Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astuti
"ABSTRAK
Kajian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan cara mengungkapkan pendirian dan pernyataan dalam editorial, sebagai salah satu contoh wacana argumentatif: Dalam wacana argumentatif terkandung unsur-unsur argumentasi. Unsur argumentasi yang ada pada editorial adalah evidensi, klaim, pembenaran, evidensi penunjang, kualifikasi, dan bantahan. Kajian ini bertujuan untuk mengemukakan adanya unsur argumentasi, menemukan pemarkah evidensi dan klaim sebagai bagian dari unsur argumentasi, serta mengemukakan pembenaran secara eksplisit, pada editorial Kompas dan Media Indonesia bidang kajian analisis wacana. Hal ini didasarkan pada konsep (1) dalam editorial terkandung unsur argumentasi, (2) tidak selalu pendirian diungkap secara eksplisit, dan (3) adanya perbedaan cara pengungkapan pendirian pada kedua harian tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada September-November 2006 sebanyak 120 editorial. Enam puluh tiga dari Kompas dan lima puluh tujuh dari Media Indonesia. Data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang bertumpu pada teori argumentasi Toulmin. Dui analisis ini ditemukan, (1) enam unsur argumentasi tidak selalu ada pada setiap editorial kedua harian, (2) masing¬masing editor menggunakan caa yang berbeda dalam menyampaikan argumentasi, dan (3) pembenaran dapat dikemukakan secara eksplisit dan implisit. Hasil analisis memperlihatkan enam unsur argumentasi digunakan Kompas dan lima unsur digunakan Media Indonesia. Kompas menggunakan evidensi 31,55%, klaim 34,33%, pembenaran 12,45%, evidensi penunjang 11,8%, kualifikasi 9,66%, dan bantahan 0,21%. Media Indonesia menggunakan evidensi 33,54%, klaim 32,92%, pembenaran 17,92%, evidensi penunjang 10,62%, dan kualifikasi 5%. Secara implisit ditemukan 75 (56%) pembenaran dari Kompas dan dari Media Indonesia 61 (41,5%). Pembenaran implisit ini dapat dibuat menjadi eksplisit dengan menghubungkan evidensi dan klaim yang ada secara eksplisit. Dengan demikian dapat disimpulkan, (1) Kompas lebih banyak menggunakan klaim sedangkan Media Indonesia lebih banyak menggunakan evidensi; (2) Kompas lebih banyak menggunakan pembenaran secara eksplisit dibandingkan Media Indonesia; dan (3) Balk Kompas maupun Media Indonesia menggunakan pemarkah leksikal dalam mengungkapkan evidensi dan klaim.

ABSTRACT
This study is based on differences in expressing the opinion and statement in editorial as one of the examples of argumentative discourse. Argumentative elements are implied in the argumentative discourse such as editorial. The argumentative elements of editorial are evidence, claim, warrant, backing, qualification, and rebuttal. This study aims at finding argumentative elements, evidence and claim markers as part of argumentative elements, and warrant in Kompas and Media Indonesia newspaper editorial. This is based on following the concept: (1) editorial bears argumentative elements; (2) the opinion is not always expressed explicitly; and (3) there are differences in the way of expressing ideas between the two newspapers. The data are from the editorial in Kompas and Media Indonesia, published in September, October, and November 2006 of 156 editorials 120 editorials are selected randomly as data research. Sixty three editorials are from Kompas and fifty seven editorials are from Media Indonesia. The data are analyzed with descriptive qualitative method using Toulmin's argumentative theory. The finding of this study are (1) not all six argumentative elements are used by the two newspapers; (2) editor uses different ways in producing argumentation; and (3) the warrant explicitly and implicitly. The can be expressed results show that there are six argumentative elements used by Kompas and five argumentative elements used by Media Indonesia. Kompas uses 31.55% evidence, 34.33% claim, 12.45% warrant, 11.8% backing evidence, 9.66% qualification, and 0.21% rebuttal. Media Indonesia uses 33.54% evidence, 32.92% claim, 17.92% warrant, 10.62% backing evidence, and 5 % qualification. The results find 75 (56%) warrant from Kompas implicitly, while 61 (41.5%) warrant are from Media Indonesia. This implicit warrant can be made explicitly by connecting evidence and claim. The conlusions are (1) Kompas uses more claim while Media Indonesia uses more evidence; (2) Media Indonesia uses more warrant explicitly than Kompas; and (3) both Kompas and Media Indonesia use lexical markers to express the evidence and claim"
2007
T38846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Alanudin
"Penelitian mengenai penggunaan singkatan dalam iklan mini telah dilakukan di penerbit surat kabar harian Kompas, sejak tanggal 1 sampai 31 Agustus 2002, Bentuk-bentuk singkatan yang terdapat dalam iklan mini Kompas memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dibedakan dengan jenis singkatan lainnya yang telah dikenal. Penulis bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk singkatan yang dipergunakan pada bahasa iklan mini Kompas sehingga dapat memperluas wawasan pembaca iklan mini Kompas mengenai bentuk-bentuk singkatan. Hasil penelitian ini digunakan untuk menghemat ruang, waktu, dan biaya, tanpa mengesampingkan pemahaman dan aspek komunikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chong, Swee Huat
"Perkembangan mass media modern, baik televise, radio maupun persuratkabaran dan majalah telah memainkan peranan yang penting dalam segala bidang. Tanpa mass media berarti komunikasi antara satu pihak dengan pihak yang lain akan terhambat, dan akibatnja bias sangat parah. Karena tanpa mass media pemerintahan demokratik, industri, aktivitas kebudayaan dan pendidikan akan menjadi lumpuh (Alexander Scharbach 1965:78). Fungsi mass media secara konservatif dapat dikatagorikan atas empat koponen yang penting yaitu: komunikasi, informasi, didaktik dan hiburan. Keacuali suratkabar majalahlah yang paling banyak pembacanya, ia juga termasuk salah satu publikasi yang _long life age_ (lestari) sifatnya. Maka pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga penggunaan bahasanya, tidak dapat diabaikan. Majalah-majalah di Indonesia sungguh banyak sekali variasinya. Secara garis besar dapat kami klasifikasikan sebagai berikut: 1. Majalah hiburan (untuk orang dewasa): Varia, Varianada, Cinta, Vista, Selecta, Senang, Stop, Non-stop, Flamboyan, Contessa dan sebagainya. 2. Majalah berita mingguan (bergambar): Tempo, Ekspres, Topi, Mimbar dan sebagainya. 3. Majalah kanak-kanak: Bobo, Kawanku, Si Kuncung, Kembang Teratai dan sebagainya. 4. Majalah kebudayaan: Budaja Djaja, Basis, Pewayangan Indonesia, Horizon dan sebagainya. 5. Majalah wanita: Wanita, Mutiara, Femina, Keluarga, Lady Only dan sebagainya. 6. Majalah bulanan umum (human interst) : Intisari, Mahkota, Prima dan sebagainya"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1973
S10768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Hartanto
"Kita mengetahui bahwa setiap media massa memiliki kecenderungan untuk membuat aturan-aturan bahasa sendiri, baik itu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia atau tidak. Pembuatan aturan-aturan yang berbeda-beda itu merupakan ciri khas sebuah media. Sejauh pembuatan aturan tersebut tidak terlalu menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia dan dilakukan dengan konsisten, hal tersebut sah-sah saja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdian Puji Kristiono
"Penelitian realisasi fonem /h/ bahasa Indonesia ini telah dilakukan pada bulan November 2004 sampai Mei 2005. Tujuan penelitian ini adalah melihat lingkungan bunyi yang dapat mempengaruhi realisasi fonem /h/ dalam siaran berita. Penelitian ini juga berusaha untuk melihat apakah yang dihadapi pembawa berita benar-benar berpengaruh terhadap pelesapan fonem /h/. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan perekaman siaran berita Metro Hari Ini di Metro TV pada tanggal 1 Desember 2004 sampai 31 Januari 2005. Rekaman tersebut kemudian ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan, lalu kata-kata yang mempunyai huruf h ditandai. Langkah selanjutnya adalah membandingkan rekaman dengan tulisan untuk memperoleh data berupa tulisan fonetis. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan teknik observasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian sebelumnya yang turut memberi masukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Adelaar, Hans Lapoliwa, Samsuri, dan Asmah Haji Omar. Fonem /h/ direalisasikan oleh bunyi-bunyi [h] dan [ ] di antara bunyi [a] dan [u]. Fonem /h/ dapat direalisasikan secara opsional oleh bunyi [w] dan [y] apabila berada di antara bunyi [u] dan [a]. Selain itu, /h/ direalisasikan oleh [?] di antara bunyi [i] dan [i]. Pada posisi awal, posisi tengah, posisi belakang, /h/ cenderung dipertahankan. Dalam tataran frase, /h/ dipertahankan pada frase nominal penyebut tempat. Pada situasi dialog, pembaca berita tidak mempertahankan /h/ pada kata-kata kebutuhan, tahu, tahun, dan pimilihan. Selain itu, realisasi fonem /h/ juga dapat ditinjau dari sudut morfologis dan historis"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S10855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barut Junia Sandra
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui jenis kalimat yang dominan dalam lagu populer kanak-kanak serta menentukan pola kalimatnya, dalam hal ini pola urutan fungsi sintaksisnya sehingga dapat diketahui bagaimana bahasa Indonesia dalam lagu populer kanak-kanak. Masalah tentang lagu populer kanak-kanak ini menarik karena penelitian tentang bahasa dalam lagu populer kanak-kanak belum banyak berkembang. Selain itu saya ingin melihat sejauh mane pola-pola kalimat yang mewarnai lagu-lagu populer kanak-kanak. Sumber data diambil dari lagu populer kanak-kanak terlaris yang beredar dari bulan Januari sampai dengan Juli tahun 1992. Hasil penelitian dengan menggunakan Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis (1990) dari Harimurti Kridalaksana menunjukkan bahwa jenis kalimat yang banyak dijumpai dalam lagu populer kanak-kanak adalah kalimat tunggal dengan pola kalimat terbanyak adalah S P."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S10763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Tenrisara Pertiwi Isma
"Dalam interaksinya, dokter dan pasien dituntut untuk dapat menyampaikan informasi dengan baik dan efektif agar tujuan komunikasi tercapai. Dalam komunikasi, prinsip kerjasama kerap dilanggar. Pelanggaran terhadap prinsip kerjasama tersebut menghasilkan ujaran yang mengandung strategi kesantunan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan prinsip kerja sama, strategi kesantunan, dan hubungan antara keduanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah seorang dokter spesialis rehabilitasi medik dan enam orang pasien yang berkonsultasi dengan keluhan pada lutut. Penelitian dilakukan dengan merekam percakapan informan. Analisis data yang dilakukan pertama-tama yaitu menemukan pola umum interaksi. Dan pola umum tersebut didapat tiga segmen percakapan, yaitu segmen keluhan, segmen penjelasan, dan segmen penulisan resep obat atau terapi. Pembagian segmen-segmen tersebut didasarkan pada topik percakapan dalam interaksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, pemenuhan prinsip kerja sama hanya sedikit terdapat pada data. Prinsip kerja sama dipenuhi dengan menyampaikan ujaran yang singkat, jelas, benar, dan relevan. Dalam data, selalu terdapat pelanggaran prinsip kerja sama. Bidal kuantitas dilanggar karena informasi yang diberikan berlebihan. Bidal cara dilanggar karena ujaran disampaikan dengan tidak singkat atau berbelit-belit. Bidal relevansi dilanggar karena penutur memberikan informasi yang tidak relevan dengan topik pembicaraan. Bidal kualitas tidak dilanggar, tetapi dibatasi. Pelanggaran prinsip kerjasama yang paling menonjol adalah pelanggaran terhadap bidal kuantitas dan bidal cara. Strategi kesantunan yang digunakan dalam analisis ini ialah strategi kesantunan positif, negatif, dan off-record. Strategi kesantunan positif dilakukan dengan memuji, menggunakan dialek daerah, memberi alasan, repetisi, menghindari ketaksetujuan, memberi simpati, mempraanggapkan persamaan, serta melibatkan penutur dan petutur dalam aktivitas. Strategi kesantunan negatif dilakukan dengan membatasi pemenuhan bidal kualitas dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Strategi kesantunan off-record dilakukan dengan generalisasi, menggunakan metafora atau perumpamaan, dan memberi petunjuk. Berdasarkan analisis data terdapat hubungan antara pelanggaran prinsip kerja sama dan strategi kesantunan. Pada segmen keluhan, pelanggaran bidal kuantitas dan bidal cara cenderung menghasilkan strategi kesantunan positif. Pada segmen penjelasan dan penulisan resep obat atau terapi, pelanggaran bidal kuantitas dan cara cenderung menghasilkan strategi kesantunan positif dan negatif. Dalam interaksi ini, pelanggaran terhadap prinsip kerjasama membuat komunikasi menjadi efektif. Pelanggaran bidal kuantitas dengan menambahkan informasi oleh dokter membuat pasien mengerti dan menerima kondisi tubuhnya. Dengan demikian, pasien diharapkan mau mengikuti anjuran dokter, seperti terapi atau minum obat. Strategi kesantunan yang terdapat dalam interaksi ini memperkecil jarak sosial dokter dengan pasien. Oleh karena itu, dokter dan pasien diharapkan dapat bekerja sama dalam pemulihan kondisi pasien."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyrina P.
"Dalam interaksinya, dokter dan pasien dituntut untuk dapat menyampaikan informasi dengan baik dan efektif agar tujuan komunikasi tercapai. Dalam komunikasi, prinsip kerjasama kerap dilanggar. Pelanggaran terhadap prinsip kerjasama tersebut menghasilkan ujaran yang mengandung strategi kesantunan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan prinsip kerja sama, strategi kesantunan, dan hubungan antara keduanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah seorang dokter spesialis rehabilitasi medik dan enam orang pasien yang berkonsultasi dengan keluhan pada lutut. Penelitian dilakukan dengan merekam percakapan informan. Analisis data yang dilakukan pertama-tama yaitu menemukan pola umum interaksi. Dan pola umum tersebut didapat tiga segmen percakapan, yaitu segmen keluhan, segmen penjelasan, dan segmen penulisan resep obat atau terapi. Pembagian segmen-segmen tersebut didasarkan pada topik percakapan dalam interaksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, pemenuhan prinsip kerja sama hanya sedikit terdapat pada data. Prinsip kerja sama dipenuhi dengan menyampaikan ujaran yang singkat, jelas, benar, dan relevan. Dalam data, selalu terdapat pelanggaran prinsip kerja sama. Bidal kuantitas dilanggar karena informasi yang diberikan berlebihan. Bidal cara dilanggar karena ujaran disampaikan dengan tidak singkat atau berbelit-belit. Bidal relevansi dilanggar karena penutur memberikan informasi yang tidak relevan dengan topik pembicaraan. Bidal kualitas tidak dilanggar, tetapi dibatasi. Pelanggaran prinsip kerjasama yang paling menonjol adalah pelanggaran terhadap bidal kuantitas dan bidal cara. Strategi kesantunan yang digunakan dalam analisis ini ialah strategi kesantunan positif, negatif, dan off-record. Strategi kesantunan positif dilakukan dengan memuji, menggunakan dialek daerah, memberi alasan, repetisi, menghindari ketaksetujuan, memberi simpati, mempraanggapkan persamaan, serta melibatkan penutur dan petutur dalam aktivitas. Strategi kesantunan negatif dilakukan dengan membatasi pemenuhan bidal kualitas dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Strategi kesantunan off-record dilakukan dengan generalisasi, menggunakan metafora atau perumpamaan, dan memberi petunjuk. Berdasarkan analisis data terdapat hubungan antara pelanggaran prinsip kerja sama dan strategi kesantunan. Pada segmen keluhan, pelanggaran bidal kuantitas dan bidal cara cenderung menghasilkan strategi kesantunan positif. Pada segmen penjelasan dan penulisan resep obat atau terapi, pelanggaran bidal kuantitas dan cara cenderung menghasilkan strategi kesantunan positif dan negatif. Dalam interaksi ini, pelanggaran terhadap prinsip kerjasama membuat komunikasi menjadi efektif. Pelanggaran bidal kuantitas dengan menambahkan informasi oleh dokter membuat pasien mengerti dan menerima kondisi tubuhnya. Dengan demikian, pasien diharapkan mau mengikuti anjuran dokter, seperti terapi atau minum obat. Strategi kesantunan yang terdapat dalam interaksi ini memperkecil jarak sosial dokter dengan pasien. Oleh karena itu, dokter dan pasien diharapkan dapat bekerja sama dalam pemulihan kondisi pasien."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13560
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Prasetia
"Penelitian mengenai campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris telah dilakukan pada bukan Feberuari-Desember 2006, tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kata bahasa Inggris apa saja yang tercampr dalam kalimat bahasa Indonesia dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya campu kode tersebut.
Data diambil dari empat teelit yang berjudul Dealova; Fairish; Me versus High Heels; dan My friends, My Dreams. Data yang diambil adalah kalimat-kalimat percakapan antar tokoh dalam teenlit-teenlit tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari 112 kata bahasa Inggris yang ditemukan dalam kalimat campur kode tersebut, nomina munculnya sebanyak 59 kali, ajektiva sebanyak 26 kali. Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada percakapan antartokoh dalam teenlit-teenlit tersebut adalah adanya situasi informal, pemeran, lokasi, meningatkan gengsi atau ingin pamer, topik yang sedang dibicarakan, kebiasaan, keinginan untuk menafsirkan dan menjelaskan, tidak ada padanan kata yang sepat, serta adanya kesopanan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Yuniawati
"Kripsi ini menggunakan teori representasi sebagai alat analisis. Skripsi ini berusaha untuk menjawab pertanyaan: bagaimana identitas budaya dan diaspora imigran Turki dipresentasikan dalam masyarakat Jerman. Dalam novel Yildiz Heisst Stern digambarkan bahwa representasi identitas budaya imigran Turki sangat terkait dengan Stereotip-stereotip mereka yang dipandang sebagai 'kebenaran' oleh masyarakat Jerman (kelompok mayoritas). Pada akhrirnya, stereotip-stereotip ini menjadi 'pemisah' antara imigran Turki sebagai kelompok minoritas dan masyarakat Jerman. Imigran Turki kemudain membentuk komunitas sendiri, yang disebut 'komunitas diaspora'. Mereka menggunakan komunitas ini sebagai simbol dari eksistensi budaya mereka, yaitu budaya Turki. Dalam skripsi ini, mereka disebut ;generasi kdua' yang terdiri dari anak atau cucu dari imigran Turki pertaman yang datang ke Jerman sebagai 'pekerja tentu'. Beberapa 'kejadian' yang menimpa mereka di dalam lingkungan Jerman, seperti diskriminasi, telah membangkitkan 'mitos bersama' dan identitas budaya mereka sebagai orang Turki sehingga akhirnya, mereka menjadi 'komunitas diaspora'.

Abstract
using the representation theory as the tool to analyze, this thesis try to answer this question: how the cultural identity and diaspora of the Turkish immigrant in German siciety are represented. the novel "Yildiz Heisst Stern" by Isolde Heyne describes, the representation of the Turkish immigrants's cultural identity related to their stereotypes. These stereotypes are seen as 'the truth' by the German society (major society). In the end, these stereotypes will cause the Turkish immigrant (minor society) and the Germn society to seperate. As the result, the Turkish immigrants use this community, called 'community of diaspora'. The Turkish immigrants use this cummunity as the symbol of their cultural existence. In this community, every Turkish immigrant retains their cultural root, which is Turkish culture. Here, they are called 'the second generation'. They are the children or grand children of the first Turkish immigrants, who came to Germany as guestworkrs. They belong to the community of diaspora because certain events that happened to them, for example discrimination, have awaked their 'joint myth' and cultural identity as the Turkish immigrant."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>