Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Hakiki
"Penetapan tata letak zonasi (layout) Pelabuhan Penyeberangan merupakan keharusan dalam menjaga keselamatan, keamanan, kelancaran, kenyamanan, ketertiban di terminal dan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan. Tujuan dari laporan ini adalah mengevaluasi data dukung usulan zonasi pelabuhan penyeberangan Bastiong di Ternate yang disampaikan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Ternate kepada Direktorat Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan. Metode yang digunakan adalah menganalisa zona sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 91 Tahun 2021 tentang zonasi di kawasan pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan dan dibandingkan dengan kondisi eksisting pelabuhan dalam menerapkan tata letak zonasi. Untuk mengoptimalkan dalam pelaporan, saya sebagai staf teknis membaginya menjadi 4 fase, yaitu Evaluasi pelaksanaan, Penerapan Sistem Zonasi, Finalisasi Penerapan Layout Zonasi serta Pelaksanaan dan Pengawasan. Berdasarkan hasil evaluasi penerapan tata letak zonasi, Pelabuhan Bastiong diperlukan memperbaiki sirkulasi pola arus kendaraan dan penumpang serta melengkapi infrastruktur pendukung sistem zonasi pelabuhan sesuai dengan fungsinya.

Determining the zoning of the ferry port is a necessity for maintaining safety, security, smooth traffic, comfort and order in terminals and port facilities used for ferry traffic. The purpose of this report is to evaluate data supporting the proposed zoning for the Bastiong ferry port in Ternate submitted by PT. ASDP Indonesia Ferry Ternate to the Directorate of Inland Waterways and Ferries Transport. The method used is to analyze zones in accordance with Regulation No. 91 of the Minister of Transport of 2021 on zoning in port areas used for ferry transport and compare them with existing port conditions when implementing the zoning. To optimize reporting, as a technical staff, I divide it into four phases, namely implementation assessment, zone system implementation, zone layout implementation completion, and implementation and monitoring.  Based on the results of the assessment of the implementation of the development plan, Bastiong Port needs to improve the circulation pattern of vehicle and passenger flows and complete the supporting infrastructure for the port development system according to its function."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Halida Ibrahim
"Peninjauan ini bertujuan untuk mempelajari faktor optik pada kaca pada laminasi yakni nilai-U, nilai SHGC, serta penambahan lapisan kaca pada kaca laminasi terhadap perubahan suhu dalam bangunan. Metode yang dilakukan adalah pengkajian literatur yang kemudian dijadikan landasan untuk melakukan observasi pada Bangunan FISIP yang terletak di Depok, sebagai salah satu contoh kasus bangunan yang terletak pada daerah beriklim tropis. Kemudian dilakukan simulasi untuk melihat perubahaan suhu ruangan dengan menggunakan jenis kaca laminasi dengan nilai optik yang berbeda. Dari hasil simulasi, ditemukan bahwa penggunaan teknologi tunggal pada kaca laminasi bening mampu menghasilkan suhu ruangan dengan rentang 30.2oC - 31.4 oC, sedangkan pada jenis kaca laminasi berwarna menghasilkan suhu dengan rentang 29 oC -30.2 oC. Pada penggunaan teknologi ganda terjadi penurunan suhu yang tinggi, dimana suhu tersebut berada pada rentang 27,1 oC - 28,5 oC. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknologi ganda mampu menciptakan performa termal yang baik pada bangunan. Tetapi, dari hasil pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, penggunaan teknologi ganda tidak boleh digunakan pada seluruh bidang pada bangunan tinggi di iklim tropis
The aim of this article was to observe and analyze factors that may affected optic glass including U-value, SHGC value, and additional layer application of laminated glass (double glazing technology) in building temperature changes. This article represents a synthesis of an extensive literature review then became a baseline to observe FISIP buildings, located in Depok, as one of the buildings sample for tropical climates. In addition, we also did the stimulation test to observe alteration in room temperature by using 2 types of laminated glasses with different optical values. We found that single glazing technology application on clear laminated glass adjusted room temperature from 30.2oC to 31.4 oC. Whereas single color laminated glass application, set the room temperature ranges between 29 oC to 30.2 oC. Interestingly, the application of double glazing reduced the indoor temperature between 27.1 oC to 28.5 oC. These results showed that the significance of thermal performance of buildings can be accomplished by application of double glazing technology. Nevertheless, double glazing technology were not suggested to apply in all of edge of tropical building design due to the high cost issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pustika Apsari
"

Skripsi ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang bagaimana menggunakan bambu sebagai material ramah lingkungan, dalam rangka untuk mengidentifikasi penggunaannya sebagai elemen struktur pada arsitektur. Relevansi penggunaan bambu dalam bangunan arsitektur di daerah tropis dapat diidentifikasi dengan mengkaji sifat dari material tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini berasal dari ulasan literatur, dengan meneliti teori tentang bambu sebagai struktur, potensi bambu, dan definisi mengenai elemen struktural pada bangunan di daerah beriklim tropis, serta tinjauan studi kasus bangunan di daerah beriklim tropis. Beberapa aspek yang ditinjau, yaitu kemampuan material struktur menahan beban, ketahanan material bangunan, dan fleksibilitas material pada bangunan. Berdasarkan hasil tinjauan, didapatkan bahwa material bambu masih relevan ketika digunakan sebagai elemen struktural pada bangunan di iklim tropis. Bambu mampu digunakan sebagai struktur melengkung dan digunakan sebagai struktur kolom – balok. Kemudian, bambu dapat digunakan sebagai elemen yang membutuhkan fleksibilitas material pada bangunan, seperti pada struktur melengkung, panel precast, dan struktur funicular. Yang mana bambu mampu mengakomodasi kelengkungan pada struktur, dapat digunakan sebagai Bamboo Reinforced Concrete, serta dapat digunakan sebagai campuran beton atau Bamboo Fiber Reinforced Concrete (BFRC) agar lebih lentur dan tidak mudah retak. Dan untuk menjaga ketahanan bambu diperlukan proses pengawetan yang efektif, antara lain dengan metode Simple sap displacement technique atau Modified Boucherie technique, yang kemudian diberikan finishing touchwood coating. Selain dengan pengawetan, untuk menjaga ketahanan bambu, dapat dilakukan dengan pemilihan desain yang tepat, yaitu desain dengan overhang, konsep open plan, optimalisasi penghawaan dan pencahayaan alami, serta menggunakan pondasi batu kali dan pijakan beton pada kolom bambu.


This thesis aims to provide an overview of how to use bamboo as an environmentally friendly material in order to identify its use as a structural element of architecture. The relevance of bamboo used in architectural buildings in tropical areas can be identified by examining the properties of the material. The data collection method used in this thesis is derived from the review of the literature, by examining the theory of bamboo as the structure, potential of bamboo, and the definition of structural elements on buildings in tropical climates, as well as an overview of the case study of buildings in the tropical climate region. Some aspects are reviewed, namely the ability of structure material withstand the burden, durability of building materials, and material flexibility in buildings. Based on the results of the review, the bamboo material is still relevant when used as a structural element of buildings in tropical climates. Bamboo is able to be used as a curved structure and used as a column structure – beams. bamboo can be used as elements requiring material flexibility in buildings, such as the curved structure, precast panels, and the funicular structure. Moreover, bamboo is able to accommodate the curvature of the structure, can be used as a Bamboo Reinforced Concrete, and can be used as a mixture of concrete or Bamboo Fiber Reinforced Concrete (BFRC) to be more flexible and not easy to crack. And to keep the bamboo endurance is required effective preservation process, namely by the method Simple sap displacement technique or Modified Boucherie technique, which is then given the finishing touchwood coating. In addition, to maintain the durability of bamboo can be done with the right design selection, namely the design with an overhang, the concept of open plan, the optimization of the natural ventilation and lighting, and by using the foundation of the Riverstone and concrete footing in the bamboo column.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsha Saleha
"ABSTRAK
Kulit bangunan adalah permukaan transisi yang membatasi sekaligus menghubungkan antara ruang dalam dan ruang luar. Teknologi kulit bangunan hijau hadir untuk merespon penurunan kualitas lingkungan dan efisiensi energi akibat kehadiran bangunan baru. Kulit bangunan hijau menjadi media tempat terjadinya proses metabolisme bangunan, yaitu proses pertukaran unsur-unsur antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Studi kasus difokuskan pada kulit bangunan hijau Perpustakaan Universitas Indonesia. Keberadaan kulit bangunan hijau membawa dampak pada dua sisi, yaitu dampak kulit bangunan hijau terhadap ruang dalam antara lain kenyamanan termal dan dampak terhadap lingkungan sekitar bangunan. Pada kulit bangunan hijau dapat terjadi proses metabolisme bangunan yang memadai secara alami antara lain berupa bio-filter terhadap polutan, memperbaiki kualitas udara, mengurangi kebisingan, meningkatkan biodiversity, memperbaiki daur air, mengatur heat transfer ke ruang dalam dan mengurangi radiasi panas ke lingkungan sekitar.

ABSTRAK
The building skin is a transitional surface which borders and connects the inner space with the outer space. Green skin technology exists in order to respond to the decrease in environmental quality and energy efficiency which is caused by new buildings that keep arising. Green skin becomes a medium where building metabolism, which is an exchange process of the inner space and the outer space components, takes place. This case study is focused on Universitas Indonesia Library?s green skin. The existence of green skin has some impacts for both sides of the building. On the inner space, the green building shell creates thermal comfort whilst on the outer space, it affects the environment around the building. On every green skin, a building metabolism process could occur naturally; for example, bio-filter towards pollutant, air quality improvement, noise reduction, increase in biodiversity, storm water management improvement, control over heat transfer into the building and reduction of heat radiation towards the surroundings.
"
2016
S63130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Feandri
"ABSTRAK
Biophilic-design bertujuan untuk menciptakan habitat yang baik bagi
manusia sebagai organisme biologis pada lingkungan terbangun, yang dapat
meningkatkan kesehatan, kebugaran dan kesejahteraan umum (well-being)
(Kellert, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh apa kehadiran atau
suasana alam pada ruang melalui 14 pola biophilic-design (Browning, Clancy &
Ryan, 2014) pada jenis hunian yang berbeda, yaitu: hunian tapak sederhana dan
real-estate; dan hunian vertikal sederhana (rumah susun sederhana) dan
apartemen. Kemudian pada jenis hunian yang kehadiran alamnya paling rendah
dilakukan percobaan penambahan nilai indeks biophilic-design untuk mengetahui
apa dampak aplikasi pola biophilic design, terhadap kesejahteraan mental (mental
well-being) penghuninya.
Instrumen penilaian indeks biophilic-design dikembangkan berdasarkan 14
pola biophilic-design dan digunakan untuk mengidentifikasi secara kuantitatif
keberadaan atau suasana alam yang hadir pada ruang. Untuk mengukur
kesejahteraan mental (mental well-being) penghuni digunakan The Warwick-
Edinburg Mental Well-Being Scale (WEMWBS) yang diukur pada saat dimulainya
percobaan penambahan nilai indeks biophilic-design dan dua minggu setelahnya
untuk melihat dampaknya pada kesejahteraan mental (mental well-being)
penghuni.

ABSTRACT
The objective of biophilic-design is to create a good habitat for people as a
biological organism in a built environment, which can improve people’s health
and well-being (Kellert, 2015).
This research aims to identify how far nature or natural scene can be
present in a space through 14 patterns of biohilic-design (Browning, Clancy &
Ryan, 2014) on a different residential types: simple landed residential, mid to high
class landed residential/real-estate, vertical residential, and mid to high class
vertical residential/apartment. Then on the residential type which it’s natural scene
is low than the other, experiment is conducted by improve it’s natural scene to
find what impact biophilic-design does to people’s mental well-being on
residential space.
Biophilic-design index scoring was developed based on 14 patterns of
biophilic-design and used as an instrumen to identify and measure the nature and
natural scene present in a space quantitatively. The Warwick-Edinburg Mental
Well-Being Scale (WEMWBS) is used to measure people’s mental well-being. It
is measured at the moment when the experiment is conducted and two weeks after
it to find it’s impact."
2016
T45589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Puspa Noviandini
"ABSTRAK
Penulisan ini menjelaskan tentang pengaruh pemilihan material untuk kenyamanan pergerakan manusia di area jalan pedestrian. Dimana di dalam ruang di jalan pedestrian ini terjadi interaksi sosial antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu elemen penting yang menjadi bagian jalan pedestrian adalah elemen material pengalas. Tujuan dari Penulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana hubungan antara pemilihan material pengalas yang besifat permeabel dengan kenyamanan gerak manusia disaat sebelum dan sesudah terjadinya hujan. Studi kasus dilakukan di area kampus Universitas Indonesia, dimana sebagian besar jalan pedestriannya menggunakan material permeabel. Pembahasan Penulisan ini meliputi pembahasan karakter dan kinerja material alas yang permeabel, ruang yang diciptakan oleh pergerakan dan aktivitas manusia serta efek dari material permeabel terhadap pergerakan dan kenyamanan manusia.

ABSTRACT
This paper describes about the effect of material selection for the human movements comfortable space on pedestrian area. Social interaction between humans and also human interaction with the surrounding environment happen in this pedestrian space. One of the important elements that are part of the pedestrian space is the pavement material.The purpose of this research is to examine how the relationship between the selection of permeable pavement material in the pedestrian road area and the comfort of the human movement  space at the time before and after the rain. The study case will take place in the campus area of the University of Indonesia, where most of the pedestrian road are using permeable pavement material. The discussion of this study includes the discussion of the character and performance of the permeable pavement material, the space created by human movement and activities in the pedestrian area, and the effect of permeable pavement material on human movement space and comfort."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Wahyu Adji Saputri
"ABSTRAK
Makalah ini menjelaskan beberapa perbandingan antara granit dan solid-surface mulai dari ekstraksi, produksi, distribusi, instalasi, dan pembuangan. Konsumsi berlebihan sumber daya alam akan menyebabkan dampak negatif pada alam, oleh karena itu munculnya bahan rekayasa (seperti solid-surface) diharapkan dapat mengurangi dampak negatif tersebut. Granit alami dan solid-surface memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada setiap aspek, masing-masing material memiliki dampak positif atau negatif pada lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Makalah ini menekankan perbedaan antara kedua bahan tersebut, kami berasumsi bahwa permukaan padat memiliki banyak keunggulan daripada granit alami.

ABSTRACT
This paper explain some comparison of granite and solid-surfaces starting from extraction, production, distribution, installation, and disposal. The excessive consumption of natural resources will cause a negative impact on nature, therefore the emergence of engineered material (such as solid-surface) is expected to reduce this consumption. Natural granite and solid surface have their own advantages and disadvantages. On each aspect, they have a positive or negative impact on the environment, economy, and society. This paper emphasize the different between those two materials, we assumed that the solid-surface has a lot of advantages than natural granite.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Dewi Salsabila
"Islam sebagai agama yang menyeluruh mengajarkan bagaimana manusia berhubungan dengan alam dan lingkungannya, sebagaimana juga diajarkan dalam sustainabilitas. Sustainabilitas sendiri merupakan sebuah konsep yang dewasa ini marak dibicarakan, terutama sejak dikeluarkannya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (PBB, 2012), di mana healthcare merupakan salah satu isu yang diperhatikan. Penulisan ini bertujuan untuk menandai prinsip perancangan sustainable healthcare architecture menurut ajaran agama Islam serta melihat penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan nyata. Dilakukan kajian teori mengenai healthcare architecture, syariat Islam, dan sustainabilitas untuk memahami keterkaitannya. Dilanjutkan dengan observasi terhadap RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa sebagai healthcare architecture yang menyandang label "Islami", guna melihat penerapan syariat Islam dalam pelayanan kesehatan serta implikasinya terhadap arsitektur. Ditemukan bahwa menurut pandangan Islam, sustainabilitas didorong oleh adanya ide manusia sebagai khalifah di muka bumi yang harus berlaku hasan sebagai bentuk dari ibadah yang ihsan kepada Allah SWT. Lebih lanjut, healthcare architecture merupakan salah satu dari sekian banyak bidang yang dapat menerapkan konsep sustainabilitas sesuai dengan syariat Islam, di mana arsitektur berkelanjutan berperan sebagai pendukung untuk mengoptimalkan penerapan syariat Islam dalam pelayanan kesehatan.

Islam teaches the rules of how humans relate to their environment, as also taught in the concept of sustainability. Sustainability itself is a concept that is widely discussed nowadays, especially since the issuance of the Sustainable Development Goals (United Nations, 2012), in which healthcare is one of the concerned issues. This writing aims to mark the principles of sustainable healthcare architecture design according to the teachings of Islam and see the application of these principles in real life. A theoretical study of healthcare architecture, Islamic law, and sustainability is conducted to understand its relevance. Followed by observation of the RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa as a healthcare architecture that bears the "Islamic" label, to see the application of Islamic law in healthcare services and its implications for architecture. It was found that according to the Islamic view, sustainability was driven by the idea of humans as caliphs on earth who had to apply hasan as a form of worship to Allah SWT. Furthermore, healthcare architecture is one of the many fields that can apply the concept of sustainability in accordance with Islamic law, where sustainable architecture supports the optimisation the application of Islamic law in healthcare services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhesa Almerzada Shah Putera
"Pada era globalisasi yang sangat pesat berkembang, terdapat sebuah cetusan dalam bidang teknologi informasi yaitu media sosial. Dewasa ini, media sosial memiliki peran penting untuk membangun citra manusia sebagai penggunanya, khususnya melalui media visual berupa foto. Latar dari setiap foto yang diunggah adalah faktor yang sangat mendukung untuk pembangunan citra, sehingga bertambahnya angka penciptaan ruang berfoto yang biasa dikenal dengan istilah photogenic space. Salah satu yang menunjang segi estetika dari sebuah photogenic space adalah cahaya.
Peran cahaya untuk menciptakan pengalaman dan persepsi visual pada ruang akan sangat mempengaruhi suasana dan kualitas pada foto. Pada penulisan ini, diharapkan akan mendapatkan indikator yang jelas terkait pencahayaan dalam foto sehingga apa yang membentuk sebuah photogenic space bisa lebih jelas terukur. Perbedaan kontras antara subjek dengan latarnya akan menjadi penilaian objektif yang akan diukur pada penulisan ini.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur dengan mempelajari teori dari jurnal dan buku tentang pencahayaan, ruang komersil, dan pembangunan citra di media sosial. Sintesis teori yang didapatkan akan ditinjau melalui studi kasus untuk membuktikannya. Studi kasus akan dilakukan menggunakan simulasi dan kuesioner untuk memperkuat argumen.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penciptaan photogenic space di era ini akan memiliki pengaruh yang besar di media sosial. Dan untuk menciptakan sebuah photogenic space dibutuhkan peran pencahayaan yang bisa menghasilkan kontras antara subjek foto dengan latarnya. Kondisi ini bisa didapatkan dengan mengatur intensitas paparan cahaya serta temperatur warna pada subjek dan latarnya.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Agri Shafira
"Skripsi ini ditulis dalam rangka mengkaji apa saja elemen pada stage lighting yang berperan sebagai pembentuk ruang multiprogram di panggung pertunjukan berjenis proscenium. Panggung proscenium sendiri merupakan sebuah panggung yang umum digunakan untuk berbagai macam pertunjukan dan dapat menjadi tempat untuk beberapa jenis yang berbeda seperti tari, teater, dan musik. Cahaya berperan sebagai elemen independen yang dapat dikontrol dalam rangka membuat ruang temporal pada stage lighting.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berupa pengkajian literatur dari buku dan jurnal yang membahas tentang stage lighting secara umum. Stage lighting pada panggung berbentuk proscenium, stage lighting general pada pertunjukan tari, teater, dan musik. Selain itu terdapat studi preseden terkait aplikasi teori stage lighting yang ditunjang dengan kuesioner sebagai data pendukung yang bersifat kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa elaborasi antara jenis elemen pada tata cahaya seperti jenis lampu, jumlah lampu, variabel, dan filter akan menghasilkan sebuah desain ruang. Hal menarik yang ditemukan adalah desain ruang dapat dibentuk oleh berbagai jenis lampu yang berbeda. Selain itu, desain ruang yang berbeda dapat pula dibentuk oleh jenis lampu yang sama. Medium yang sama berupa cahaya dapat menghasilkan berbagai macam desain ruang yang berbeda.

This thesis was written to examine what elements of the stage lighting that play a role in forming multiprogram space on the stage of the proscenium type. The proscenium stage itself is a stage that is commonly used for a variety of performances and can be a place for several different types such as dance, theater, and music. Light acts as an independent element that can be controlled to create a temporal space on stage lighting.
Data collection methods used in writing this thesis in the form of a literature review of books and journals that discuss stage lighting in general. Stage Lighting in the form of the proscenium, general stage lighting in dance, theater, and music performances. Besides, there are precedent studies related to the application of the stage lighting theory which is supported by questionnaires as supporting qualitative data.
Based on the results of the study, it was concluded that the elaboration between types of elements in the lighting system such as the type of lamp, the number of lights, variables, and filters will produce a design space. The interesting thing found is that the design of space can be formed by a variety of different types of lights. Besides, different spatial designs can also be formed by the same type of lamp. The same medium in the form of light can produce a variety of different spatial designs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>