberapa penulis telah melakukan penelitian tentang manifestasi kardiovaskular pada GNA, tetapi hanya menyoroti salah satu aspek saja, misalnya Eisenberg (1955) meneliti volume darah pada GNA, Holzel dan Fawcitt (1960) serta Kirkpatrick dan Fleisher (1964) menulis tentang gambaran foto toraks pasien GNA, Ash dkk. (1944) dan Basir Palu dkk. (1986) meneliti tentang perubahan elektrokardiografi, sedangkan Vardi dkk. (1979) dan Tan (1981) melakukan penelitian ekokardiografi pada pasien GNA.
Permasalahan
Komplikasi kardiovaskular pada GNA disebabkan oleh kelainan hemodinamik. Sampai seberapa jauh keterlibatan miokard pada GNA, dan apakah pemberian obat inotropik positif masih diperlukan pada pengobatan gagal jantung kongestif pada GNA ?
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajip Rosidi, 1938-
Jakarta : Pustaka Jaya, 1984
808.81 AJI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Basalim
Jakarta : UNAS, 2000
330.959 8 UMA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Enny
"Kelainan metabolisme besi dapat terjadi akibat gangguan sintesis heme dan globin. Gangguan sintesis heme dijumpai pada defisiensi besi, anemia penyakit menahun dan anemia sideroblastik. Gangguan sintesis rantai globin dikenal sebagai hemoglobinopati terdiri dari thalassemia dan hemoglobin varian. Defisiensi besi dibedakan menjadi defisiensi besi tahap I, ii, Ilia dan l1ib. Pada defisiensi besi tahap I dan 11 belum dijumpai anemia, sedangkan tahap III a dan b telah dijumpai anemia. Diagnosis kelainan metabolisme besi dilakukan dengan perneriksaan hematologi, status besi tubuh, analisis hemoglobin dan menemukan ringed sideroblast di sum-sum tulang. Pada kasus campuran thalassemia E3 heterozigot dengan anemia defisiensi besi, anaiisis hemoglobin dilakukan setelah perbaikan status besi tubuh untuk mencegah rendah palsu kadar Hb A2 dan F. Besi berperan panting di Susunan Saraf Pusat (SSP) diantaranya untuk mileinisasi saraf, neurotransmiter dan metabolisme katekolamin. Pada penelitian ini dari 150 subyek diperoleh proporsi kelainan metabolisme besi sebesar 94'%. Kelainan metabolisme besi yang diperoleh terdiri dari defisiensi besi tahap I, II, Isla dan IIIb, anemia penyakit menahun, thalassemia 8 heterozigot, kemungkinan thalassemia a 1 atau 2 gen delesi, penyakit Hb H, HPF thalassemia heterozigot ganda serta campuran kelainan tersebut. Kelainan metabolisme besi dibedakan menjadi kelainan metabolisme besi disertai anemia (80.14%) dan tanpa anemia (19.85%). Proporsi hemoglobinopati (39.71%) dan campuran hemoglobinopati dengan defisiensi besi (39%) merupakan kelainan metabolisme besi terbanyak dibandingkan defisiensi besi (19.85%). Pada penelitian ini diperoleh prestasi belajar buruk secara bermakna pada kasus defisiensi besi (p<0.05) dibandingkan dengan kasus bukan defisiensi besi, tErutama pada mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia. Oleh karena proporsi hemoglobinopati yang lebih tinggi dibandingkan defisiensi besi, disarankan untuk diadakan tindak lanjut oleh dinas kesehatan setempat untuk mencegah peningkatan kasus hemoglobinopati homozigot atau heterozigot ganda. Untuk kasus defisiensi besi dilakukan pemeriksaan lanjutan guna mencari penyebab.

Iron metabolism disorder may caused by defects of heme or globin synthesis. Defect of heme synthesis includes iron deficiency, anemia of chronic disease and siderobistic anemia. Defect of giobin synthesis are called hemoglobinopathies. Hemoglobinopathies may include either thalassemias or hemoglobin variants. Iron deficiency is classified into stage I, stage II, stage ill a and Ilib. Anemia is found in iron deficiency stage llla and 111b_ Diagnosis of iron metabolism disorder were done by hematology examination, iron status, hemoglobin analysis and bone marrow ringed sideroblast. In thalassemia R heterozygote patients with Iron deficiency anemia before hemoglobin analysis, iron status must be corrected to prevent falsey low Hb A2 and F levels. In the central nervous system iron are utilized in myelinisation, neurotransmitter and catecolamine metabolism. In this study on 150 subjects, proportion of iron metabolism disorder was 94%. Iron metabolism disorder were classified into iron deficiency stage I, II, Illa and illb, anemia of chronic disease, thalassemia 13 heterozygote, suspected of thalassemia a 1 or 2 gene deletion and mixed case between iron metabolism disorder. iron metabolism disorder was divided into anemia (80.14%) and non anemia (19.85%). Hemoglobinopathies (39.71%), mixed case between hemoglobinopathies and iron deficiency (39%) comprises biggest proportion compared with iron deficiency (19.85%).This study also found that iron deficiency subjects had significantly worse academic achievement (p<0.05) compared with non iron deficiency subjects especially in math and. bahasa Indonesia. As the proportion of hemoglobinopathies was higher than iron deficiency, we suggest that the district heatlh department to take action to prevent the increase in the prevalence of homozygous or compound heterozygous hemoglobinopathies. For iron deficiency cases, further investigation is needed to find causes of iron deficiency."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Natalia Wistriany
"Sepsis merupakan tantangan besar di dunia kedokteran. Terdapat banyak penelitian yang mencari penanda sepsis yang handal dan soluble Cluster of Differentiation-14 subtype (sCD14-ST) mulai banyak diteliti sebagai penanda sepsis. Kadar sCD14-ST meningkat secara bermakna di dalam sirkulasi pada fase awal inflamasi dan sepsis. Saat ini belum terdapat data mengenai apakah sCD14- ST dapat digunakan sebagai penanda prognostik sepsis.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sCD14-ST dapat digunakan sebagai penanda prognostik pada pasien sepsis yang datang di instalasi gawat darurat. Desain penelitian potong lintang, terdiri dari 65 pasien sepsis dibagi bedasarkan mortalitas 28 hari, yaitu 37 pasien hidup dan 28 pasien meninggal.
Diagnosis sepsis berdasarkan modifikasi definisi sepsis oleh International Sepsis Definitions Conference 2001. Kadar sCD14-ST didapatkan menggunakan pemeriksaan dengan prinsip noncompetitive chemiluminescent enzyme immunoassay pada alat Pathfast. Pada kedua kelompok tersebut dicatat data karakteristik subyek dan dilakukan pemeriksaan sCD14-ST. Median kadar sCD14-ST pada pasien hidup adalah 618,00 pg/mL dengan rentang 349,50 - 1628 pg/mL dan median kadar sCD14-ST pada pasien yang meninggal adalah 1287,00 pg/mL dengan rentang 720,75 - 2738,00 pg/mL.
Terdapat perbedaan bermakna kadar sCD14-ST pada kedua kelompok dengan nilai p 0,005. Ditentukan nilai cut-off sCD14-ST 677,00 pg/mL untuk menentukan prognosis pasien sepsis, dengan AUC 0,706 (IK 95% 0,582 - 0,831), sensitivitas 82,1%, dan spesifisitas 54,1%. Kurva Kapplan Meier berdasarkan nilai cut-off 677,00 pg/mL menunjukkan gambar yang memenuhi asumsi proporsional hazard dengan rasio hazard 3,794 (IK 95% 1,437 - 10,013), p 0,007.
Kami menyimpulkan kadar sCD14-ST pasien sepsis dapat digunakan untuk memprediksi pasien yang meninggal dilihat dari mortalitas 28 hari, dengan nilai AUC sedang. Cut-off kadar sCD14-ST 677,00 pg/mL dapat digunakan sebagai cut-off dalam tatalaksana pasien sepsis.

Sepsis is a major challenge in the medicine world. Many studies try to find
reliable sepsis marker and scientists start to explore soluble Cluster of Differentiation-14 subtype (sCD14-ST) as sepsis marker. Concentration of sCD14-ST significantly increases in circulation on early phase of inflammation and sepsis. Nowadays there is no data whether sCD14-ST can be used as prognostic marker of sepsis.
The objective of this study is to investigate the prognostic value of sCD14-ST in sepsis patients presenting at the emergency department. This was a cross-sectional study, from 65 sepsis patient grouped based on 28-day mortality, 37 patients are survivors and 28 patients are nonsurvivors. Sepsis diagnosis is made based on modified sepsis definition from International Sepsis Definitions Conference 2001. The concentration sCD14-ST was analysed using Pathfast analyzer with noncompetitive chemiluminescent enzyme immunoassay test method. Baseline characteristics of subjects were recorded and sCD14-ST concentration were measured in study subjects.
Median of sCD14-ST in the survivors group is 618,00 pg.mL with range of 349,50 - 1628,00 pg/mL and the median in the nonsurvivors group is 1287,00 pg/mL with range of 720,75 - 2738,00 pg/mL. The difference between the two groups is significant with p 0,005. sCD14-ST cut-off of 677,00 pg/mL is found with AUC 0,706 (CI 95% 0,582 - 0,831), sensitivity 82,1%, and specificity 54,1%. Kapplan Meier curve based on 677,00 pg/mL cut-off demonstrates that hazard proportion is fulfilled with hazard ratio 3,794 (CI 95% 1,437 - 10,013), p 0,007.
It is concluded that sCD14-ST concentration in sepsis patients can be used to predict nonsurvivors based on 28-day mortality, with moderate AUC. Cut-off sCD14-ST of 677,00 pg/mL can be used as cut-off for sepsis patient management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Dagustani
"ABSTRACT
The eco-tourism area of the southern coast of West Java is the focus of research since the area is less well known as a tourist destination. Also, there is a reluctance of tourists to visit again, and tourists find ordinary. The purpose of this study is to examine the influence model of travel motivation and impressive tourism experience towards the destination image. The method used is verification analysis by using Structural Equation Model (SEM). The survey conducted on 302 respondents, i.e., tourists who visited the eco-tourism area of the southern coast of West Java. The results showed the motivation of travel and tourism experience significantly influence the image of tourism destinations. Tourism area managers need to design strategies to improve the image of the region by providing tourist stimulation in the form of exciting information and offers eco-tourism products-themed for tourist with a memorable approach to traveling experiences."
Jakarta: Faculty of Economics and Business State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah, 2018
330 JETIK 17:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliah
"Penelitian ini bertujuan mendapatkan garribaran pemanfaatan pelayanan puskesmas ditinjau dari aspek pengguna jasa (pendidikan, jumlah anggota keltiarga, persepsi sakit), penyelenggara pelayanan (kualitas pelayanan, sikap petugas) dan pendukung (penghasilan, penyandang dana, jarak, sarana transportasi, biaya transportasi) di Puskesmas Pasar Kemis kabupaten Tangerang tahun 2001. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional untuk melihat hubungan pendidikan, jumlah anggota keluarga, persepsi sakit, kualitas pelayanan, sikap petugas, penghasilan, penyandang dana, jarak, sarana transportasi dan biaya transportasi dengan pemanfaatan puskesmas. Sebagai responden adalah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas Pasar Kemis, berjumlah 400 orang yang dipilih secara acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan, persepsi sakit, sikap petugas, penyandang dana, jarak, biaya transportasi berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas. Sementara faktor besarnya jumlah anggota keluarga, kualitas pelayanan, penghasilan, sarana transportasi tidak berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas. Dari keenam faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas, ternyata persepsi sakit yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas dengan 0R2,428 (Cl : 1,50 - 3,93). Dari uji interaksi didapat adanya interaksi antara persepsi sakit, penyandang dana dan jarak yang berarti antara persepsi sakit, penyandang dana dan jarak saling mempengaruhi dalam pemanfaatan puskesmas. Agar pemanfaatan puskesmas lebih baik lagi dimasa yang akan datang, maka perlu dilakukuan upaya lebih meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat, sehingga persepsi masyarakat tentang sakit akan benar dan mendekatkan jangkauan pelayanan dengan mengoptimalkan kegiatan diluar gedung melalui kegiatan puskesmas keliling atau kegiatan lainnya.

This research aimed to discribe the utilization of public health center (PHC) from user, provider and supporting factors ( education, size of family, perception of illness, quality of sevice, provider behaviour, income, found provider, distance, means of transportation, transportation cost in Pasar Kemis Public Health Center, Distrct of Tangerang, the Year 2001. The design of this research was a cross sectional approach. Analisis was conducted to see the assosiation between education, size of family, perception of illness, quality of sevice, provider behaviour, income, found provider, distance, means of transportation, transportation cost, with utilization of Public Health Center. The respondents were community to utilization Pasar Kemis Public Health Center, selected by using a simple random sampling technique. Total sample were 400 people. The study revealed that education, perception of illness, provider behaviour, found provider, distance, transportation cost were releated to utilization of public health center. However size of family, quality of sevice, income, means of transportation factors were did not assosisted to utilization. The perception of illness were the major factors that releated with the utilization. of public health center, with the odds ratio were 2,428 (CI : 1.50 -- 3.39). Basically the utilization of health service is the resulth of interaction between the user and provider of health sevice. The interaction is very complex and influenced many factors. The study revealed that perception of illness, found provider, means of transportation were releated to utilization of public health. This research recommends that in order to increase the utilization of PHC next time through health promotion that perception of illness were correct. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>