Teluk Jakarta merupakan perairan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi karena posisinya yang berada di Ibu Kota Indonesia namum perairan ini juga memiliki beban masukan yang tinggi mulai dari kegiatan domestik, industri, ataupun pertanian dari 13 muara sungai di sekitarnya yang berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi sehingga dapat memberikan dampak terhadap kelimpahan klorofil-a. Permasalahan kini muncul karena konsentrasi total material tersuspensi yang melebihi daya dukung perairan mendorong produktifitas seperti plankton untuk berkumpul dan tumbuh dengan sangat cepat sehingga menyebabkan eutrofikasi. Atas dasar tersebut, peneliti melakukan penelitian di Teluk Jakarta dengan tujuan : (1) Menganalisis hubungan Total Suspended Matter (TSM) dan klorofil-a case 2 (CHL2), (2) Menganalisis hubungan parameter fisik kelautan terhadap kesuburan di teluk Jakarta, serta (3) Mensintesis hubungan seluruh variabel penelitian terhadap kesuburan. Data yang digunakan adalah data bulanan dari seluruh data dari sensor OLCI-A yang tersedia di GlobColour Project yaitu bulan April 2016 - Desember 2018. Seluruh data diolah menggunakan metode SIG secara time series untuk mengetahui karakter masing masing variabel terutama terkait pada bulan angin muson. Selanjutnya digunakan analisa regresi linear, uji-F, dan uji-T untuk mengetahui hubungan terhadap variabel penelitian. Hasil yang diperoleh antara lain terdapat hubungan yang sangat kuat antara TSM dan CHL2 dengan nilai R = 0,905 dan nilai P= 0,000 < 0,05, parameter kelautan yang dominan terhadap kesuburan adalah parameter arus laut terutama pada musim barat, variabel penelitian dengan variansi searah kuat yaitu CHL2 dengan TSM dan arus laut, variansi berkebalikan kuat dengan curah hujan dan temperatur.
Jakarta bay is a water that have high economic value because of its position in the Indonesian capital city, but these water also have a high input load due to domestic, industrial, or agricultural activities from the surrounding river estuaries comes from Jakarta, Bogor, Tangerang, and Bekasi regions that can have an impact on the high concentration of chlorophyll-a. The problem comes when the concentration of TSM exceeds the carrying capacity of the water thus encouraging plankton to grow and develop rapidly so it can cause eutrophication . Based on this, the author conducted research in the Jakarta bay with the following objectives: (1) Analyzing the relationship of TSM and Chlorophyll-a Case 2 (CHL2), (2) Analyzing the relationship of marine physical parameter to productivity in Jakarta bay, and (3) Synthesize the relationship of all data variables to productivity. Data collection was conducted in April 2016 – December 2018 using monthly data from OLCI-A sensors available at GlobColour project. All data were processed using the GIS and time series method to determine the character of each variable, especially related to Monsoon. Furhermore, linear regression analysis, F-Test and T-Testwere used to determine the relationship to the research variables. The result obtaineda very strong relationship between TSM and CHL2 with R value 0,905 and P value 0,000<0,05, in the marine physical parameters, the dominant parameter was sea current that distribute productivity. Research variables that have a strong relationship were CHL2 with TSM, current velocity, rainfall, and temperature.
Abstrak
Hiu merupakan salah satu kelompok hewan laut yang terancam keberadaan. Hiu yang tertangkap dan didaratkan di PPN Prigi salah satunya adalah hiu kejen (Carcharhinus falciformis). Tujuan penelitian adalah 1) menganalisis perikanan hiu kejen yang didaratkan di PPN Prigi; 2) menyusun strategi pengelolaan perikanan hiu kejen yang bertanggung jawab. Penelitian ini menggunakan metode analisis struktur ukuran panjang, hubungan panjang berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, CPUE, MSY, ekologi, ekonomi, kelembagaan dan A'WOT. Hasil tangkapan maksimum lestari di perairan Teluk Prigi sebesar 9.934 kg/tahun. Jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan ditangkap (total allowable catch) adalah sebanyak 7.947 kg/tahun. Penangkapan hiu telah membawa dampak secara ekonomis dan ekologis, yang berdasarkan kedua aspek tersebut penangkapan hiu membawa kerugian bagi nelayan. Hasil tangkapan hiu kejen memiliki kisaran panjang total hiu betina 61-162 cm dan jantan 76-189 cm. Pola pertumbuhan tubuh adalah alometrik negatif. Perbandingan jumlah hiu yang tertangkap adalah 0,45:1. Hiu yang didaratkan di PPN Prigi sebagian besar belum mengalami matang gonad (97%). Berdasarkan analisis alternatif strategi pengelolaan yang dapat dilakukan berdasarkan skala prioritas adalah 1) penguatan peran lembaga-lembaga dalam pengawasan pemanfaatan hiu, (2) penetapan pengaturan penangkapan hiu untuk menghindari overfishing, illegal, unreported, dan unregulated fishing, (3) peningkatan sistem monitoring, controlling, survailance tangkapan hiu.
Abstract
Sharks are a group of marine animals that its existence is threatened. Kejen shark (Carcharhinus falciformis) is one of the various types of sharks that are caught and landed on it. The aims of study are 1) analyzing the fisheries of Kejen shark that landed at Prigi fishing port; 2) developing responsible kejen shark resource management strategies. This study uses a long-size analysis method, long weight relationships, sex ratio, gonadal maturity, CPUE, MSY, ecological, economic, institutional and A'WOT. Maximum sustainable catch is insulated by Prigi Bay at 8.619 kg/year and the total allowable catch is 6,895 kg/year. The capture continuously to have an impact on economics and ecology, which are based on those two aspects are carrying losses for fishermen. The catch has a total length range of approximately 61-162 cm for female sharks and 76-189 cm for male sharks. The pattern growth is negative allometric. The ratio of the number of sharks captured is 0.45: 1. The sharks that landed at Prigi fishing port are mostly not from mature gonads (97%). Alternative analysis as a management strategy can be carried out based on priority scales including (1) strengthening the role of institutions in monitoring shark utilization, (2) regulation of shark fishing arrangements to avoid over-fishing, illegal, unreported, and unregulated fishing, (3) improving monitoring systems, controlling, surveillance of shark catches.