Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmatina Widyarini
Abstrak :
Proposal Desain Urban ini muncul dari ide regenerasi - gagasan bahwa lanskap yang rusak dapat diperbaiki dan direvitalisasi. Saya percaya bahwa regenerasi ini dimulai dengan menghubungkan manusia dengan alam - mengubah pola pikir mereka dari kepemilikan lanskap menjadi bagian dari ekosistem. Orang-orang Aborigin di Australia hidup dengan gagasan ini sebagai inti dari budaya mereka - Gammage, dalam bukunya "The Biggest Estate on Earth" mengeksplorasi cara orang-orang ini tidak percaya bahwa mereka memiliki kekuasaan atas tanah; bahwa tanah itu memiliki kekuatan spiritual yang kuat yang harus dipupuk dan dipelihara. Dari ide-ide ini, desain telah dibentuk menjadi jenis baru pinggiran kota yang menantang gagasan blok tanah milik pribadi ke lanskap komunal, dibentuk oleh tipologi halaman berkelanjutan di sekitar lahan yang basah, yang dikembangkan untuk meminimalkan dampak manusia terhadap lingkungan dengan tujuan menumbuhkan 'Pikiran yang Timbul' dalam suatu komunitas. Selanjutnya, dibingkai dengan halaman berkelanjutan arsitektur sebagai alat untuk menghubungkan ruang hidup dan alam sehingga memungkinkan regenerasi lanskap. Dengan demikian, arsitektur yang ditunjuk adalah untuk merevitalisasi dan membawa kenikmatan bagi orang-orang untuk merasakan alam dalam bentuk yang paling murni. ......This Urban Design proposal was sprung from the idea of regeneration - the notion that a damaged landscape can be repaired and revitalized. I believe that this regeneration starts with connecting people to nature - changing their mindset from ownership of a landscape to be a part of the ecosystem. The Aboriginal people of Australia lived with this idea at the core of their culture - Gammage, in his book “The Biggest Estate on Earth” explores the way that these people did not believe they had power over the land; that the land has a powerful spiritual force that must be nurtured and maintained. From these ideas, the design has been shaped into a new kind of suburb that challenges the idea of privately owned blocks of land to a communal landscape, shaped by a sustainable courtyard typology around a wetland, developed to minimize the human impact on the environment with the purpose of growing an ‘Emergent Mind’ within a community. Furthermore, framed with architectural sustainable courtyard as a tool to connect the living space and the nature so that it enables landscape regeneration. Accordingly, the designated architecture is to revitalize and to bring enjoyment for people to feel nature in its most pristine form.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Nabilah
Abstrak :
ABSTRACT
Dalam dunia arsitektur, Sefaira digunakan secara bersamaan dalam process desain untuk menganalisa ketahanan yang dikenal di level internasional. Proyek tugas akhir ini mengukuhkan nilai kelestarian terhadap lingkungan serta rasa komunitas sebagai fokus dasar untuk membangun ulang kehidupan asli masyarakat Australia pinggiran kota. Pembangunan cluster ditujukan untuk 230 orang dengan maksimal 80m2 luas bangunan per-rumah. Arahan desain adalah untuk merancang pola induk berdasarkan pendekatan keberlanjutan. Proyek ini menguji apakah pertanian yang membaharui memiliki peran dalam pembuatan kota modern. Oleh karena itu, arsitektur yang dirancang bersifat menyambungkan kembali dari apa yang hilang dengan Sefaira sebagai panduan.
ABSTRACT
In architecture world, Sefaira is used respectively on the design process to analyse the sustainability of a building and product as an internationally recognized rating system. This final project consolidates sustainability values and sense of community as the main focus as it is to recreate an Australian authentic suburbia living. The development of cluster is for 230 residents with R40 residential subdivision zoning or equivalent as maximum of 80m2 built area per-house. The design brief given by Dr. Simon Pendal, one of lecturer in Curtin University and architectural practice in Perth, is to propose a masterplan design based on sustainability approach. The project test whether regenerative agriculture has a role to play in the making of the contemporary city. Accordingly, the appropriate architecture is to reconnect to what has been missing based on Sefaira as a guidance.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Putri Indah Apriliani
Abstrak :
Urbanisasi yang cepat dan kurangnya keterlibatan alam dalam desain perkotaan telah semakin berkembang menjadi masalah, karena bumi tampak lebih tidak seimbang dan penyebaran kota menjadi lebih tidak terkendali dan tak terhentikan. Dalam konteks ini, proyek akhir yang diajukan penulis akan mencoba untuk meninjau kembali cara lama yang memprioritaskan pengelolaan alam dan lahan ke dalam proses desain. Reconnection antara alam dan manusia dengan built environment akan menjadi tujuan utama dari proyek akhir ini. Konsep desain regeneratif bersama dengan teori-teori lain menjadi pendekatan mendasar yang digunakan untuk mengeksekusi desain. Fokus dari proyek ini adalah untuk mengusulkan master plan yang sustainable untuk menciptakan model baru daerah pinggiran kota di dalam tanah yang disediakan di tambang yang berada di Jalan Lefroy. Dengan demikian, konsep desain regeneratif akan dilakukan mulai dari skala pinggiran kota hingga skala rumah individu dengan secara hati-hati menghormati lanskap ekologis dan komunitas. ......Rapid urbanization and lack of nature involvement within urban design has progressively grows into an issue as the world appears to be more unbalanced and the urban sprawl become more uncontrollable and unstoppable. Within this context, the final project will attempt to revisit the old ways of prioritizing nature and land management into the design process. Reconnection between nature and human with their man-made build will be the main objective of the final project. The concept of regenerative design along with other theories becomes the fundamental approach used to perform the design intent. The focus of the project is to propose a sustainable master plan of the new model of suburban area within the brownfield site in Lefroy Road quarry. Accordingly, the regenerative design concept will be carried through from the scale of a suburban to a scale of an individual dwelling while carefully respecting the ecological landscape and the community.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Elpetina Ibrahim
Abstrak :
ABSTRACT
The idea of living in suburbs, surrounding the central business district, is highly desirable in Australia as people long for connection with nature, even when it means they have to travel further for work. In a contemporary city like Perth, explosive population increases the demand to expand the living area and forces the design of the suburbs to adapt to it. As a result, suburbs are losing their initial intention which, if continues without any changes, will alienate people further from their natural environment. This writing is aimed to re-imagine a 12-hectare site in Lefroy Road, Beaconsfield, in three different stages: masterplan, cluster, and studio design; to reconnect people back to their natural environment. By reflecting back to the aboriginal land management in Australia, the site is designed using a regenerative approach, both in agriculture and architecture, to restore the functioning landscape of a suburb. The design proposal will collectively reintroduce native plants and native animals back to the site. This will help in restoring the site to become a functioning landscape in which all elements of nature will perform a mutualistic function that will benefit the people, aligning with the principles of aboriginal land management that had been successful a long time ago in Australia.
ABSTRAK
Gagasan untuk tinggal di daerah tepi kota, di sekitar kawasan pusat bisnis, lebih dipilih di Australia karena orang merindukan koneksi dengan alam, bahkan walaupun itu berarti mereka harus melakukan perjalanan lebih jauh untuk bekerja. Di kota kontemporer seperti Perth, populasi yang berkembang pesat meningkatkan permintaan untuk memperluas area tempat tinggal dan memaksa desain daerah tepi kota beradaptasi dengan hal tersebut. Akibatnya, tujuan awal daerah tepi kota mulai memudar. Jika hal tersebut berlanjut tanpa ada perubahan, manusia akan menjadi lebih teralienasi dengan lingkungan alam mereka. Karya tulis ini bertujuan untuk membayangkan kembali sebuah lahan seluas 12 hektar di Lefroy Road, Beaconsfield, dalam tiga tahap yang berbeda: masterplan, klaster, dan desain studio untuk menghubungkan manusia kembali dengan lingkungan alam mereka. Dengan merefleksikan kembali pada pengelolaan lahan penduduk asli Australia, lahan tersebut dirancang menggunakan pendekatan regeneratif, baik di bidang pertanian maupun arsitektur, untuk memulihkan fungsi lanskap di daerah tepi kota. Proposal desain akan secara kolektif memperkenalkan kembali tanaman asli dan hewan asli ke lahan tersebut. Hal Ini kemudian akan membantu memulihkan situs menjadi lanskap yang berfungsi di mana semua elemen alam akan memiliki fungsi timbal balik yang akan bermanfaat bagi manusia, selaras dengan prinsip-prinsip pengelolaan lahan yang telah terlebih dahuli sukses dilakukan oleh penduduk asli Australia.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Salsabila Budianto
Abstrak :
Manusia berevolusi untuk bertahan hidup, tetapi mereka lupa dengan asal muasal mereka. Mereka mengambil dari alam tanpa memikirkan cara untuk memperbaiki apa yang telah mereka rusak. Dengan latar belakang studi kasus di Australia, riset menunjukan bahwa pemilik tradisional tanah Australia (Suku Aborigin) memiliki pengetahuan turun temurun mengenai keadaan alam di tanah mereka sendiri. Mereka mengunakan metode pengolahan tersendiri untuk lansekap berkelanjutan, tujuan utama proyek ini adalah untuk menciptakan karya arsitektural yang mengharuskan penghuninya untuk merubah gaya hidup mereka. Mengimplementasikan metode untuk merawat alam dan memotivasi penghuni agar menjadi lebih sosial ke warga sekitar dan melestarikan lingkungan dengan menanam sendiri tanaman endemik dan makanan sendiri. Lokasi pembuangan seperti Beaconsfield Quarry adalah contoh yang sempurna situs yang rusak, siap untuk diberikan penanggulangan khusus dengan diterapkan proyek lansekap berkelanjutan dengan merubah gaya hidup warganya. ......Human evolve to survive, but they tend to forget where they came from. They take from nature without thinking about giving back to mother nature. With a background case study of Australia, research has shown that the traditional owners of the land (Aboriginal people) develop this amazing knowledge of their own land. They use specific cultivation technique to regenerate the landscape. The main goal is to create architecture that requires the resident to change their way of living. Implementing the idea of giving back to the land and encouraging residents to be sociable and environmentally sustainable by planting their own endemic plants and possibly their own food. A dumping site quarry in Beaconsfield is a perfect example of a destroyed site, ready to be regenerated by the development of the project and the implementation of changing the behaviour of residents.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library