Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprillia Puspitasari
"Tunanetra merupakan kondisi kurang atau tidak dapat melihat yang disebabkan karena faktor pre-natal maupun post-natal yang dapat mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri penyandang tunanetra. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 31 responden yang dipilih dengan total sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner konsep diri dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyandang tunanetra memiliki skor rata-rata konsep diri 110,61 ± 11,456 dari skor total 132 (95% CI, 106,41:114,82). Sebanyak 54,8% responden memiliki respon konsep diri positif dan 45,2% responden memiliki respon konsep diri negatif. Lebih dari setengah responden memiliki persepsi citra tubuh negatif. Hal ini dikarenakan keadaan tunanetra sangat berhubungan dengan fisik. Peneliti merekomendasikan untuk diadakannya pendidikan, bimbingan, atau pelatihan yang dapat meningkatkan konsep diri penyandang tunanetra khususnya komponen citra tubuh. Peran perawat seperti mengembangkan kewaspadaan diri klien, mendorong eksplorasi diri, membantu proses evaluasi diri, membantu membuat tujuan-tujuan dalam hal beradaptasi, dan membantu klien menerima tujuan-tujuan tersebut sangat penting dilakukan untuk membentuk konsep diri klien yang lebih positif.

Visual impairment is a condition of lack or can?t see due to pre-natal or post-natal factors. Visual impairment affects in self-concept. This study aimed to describe the self-concept of blind people. With cross-sectional method, 31 respondents were selected with a total sampling. This study used a self-concept questionnaire with a univariate analysis. The result showed that blind people self-concept in this research had average score of 110,61 ± 11,456 with total score of 132 (95% CI, 106,41:114,82). About 54,8% of respondents have a positive self-concept response and 45,2% of respondents have a negative self-concept response. More than half of respondents have a negative perception of body image. This is caused by the state of visual impairment is associated with physical. Researcher recommend the convening of education, guidance, or training that can improve self-concept of blind people in particular body image component. Nursing contribution such as a client develop self-awareness, encourage self-exploration, help the process of self-evaluation, help make these goals in terms of adapting, and help clients accept these goals are very important to form a more positive self concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S62801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriyk H
"Isolasi sosial merupakan gejala negatif skizofrenia yang ditandai dengan defisiensi berpikir, persepsi, afek tidak wajar atau tumpul dan perilaku sosial baik penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi serta mengalami kesukaran dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Social skills training terhadap perubahan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Kriteria sampel adalah pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial, laki-laki dan perempuan, dapat membaca dan menulis, dirawat di ruang rawat inap stabilisasi psikiatri RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor berjumlah 98 responden yang terdiri dari kelompok intervensi 49 responden dan kelompok kontrol 49 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data yaitu univariat dan bivariat dengan uji parametrik. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden terbanyak laki-laki, usia dewasa muda, SLTP, tidak bekerja, belum menikah, lama rawat 4 tahun, terapi psikofarmaka atipikal. Ada perubahan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi sebelum dan sesudah diberikan tindakan keperawatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Ada perbedaan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi setelah mendapat tindakan keperawatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value < 0,05). Tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lama sakit dan terapi psikofarmaka dengan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi (p value > 0,05), namun ada hubungan jenis kelamin dengan tanda gejala isolasi sosial (p value < 0,05) tetapi tidak ada hubungan dengan kemampuan sosialisasi (p value > 0,05) Tindakan keperawatan generalis dan social skills training direkomendasikan sebagai upaya penurunan tanda gejala dan kemampuan sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan isolasi sosial.

Social isolation is a negative symptom of schizophrenia which is characterized by deficiencies in thinking, perception, unnatural or blunted affect and decreased social behavior or communication as well as experiencing difficulty in carrying out daily activities. The aim of the research was to determine the effect of social skills training on changes in signs and socialization abilities in schizophrenia patients with social isolation treatment problems. Pre-post test quasi-experimental research design with a control group. Sampling was taken using a purposive sampling technique. The sample criteria were schizophrenic patients with social isolation treatment problems, male and female, able to read and write, treated in the psychiatric stabilization inpatient ward of RSJ Dr H Marzoeki Mahdi Bogor totaling 98 respondents consisting of the intervention group 49 respondents and the control group 49 respondents. Data collection uses questionnaires and observations. Data analysis is univariate and bivariate with parametric tests. The research results showed that the characteristics of the respondents were mostly male, young adults, junior high school, not working, not married, length of stay 4 years, atypical psychopharmaceutical therapy. There were changes in signs and symptoms and socialization abilities before and after being given a dangerous action in the intervention group and control group (p value < 0.05). There were differences in signs of symptoms and socialization abilities after receiving cessation measures in the intervention group and the control group (p value < 0.05). There is no relationship between age, education, employment, marital status, length of illness and psychopharmaceutical therapy with signs of symptoms and socialization abilities (p value > 0.05), but there is a relationship between gender and signs of symptoms of social isolation (p value < 0.05 ) but there is no relationship with socialization abilities (p value > 0.05). Generalist killing measures and social skills training are recommended as efforts to reduce signs of symptoms and socialization abilities in schizophrenia patients with social isolation protection problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Citro
"Ansietas merupakan salah satu masalah psikososial yang muncul pada pasien COVID-19 yang menjalani perawatan isolasi di rumah sakit. Ansietas muncul dikarenakan adanya paparan dari lingkungan kondisi rumah sakit yang sedang overcapacity dan terjadinya stagnasi pasien. Keadaan ini menyebabkan pasien-pasien yang dalam kesadaran sadar penuh bergabung dengan dengan pasien-pasien yang dalam keadaan kritis bahkan yang meninggal dunia. Situasi seperti ini dialami oleh pasien dalam masa perawatannya di rumah sakit ditambah lagi dengan tanpa didampingi keluarga atau care giver. Masalah psikososial: ansietas belum mendapatkan perhatian yang sama oleh perawat dibandingkan dengan masalah fisik dalam rangka memberikan pelayanan keperawatan secara holistik. Karya Ilmiah akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk menjabarkan hasil analisis penerapan intervensi teknik distraksi, kegiatan spiritual, tarik nafas dalam, dan pendekatan komunikasi terapeutik pada pasien COVID-19 dengan masalah keperawatan psikososial: ansietas di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Asuhan keperawatan yang diberikan didasarkan pada kondisi kebutuhan pasien, termasuk pada kondisi kegawatdaruratan yang mengancam nyawa saat di IGD maupun saat perawatan di ruangan rawat inap. Pengukuran ansietas menggunakan observasi tanda dan gejala yang muncul serta menggunakan instrumen Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) yang menunjukan penurunan skor 11 menjadi 5. Sebagai kesimpulannya, hasil analisis yang didapatkan bahwa kegiatan spiritual dan latihan tarik nafas dalam pada pasien COVID-19 baru dapat diimplementasikan pada saat pasien berada dalam tingkatan ansietas sedang. Sedangkan pada saat pasien dalam tingkat panik maka yang diutamakan adalah pendekatan komunikasi terapeutik, pemenuhan kebutuhan dasar pasien, dan teknik distraksi.

Anxiety is one of the psychosocial problems that arise in COVID-19 patients undergoing isolation treatment in hospitals. Anxiety arises due to exposure to an overcrowded hospital environment and patient stagnation. This situation causes patients who are fully conscious to join with patients who are in critical condition and even those who have died. Situations like this are experienced by patients during their treatment at the hospital plus without being accompanied by family or caregivers. Psychosocial problems: anxiety has not received the same attention by nurses compared to physical problems in order to provide holistic nursing services. This final scientific work by Ners (KIAN) aims to describe the results of the analysis of the application of distraction techniques interventions, spiritual activities, deep breathing, and therapeutic communication approaches in COVID-19 patients with psychosocial nursing problems: anxiety at the Universitas Indonesia Hospital. The nursing care provided is based on the condition of the patient's needs, including life-threatening emergency conditions while in the ER or during treatment in an inpatient room. Measurement of anxiety using the observation of signs and symptoms that appear and using the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) instrument which shows a decrease in the score from 11 to 5. In conclusion, the results of the analysis show that spiritual activities and deep breathing exercises in COVID-19 patients can only be implemented when the patient is at a moderate level of anxiety. Meanwhile, when the patient is in a panic level, the priority is the therapeutic communication approach, meeting the patient's basic needs, and distraction techniques."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library