Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grita Anglila
"Anak usia sekolah (6-12 tahun) mengalami perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional. Pada usia ini, perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungannya baik secara fisik maupun sosial. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah institusi sekolah dasar, dimana anak pada usia 6-12 tahun mulai berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya. Anak membutuhkan ruang yang nyaman dan aman di sekolah. Perencanaan lingkungan fisik pada sekolah dasar periu disesuaikan dengan kebutuhan anak sehingga dapat mewadahi aktivitas mereka yang dapat merangsang perkembangannya. Pada lingkungan fisik sekolah dasar, perencanaan tidak hanya ditekankan pada ruang belajar saja, namun juga periu diperhatikan penyediaan ruang luar yang sesuai untuk anak. Ruang luar merupakan salah satu sarana pendukung yang memiliki interaksi dengan ruang belajar formal, sehingga kedua mang tersebut dapat saling mendukung aktivitas anak dalam belajar dan bermain.
Skripsi ini membahas mengenai sejauh mana ruang luar di sekolah dasar dapat berperan bagi aktivitas anak yang dapat merangsang perkembangannya. Pembahasan dalam skripsi ini melalui studi literatur dan studi kasus, dengan meninjau dari aktivitas anak, ruang yang dibutuhkan serta elemen-elemen pendukung ruang luar. Studi kasus yang diambil adalah sekolah alam yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan di ruang luar. Dari tinjauan yang dilakukan, teriihat bahwa ruang luar sekolah dasar dapat dimanfaatkan sebagai wadah aktivitas anak dalam bermain dan belajar. Aktivitas anak yang dilakukan di ruang luar juga mengandung berbagai nilai positif bagi perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional anak.

School-age children (6-12 years old), develop in physical, cognitive and psychosocial aspects. In this stage, children development influenced by their physical and social enviroment. This physical environment includes the educational institution as a place where children begin to interact and communicate with others. Children need safe and comfortable spaces to support their activities in school. The planning of physical environment in elementary school should suit the children's needs and accommodate activities that stimulate their development. The planning of physical environments in elementary school not only focuses on classrooms, but also the provision of outdoor spaces that are suitable for children. The relation between outdoor spaces and formal learning spaces can support children's activities.
This writing discusses how outdoor spaces in elementary school can support children's activities and stimulate their development. Literature and case study are used to explore children's activities, their spaces and supporting elements in outdoor spaces. The case study was conducted in Sekolah Alam that mainly has outdoor activities. The case study indicates that outdoor spaces in elementary school can be used as children's activity spaces in learning and playing. Children's activities in outdoor spaces has positive values in their physical, cognitive, and social emotional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muttabati Arafatiani
"Bangunan publik merupakan bangunan yang ditujukan untuk umum dan berfungsi untuk mengakomodasi masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti bersosialisasi, berinteraksi, dan melakukan aktivrtas di tengah komunitasnya. Anak-anak merupakan salah satu kelompok pengguna yang perlu diberikan pechatian khusus. Terutama pada kebutuhan mereka yang mendukung perkembangannya daiam publik. Aksesibilitas bagi anak dalam bangunan publik merupakan salah satu langkah dalam memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anak sebagai bagian dari masyarakat. Kepedulian untuk memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anak akan membawa kita ke arah kondisi ideal sebuah masyarakat di dalam kota. Aksesibilitas ini dapat berupa keselamatan, keamanan dan pengawasan orang dewasa, desain spasial, dan visibilitas pada bangunan. Untuk melihat seberapa jauh bangunan publik di Jakarta memberikan aksesibilitas bagi anak, maka saya melakukan studi kasus pada dua shopping mall sebagai bangunan publik yang kerap dikunjungi oleh keluarga beserta anak-anak. Dari studi kasus tersebut ditemukan bahwa bangunan ini sudah mulai memperhatikan kebutuhan anak-anak di dalam bangunan. Namun, sebagian besar aksesibilitas yang diberikan masih terbatas pada ruang secara fisik. Sedangkan memberikan kemudahan bagi anak-anak untuk mengakses di dalam bangunan belum diperhatikan lebih jauh.

Public buildings open for public and accommodate the needs of the community to socialize, interact and do other activities within the society. There is a need to pay attention to children as a group of users to support them developing their ability in public. Easy access for children in public building becomes a part of providing a good environment for them. Showing that we care for them will bring us through an ideal environment for the community. These accessibilities are safety, security and adult's supervision, spatial design, and visibility in the building. In order to see how well public buildings in Jakarta provide accessibility for children, I have done a case study of two shopping mails as a type of public buildings that were frequently visited by children and their families. The case study concludes that these two buildings had already concerned with children's needs. However, most of the accesses given were still limited to the provision of physical spaces. Meanwhile, the buildings have not given enough attention to provide easy accesses for children within the whole environment of the buildings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Hidayat
"Apartemen termasuk dalam jenis hunian multi family housing, yaitu dalam satu bangunan terdiri dari banyak unit hunian. Susunan antar unit-unit dalam apartemen pun berbeda dengan jenis hunian pada umumnya (single family housing). Dengan kondisi tersebut, pola interaksi sosial antar penghuni di dalamnya kemungkinan juga mempunyai perbedaan. Secara langsung atau tidak langsung, interaksi sosial yang terjadi dipengaruhi oleh susunan ruang di dalamnya, termasuk susunan pada ruang pergerakan manusia atau ruang sirkulasi.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat peranan susunan ruang sirkulasi pada apartemen terhadap interaksi sosial yang terjadi antar penghuni di dalamnya. Dengan demikian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang ruang sirkulasi pada apartemen, agar dapat mencapai tingkat interaksi yang diharapkan.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode studi literatur dan studi kasus terhadap dua apartemen yang ada di Jakarta yaitu Apartemen Margonda Residence yang mempunyai susunan unit dan sirkulasi linier dan Apartemen Taman Rasuna yang mempunyai susunan unit dan sirkulasi radial.
Dari studi literatur dan studi kasus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial pada apartemen dipengaruhi oleh jenis sirkulasi, layout, ukuran dan kualitas ruang sirkulasi pada apartemen tersebut, serta faktor sifat dan karakter individu penghuninya.

Apartments is multi?family housing, contains several house units in a single building. The units arrangement in apartments is very different from the common housing (single-family housing). Therefore the social interaction pattern has possibility of being different. Whether directly or not, the social interaction affected by the spatial arrangement, including the arrangement of movement space, the circulation space.
This writings attempt to see the role of circulation space arrangement in apartment in the social interaction between tenants. Therefore it could be used as considered factor in designing the circulation space in apartments to reach the levels of interaction needed.
This writings done with literature research method and case studies in two apartments located in Jakarta; Margonda Residence Apartments which have linear units and circulation arrangement, Taman Rasuna Apartments which have radial units and circulation arrangements.
From these studies, it can be concluded that social interaction in apartments affected by circulation type, layout, dimension and the quality of circulation space and also the individual character of the tenants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sean Kurnia
"Pada saat ini telah muncul suatu tren yang memungkinkan manusia berkegiatan di ruang virtual bersama orang-orang dari segala penjuru dunia membentuk sebuah komunitas, tanpa harus berkumpul di suatu tempat secara fisik. Pada saat komunitas dibawa ke dalam sebuah ruang virtual, mengakibatkan munculnya berbagai macam isu di dalam ruang virtual yang memfasilitasi komunitas tersebut, salah satu isu yang muncul adalah isu mengenai privasi di dalam sebuah ruang komunitas virtual pemain video game.
Skripsi ini merupakan sebuah penelitian mengenai pengaplikasian pengetahuan arsitektur mengenai privasi di dunia nyata yang dibahas dalam konteks sebuah ruang komunitas virtual berupa online game. Saya ingin mencari kaitan antara isu privasi yang terjadi di dunia virtual berdasarkan studi literatur mengenai privasi di dunia nyata dan meneliti lebih lanjut melalui sebuah studi kasus.
Metode studi kasus dilakukan dengan cara mengalami sendiri seluruh ruang-ruang yang ada di dalam permainan Audition Ayodance, serta menganalisis pengalaman dan kejadian yang terjadi di setiap ruang, dikaitkan dengan isu privasi.

These day`s. there is a trend, which give people a chance to do their activities on a virtual space, creating a community with another people from all around the world. Gathering in some place without their pyhsical body. When those communities moved to a virtual space, it has resulted the appearance of many various issue on a virtual space, which gave them the conveniences to do the gathering, one of the issue that araise is the privacy issue in a virtual video game community space.
This essay is a research about how we apply an architectural science about privacy in a real space, which context is a virtual community space in an online game. I want to search for the relation between privacy issue that happen in a virtual space, based on a literature study of privacy in real world, and a research of a case in a virtual community space.
The method that I used to do the research is experiencing myself the spaces between the Audition AyoDance game, then I analyse the experience that I have and event that happen in all type of space, based on the issue of privacy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhie Alfha
"Ruang maya adalah sebuah konsepsi yang menjelaskan aspek keruangan di dalam hasil teknologi seperti internet. Konsepsi ini merupakan ide yang dibentuk berdasarkan konsep keruangan di dunia nyata. Sekalipun demikian, ruang maya bekerja dengan prinsip dan aturan yang berbeda dengan ruang nyata. Eksplorasi hubungan antar ruang ini dari segi arsitektur dapat menghasilkan berbagai alternatif kemungkinan bentuk masa depan pada era yang didominasi oleh teknologi digital. Ruang maya memiliki potensi positif untuk mendukung kehidupan ruang nyata. Untuk melihat keterkaitan antara ruang nyata dan maya diperlukan sebuah parameter yang menjadi elemen penting bagi kedua ruang tersebut. Raga adalah sebuah elemen penting bagi kehadiran ruang nyata. Untuk dapat memahami ruang maya, manusia perlu hadir dalam ruang maya. Bentuk representasi kehadiran manusia dalam ruang maya dapat terwujud melalui kehadiran raga maya. Sebagaimana raga fisik manusia di ruang nyata, raga maya juga memiliki kelakuan yang serupa terhadap ruang maya. Melalui kehadiran dan pergerakan yang dihasilkan oleh raga maya, manusia dapat mengalami ruang maya dan hadir untuk berkegiatan di dalamnya. Namun dalam peranannya, raga maya tidak terlepas dari keterikatannya dengan raga fisik manusia yang direpresentasikannya. Melalui daya dukung ruang maya dan keterikatan dengan raga maya, manusia dapat menghasilkan penggunaan ruang yang lebih efisien dan ringkas. Hal ini disebabkan oleh kemampuan ruang maya dan raga maya dalam mengatasi keterbatasan raga manusia pada ruang nyata.

Cyberspace is a conception that explains the spatial aspect within the outcome of digital technology such as internet. This conception is an idea that is formed based on real life spatial aspect. Nevertheless, cyberspace operates under different rules and principles from that operate in physical space. Exploring the interrelationship between these spaces from the viewpoint of architecture can produce various possible alternatives of forms of the future which will be dominated by digital technology. Cyberspace has positive potentiality to supplant physical space. To be able to observe the interrelationship between these spaces, a basic and important parameter is needed. Body is an element which has an important role to the existence of physical space. To understand cyberspace, human need to be present within cyberspace. Human?s presence within cyberspace can occur through the presence of virtual body. Virtual body behaves within cyberspace just as physical body acts within physical space. Through the presence and movement of virtual body, human can be present and experience cyberspace. Although virtual body is present in cyberspace?outer side of physical body?it cannot operate without human intervention on it. Through the supportive ability that cyberspace and virtual body posses, human can maximize the potentiality of physical space. Physical space usage can be more efficient with the presence of cyberspace and its virtual body. This becomes possible due to the ability of both to overcome the limitation of physical space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra
"Manusia tidak terlepas dari ruang interaksi sosial termasuk manusia lanjut usia. Periode manusia lanjut usia, yang berada pada tahap akhir daur hidup manusia masih terdiri dari beberapa tahap penuaan—young old, old old, dan oldest old—dengan dinamika ruang interaksi sosial yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, mendeskripsikan ruang interaksi sosial dan perubahannya seiring dengan perubahan tahap penuaan manusia lanjut usia secara komprehensif menjadi penting.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih rinci mengenai bagaimana ruang interaksi sosial berubah seiring dengan berubahnya tahap penuaan manusia lanjut usia. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui kajian teori mengenai ruang (interaksi) sosial, lingkungan daur hidup manusia khususnya manusia lanjut usia, dan tahap-tahap penuaan manusia lanjut usia. Studi kasus juga dilakukan terhadap ruang interaksi sosial dua orang manusia lanjut usia untuk melihat bagaimana teori yang sudah dikaji tersebut terjadi dalam kehidupan nyata.
Dari tinjauan teori dan studi kasus tersebut, dapat disimpulkan ada beberapa pola perubahan ruang interaksi sosial seiring dengan perubahan penuaan pada manusia lanjut usia, yaitu: besaran ruang interaksi sosial manusia lanjut usia menurun drastis ketika memasuki tahap oldest old; pola ruang interaksi sosial dan ruang aktivitas manusia lanjut usia cenderung sama dan stabil pada setiap tahap penuaan; frekuensi penggunaan ruang di luar ruang domestik oleh manusia lanjut usia cenderung menurun seiring dengan perubahan tahap penuaan dan hampir tidak terjadi lagi ketika memasuki tahap oldest old; dan ruang aktivitas semakin didominasi oleh ruang interaksi sosial ketika seorang manusia semakin berusia lanjut sehingga ketika ruang aktivitas berubah, ruang interaksi sosial pun cenderung ikut berubah.

Human being cannot be separated from social interaction space, including the elderly. The elderly stage, who is in the latest stage of in the human life cycle still consists of several stages of aging—young old, old old, and oldest old—with different dynamics of social interaction space too. Therefore, describing social interaction space and the changing through the aging of the elderly comprehensively becomes important.
The purpose of this writing is to understand more detail on how social interaction space changes through the aging of the elderly. This writing begins with the study of the theories about social (interaction) space, the human life cycle environment, and the aging stages of the elderly. Furthermore, case study was also conducted on the social interaction space of two elderly individuals in order to examine how the theories that had been studied happened in the real life.
From the study of the theory and the case study, it can be concluded that there are several patterns of the changing of social interaction space through the aging of the elderly. These patterns include: the scale of social interaction space of the elderly is declined drastically in the oldest old stage; the pattern of social interaction space and activity space of the elderly relatively similar and stable in every aging stage; the frequency of using outside domestic space by the elderly tends to decline through the aging of the elderly and almost disappear in the oldest old stage; and activity space is more dominated by social interaction space when a human is growing older—it means that when the activity space is changed, the social interaction space also tends to be changed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Amalia Ningsih
"Arsitektur interior merupakan manipulasi ruang dari bangunan existing yang berhubungan dengan struktur, sejarah, konteks, orientasi dan tujuan program. Banyak bangunan yang mengalami perubahan dikarenakan ingin mempertahankan soul dari bangunan tersebut, sehingga membuat arsitek interior melakukan perombakan terhadap bangunan kosong yang sudah memiliki identitas tertentu, membangkitnya kembali dengan mempertimbangkan kehadiran bangunan tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk meninjau keterkaitan antara ruang luar dan dalam saat mengalami pengubahan bangunan, serta strategi dalam proses pengubahan pada bangunan arsitektur interior. Secara khusus skripsi ini melihat konektifitas antar layer yang terjadi saat pengubahan bangunan arsitektur interior. Pembahasan yang didesain oleh general-purpose “six S’s yang menjelaskan masing-masing peran layer bangunan dalam berbagai strategi pengubahan arsitektur interior. Studi kasus, menganalisis bangunan yang telah mengalami pengubahan baik fasad maupun interior bangunan. Skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi pada setiap bangunan memiliki strategi yang berbeda di setiap prosesnya. Terdapat layer yang tetap pada saat pengubahan bangunan, namun terdapat pula layer yang mengalami perubahan. Ketika salah satu layer tetap, maka layer lain cenderung dipengaruhi oleh layer tersebut dan ketika masing-masing layer mengalami perubahan maka layer tersebut saling mempengaruhi dalam proses pengubahannya. Sehingga, perubahan layer ini menunjukan bahwa konektifitas antar layer di setiap bangunan berbeda sesuai dengan pengalaman penggunan dan strategi yang dipilih.
Interior architecture is about manipulating space from existing building which contains structure, history, context, orientation and purpose of the program. Buildings are often changed to keep the soul of the building, so interior architect make alteration of architecture from obsolete building, and rebuild the building to human needs. The purpose of this study is to explore the relevance between outside and inside space during the alteration of building, and the strategies of altering interior architecture building process. In particulary, this study examines the connectivity of layers in the alteration interior architecture building. The discussion is base on general-purpose “six S’s which explains about the role of each layers in various interior architecture strategies. The case study will analyze buildings which have alteration in the facade and the interior of the building. This study concludes that the alteration of the building have different strategies in every process. some layers are fixed, but some layers might be changed. When the layer is fixed, the other layers will be dominated by that layer, and when each layer is changed, all the layers will interplay each other in the alterarion process. So, these layers changes show that the connectivity among the layer in every single building are different based on the strategies and the users experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerunnisa
"Skripsi ini membahas transisi pasangan muda dari individu menjadi pasangan melalui penataan ruang interior pada tempat tinggal. Hal ini terkait perbedaan karakteristik dan identitas yang menjadi latar belakang. Intervensi dari luar diri pasangan yang berasal dari orang tua pasangan muda turut menjadi pelaku yang mempengaruhi penataan ruang interior.
Penulisan skripsi ini berdasarkan studi kasus pada dua pasangan muda yang menunjukan bahwa penataan ruang akan selalu dinamis mengikuti perkembangan waktu. Hasil yang diperoleh adalah gambaran adaptasi dari individu menjadi pasangan melalui proses penantaan interior sebagai pembentuk ruang interior pada tempat tinggal pada pasangan muda.

This study illustrate the transition of individuals in becoming a young couple through the interior space arrangement for home. This is related to the difference characteristic and identity as the background external intervention, which comes form the parents, it also becomes the subject that influences the interior spatial arrangement.
This study is based on the case study of two young married couples that shows that the interior space arrangement will always be dynamic. The result is the illustration of adaptation from individual into couple through the interior space arrangement of the young couple’s home.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S457389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thalfah Nael Amalina
"Ekspresi dalam arsitektur adalah pemikiran arsitek yang tertuang dalam perwujudan sebuah tempat yang terlihat dari pembentukan elemen-elemen ruang di dalamnya. Tempat yang ekspresif ini tidak hanya berkaitan dengan pengalaman ruang manusia namun juga persepsi manusia terhadap ruang, yang sebagian besar adalah persepsi visual dan kinestetik. Prinsip-prinsip pada teori persepsi visual Gestalt dan Ekologi dengan pergerakan manusia di dalam ruang menjadi acuan dalam pembentukan tempat yang ekspresif. Pengalaman ruang manusia di dalam tempat yang ekspresif harus memiliki alur dan narasi perjalanan antar ruang yang jelas. Saat itulah manusia mengerti akan makna tempat yang ekspresif tersebut.

Expression in architecture is an architect's thought that is conveyed through the making of place, which is seen through the creation of spatial elements inside it. This expressive place is not only related to human's spatial experience, but also human's perception in a space, mostly visual and kinesthesia perception. The principles in Gestalt and Ecological theories of visual perception along with human movement in a space become references in the making of expressive place. Human's spatial experience in an expressive place should have natural, flow and clear narrative along the spaces. In this way, human can capture the meaning of the expressive place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khasyyatika
"Ruang jalan memiliki potensi sebagai ruang beraktivitas anak dimana anak bisa bermain dan berinteraksi dengan pengguna jalan yang lain Anak memiliki peran dalam pembentukan ruang bermain di jalan Anak sebagai pengguna ruang dikategorikan sebagai pengguna pasif reaktif dan kreatif Ketiga kategori ini dilihat dari permainan apa yang mereka hadirkan di ruang jalan dan respon yang mereka berikan Mereka melihat adanya found space yang bisa digunakan sebagai ruang untuk bermain dan membentuk ruang tersebut constructed space menjadi ruang bermain.

Street space has the potential for children activity, where children can play and interact with other street users. Children are play a role in the creation of play space on the street. Children as space users are categorized into passive, reactive, and creative users. These categories depend on the types of game they represent in the space and the response they give. Eventually, they see the found space that could be used as a space to play and shape the space (constructed space) into a play space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>