Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astuti Yuni Nursasi
"Penurunan fungsi gerak menjadi salah satu penyebab stress bagi lansia karena dapat mengganggu mobilisasi dan prokdutivitas lansia. Situasi stress memotivasi individu (lansia) untuk melakukan perlawanan yang dikenal sebagai koping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi koping yang umum digunakan lansia terhadap penurunan fungsi gerak. Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 05, 08, 11, Kel. Cipinang Muara Jakarta Timur. Responden yang terlibat dalam penelitian sebanyak 46 orang. Usia responden berkisar.antara 60-89 tahun. Janis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 65,22%. Responden yang masih mempunyai pasangan hidup sebanyak 52,17% dan sisanya hidup tanpa pasangan yaitu janda 41,30% dan duda 6,52%. Angket dikembangkan mengacu pada delapan jenis koping sesuai pedoman koping oleh Folkman & Lazarus yaitu konfrontasi, dukungan sosial, penyelesaian masalah, kontrol diri, penanggulangan peristiwa, penilaian yang positif, menerima tanggung jawab, pengingkaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia menggunakan ke delapan jenis koping tersebut. Dan hasil perhitungan didapatkan bahwa usia tidak menentukan jenis koping yang dipilih oleh responden. Sebagian besar responden menggunakan koping yang adaptif sedangkan koping maladaptif digunakan oleh 30,43% responden untuk koping kontrol diri; 13,04% responden untuk koping penanggulangan peristiwa dan 63,04% untuk koping pengingkaran. Selanjutnya, perbedaan yang nyata dalam penerapan koping tampak pada jenis kelamin. Sebagian besar responden wanita berupaya untuk melawan kondisi penurunan fungsi gerak. 47,83% responden wanita menggunakan koping konfrontasi dan 36,96% menggunakan koping dukungan sosial. Berbeda dengan responden pria hanya 21,7% responden yang menggunakan konfrontasi dan 17,39% yang menggunakan dukungan sosial. Penggunaan koping oleh para responden juga dapat dilihat berdasarkan status pernikahan. Lansia pria yang hidup tanpa pasangan (duda), dalam penelitian ini (3 orang) hanya memilih koping konfrontasi, kontrol diri yang adaptif pengingkaran yang maladaptif sebanyak 6,52%. Sementara itu jenis koping yang lain hanya digunakan oleh satu orang lansia. Setiap jenis koping dalam penelitian digunakan oleh responder konfrontasi merupakan koping yang banyak dipilih oleh janda lansia (30,43%). Sebaliknya penanggulangan peristiwa yang adaptif hanya dipilih oleh satu orang lansia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Yuni Nursasi
"Penurunan fungsi gerak menjadi salah satu penyebab stress bagi lansia karena dapat mengganggu mobilisasi dan produktivitas lansia. Situasi stress memotivasi individu (lansia) untuk melakukan perlawanan yang dikenal sebagai koping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi koping yang umum digunakan lansia terhadap penurunan fungsi gerak. Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 05, 08 11, Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Responden yang terlibat dalam penelitian sebanyak 46 orang. Usia responden berkisar antara 60-89 tahun. Jenis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 65.22%. Responden yang masih mempunyai pasangan hidup sebanyak 52.17% dan sisanya hidup tanpa pasangan yaitu janda 41.30% dan duda 6.52. Angket dikembangkan mengacu pada delapan jenis koping sesuai pedoman koping oleh Folkman & Lazarus yaitu konfrontasi, dukungan sosial, penyelesaian masalah, kontrol diri, penanggulangan peristiwa, penilaian yang positif, menerima tanggung jawab, penginkaran. hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia menggunakan ke delapan jenis koping tersebut. Sebagian besar responden menggunakan koping yang adaptif, sedangkan kping maladaptif digunakan oleh 30.43% responden untuk koping kontrol diri; 13.04% responden untuk koping penanggulangan peristiwa dan 63.04% untuk koping pengingkaran. Selanjutnya perbedaan yang nyata dalam penerapan koping tampat pada jenis kelamin. Sebagian besar responden wabita berupaya untuk melawan koping penurunan fungsi gerak. 47.83% responden wanita menggunakan koping konfrontasi dan 36.96% menggunakan koping dukungan sosial. Berbeda dengan responden pria hanya 21.7% responden yang menggunakan konfrontasi dan 17.39% yang menggunakan dukungan sosial. Penggunaan koping oleh para responden juga dapat dilihat berdasarkan status pernikahan.

The elderly's coping to the decrease of musculoscetal function at Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta. The elderly naturally experiences the decrease of musculosceletal function as consequences of physical changes process. Frequently, these changes cause some disturbances like limited mobilization and their productivity. For some circumstances, it causes stressfull moment for them. Thes stressors motivate the elderly to adjust to the situation, which is named coping. The purpose of this study is to identify the coping strategy which is used by the elderly to cope with the decree of musculosletal function. This study conducted at RW 05, RW 08 and RW 11 at Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta. The participants age range between 60-89 years old. Mostly are women (65.2%). Their marital status varied from married (52.17%) widows (41.30), and widowers (6.52%). The questionnaire was developed using the ways of coping instrument by Folkman and Lazarus. These coping consist of confrontative, seeking social support, planful problem solving, self control, distancing, positive reappraisal, accepting respnsibility and escape /avoidance. The result shows that the participants used all those types of coping. The age does not determine the coping that they have been used. Most participants use adaptive while the maladaptive coping is used by 30.43% for self control; 13.04% for distancing; and 63.04% for escape/avoidance. In contrast, gender demonstrated the significant differences. Elderly female put a lot efforts to cope with their limited mobilization. The use confrontative (47.83%) and seeking social support (36.96%). Elderly male only use confrontative (21.7%) and seeking social support (36.96%).
"
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Irsa Putri
"ABSTRAK
Depresi merupakan masalah psikososial yang sering terjadi pada lansia akibat ketidakmampuan adaptasi masa tua. Aktivitas fisik dapat mencegah timbulnya masalah psikososial pada lansia. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif cross sectional dengan teknik consecutive sampling yang bertujuan untuk melihat gambaran tingkat depresi lansia yang melakukan senam. Pengumpulan data menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale. Hasil penelitian terhadap 74 lansia yang mengikuti senam didapatkan mayoritas 65% lansia yang aktif senam tidak mengalami depresi sedangkan 58,8% lansia yang tidak aktif senam lebih banyak mengalami depresi ringan. Oleh karena itu, perawat dan petugas panti perlu memotivasi lansia untuk melakukan senam lansia secara rutin sehingga dapat menurunkan kejadian depresi di panti.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
610 JKI 19:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Yuni Nursasi
"Penurunan fungsi gerak menjadi salah satu penyebab stress bagi lansia karena dapat mengganggu mobilisasi dan prokdutivitas lansia. Situasi stress memotivasi individu (lansia) untuk melakukan perlawanan yang dikenal sebagai koping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi koping yang umum digunakan lansia terhadap penurunan fungsi gerak. Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 05, 08, 11, Kelurahan Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Responden yang terlibat dalam penelitian sebanyak 46 orang. Usia responden berkisar antara 60-89 tahun. Jenis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 65,22%. Responden yang masih mempunyai pasangan hidup sebanyak 52,17% dan sisanya hidup tanpa pasangan yaitu janda 41,30% dan duda 6,52%. Angket dikembangkan mengacu pada delapan jenis koping sesuai pedoman koping oleh Folkman & Lazarus yaitu konfrontasi, dukungan sosial, penyelesaian masalah, kontrol diri, penanggulangan peristiwa, penilaian yang positif, menerima tanggung jawab, pengingkaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia menggunakan ke delapan jenis koping tersebut. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa usia tidak menentukan jenis koping yang dipilih oleh responden. Sebagian besar responden menggunakan koping yang adaptif, sedangkan koping maladaptif digunakan oleh 30,43% responden untuk koping kontrol diri; 13,04% responden untuk koping penanggulangan peristiwa dan 63,04% untuk koping pengingkaran. Selanjutnya, perbedaan yang nyata dalam penerapan koping tampak pada jenis kelamin. Sebagian besar responden wanita berupaya untuk melawan kondisi penurunan fungsi gerak. 47,83% responden wanita menggunakan koping konfrontasi dan 36,96% menggunakan koping dukungan sosial. Berbeda dengan responden pria hanya 21,7% responden yang menggunakan konfrontasi dan 17,39% yang menggunakan dukungan sosial. Penggunaan koping oleh para responden juga dapat dilihat berdasarkan status pernikahan.

The elderly’s coping to the decrease of musculosceletal function at Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta. The elderly naturally experiences the decrease of musculosceletal function as consequences of physical changes process. Frequently, these changes cause some disturbances like limited mobilization and their productivity. For some circumstances, it causes stressfull moment for them. These stressors motivate the elderly to adjust to the situation, which is named coping. The purpose of this study is to identify the coping strategy which is used by the elderly to cope with the decrese of musculosceletal function. This study conducted at RW 05, RW 08, and RW 11 at Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta. The participants’ age range between 60-89 years old. Mostly are women (65.2%). Their marital status varied from married (52.17%), widows (41.30%), and widowers (6.52%). The questionnaire was developed using the ways of coping instrument by Folkman and Lazarus. These coping consist of confrontative, seeking social support, planful problem solving, self control, distancing, positive reappraisal, accepting responsibility, and escape/avoidance. The result shows that the participants used all those types of coping.The age does not determine the coping that they have been used. Most participants use adaptive coping, while the mal adaptive coping is used by 30.43% for self control; 13.04% for distancing; and 63.04% for escape/avoidance. In contrast, gender demonsrates the significant differences. Elderly female put a lot efforts to cope with their limited mobilization. They use confrontative(47.83%) and seeking social support (36.96%). Elderly male only use confrontative (21.7%) and seeking social support (36.96%).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Rahmadiyah
"Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita (6-24 Bulan). Balita merupakan kelompok risiko yang mudah terkena masalah kesehatan diantaranya masalah pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan yang sesuai dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dan karakteristik keluarga dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (6-24 bulan) di Posyandu Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional dengan 102 sampel keluarga dengan balita usia 6-24 bulan yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan tidak ada hubungan pemberian MP-ASI dengan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan faktor langsung yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita adalah nutrisi dimana balita usia 6-24 bulan masih diberikan ASI. Hasil penelitian didapatkan lebih banyak Ibu yang memberikan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman pemberian MPASI memiliki balita dengan pertumbuhan baik dan perkembangan yang sesuai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan tumbuh kembang balita melalui peningkatan promosi kesehatan tentang pentingnya MP-ASI sesuai pedoman dan melanjutkan menyusui pada balita usia 6-24 bulan.

A toddler is a group on the stage of human development that is vulnerable to the risk affecting their health specifically about their growth and development. Providing the appropriate nutrition to toddlers during this risky age of 6 to 24 months is crucial in promoting a proper growth and development. The proper nourishment for toddlers at the age of 6 to 24 months includes breast-feeding and complimentary solid foods. The objective of this study was to determine the correlation between the specific characteristics of a family or a household and the provision of complementary feeding about the growth and development of children (6-24 months) in the village of Curug Cimanggis, Depok. This study used a descriptive correlational, cross-sectional approach using a sample that consisted of 102 children aged 6-24 months, which were collected using a proportional cluster sampling. Based on the Chi Square test, the researchers found no correlation between the provision of complementary feeding with a child?s growth and development. This is because breast-feeding as the source of nourishment is still the major factor that directly influences the growth and development of any toddler between the age of 6-24 months. However, by applying better financial management in conjunction with the ability to modify the practices of how families feed their toddlers, a family may raise and nurture their toddlers so they may grow according to the proper stages of development. The results of this study are expected to serve as an input in improving toddlers? health care concerning their growth and development by promoting the importance of providing the appropriate complimentary food by the proper guidelines while continuing to breast feed toddlers between the age of 6 to 24 months."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahya Rahmadiyah
"A toddler is a group on the stage of human development that is vulnerable to the risk affecting their health specifically
about their growth and development. Providing the appropriate nutrition to toddlers during this risky age of 6 to 24
months is crucial in promoting a proper growth and development. The proper nourishment for toddlers at the age of 6 to
24 months includes breast-feeding and complimentary solid foods. The objective of this study was to determine the
correlation between the specific characteristics of a family or a household and the provision of complementary feeding
about the growth and development of children (6-24 months) in the village of Curug Cimanggis, Depok. This study
used a descriptive correlational, cross-sectional approach using a sample that consisted of 102 children aged 6-24
months, which were collected using a proportional cluster sampling. Based on the Chi Square test, the researchers found
no correlation between the provision of complementary feeding with a child?s growth and development. This is because
breast-feeding as the source of nourishment is still the major factor that directly influences the growth and development
of any toddler between the age of 6-24 months. However, by applying better financial management in conjunction with
the ability to modify the practices of how families feed their toddlers, a family may raise and nurture their toddlers so
they may grow according to the proper stages of development. The results of this study are expected to serve as an input
in improving toddlers? health care concerning their growth and development by promoting the importance of providing
the appropriate complimentary food by the proper guidelines while continuing to breast feed toddlers between the age
of 6 to 24 months.
Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita (6-24
Bulan). Balita merupakan kelompok risiko yang mudah terkena masalah kesehatan diantaranya masalah pertumbuhan
dan perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan yang sesuai dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan. Pemberian nutrisi pada balita usia 6-24 bulan meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dan karakteristik
keluarga dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (6-24 bulan) di Posyandu Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis, Depok. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional dengan 102 sampel
keluarga dengan balita usia 6-24 bulan yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan
tidak ada hubungan pemberian MP-ASI dengan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dikarenakan faktor langsung
yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita adalah nutrisi dimana balita usia 6-24 bulan masih diberikan
ASI. Hasil penelitian didapatkan lebih banyak Ibu yang memberikan MP-ASI yang sesuai dengan pedoman pemberian
MPASI memiliki balita dengan pertumbuhan baik dan perkembangan yang sesuai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan tumbuh kembang balita melalui peningkatan promosi
kesehatan tentang pentingnya MP-ASI sesuai pedoman dan melanjutkan menyusui pada balita usia 6-24 bulan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ressa Andriyani Utami
"ABSTRAK
Cedera menyebabkan 5,8 juta kematian di dunia dan 16% kasus cedera menyebabkan kecacatan. Faktor perilaku anak usia sekolah yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan terkait pencegahan cedera berpengaruh terhadap kejadian cedera. Strategi pencegahan cedera yang dilakukan adalah dengan Model Sandi (Simbol Andi) menggunakan video animasi dengan tokoh bernama Andi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Model Sandi dalam pencegahan cedera pada tatanan komunitas, khususnya di lingkungan sekolah. Desain penelitian ini adalah quasi experiment pre-post test without control group. Jumlah sampel penelitian sebanyak 136 anak usia sekolah berusia 11-12 tahun yang dipilih melalui teknik cluster sampling. Pengetahuan mengenai pencegahan dan penanganan cedera meningkat sebesar 2,18 poin dengan SD=1,60, sikap mengenai pencegahan dan penanganan cedera meningkat sebesar 1,97 poin dengan nilai SD=0,99 dan keterampilan mengenai pencegahan dan penanganan cedera meningkat sebesar 2,06 poin dengan nilai SD=2,19. Hasil analisis menujukkan adanya perubahan yang bermakna pada pengetahuan, sikap dan keterampilan sebelum dan sesudah diberikan intervensi (p <0,05). Intervensi Model Sandi diharapkan dapat dijadikan salah satu pendekatan intervensi keperawatan dalam menyelesaikan permasalahan risiko cedera pada anak usia sekolah."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
610 JKI 22:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Yuni Nursasi
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Ariyani
"ABSTRACT
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan baik di Indonesia maupun dunia.
Kesembuhan TB dapat dicapai melalui upaya manajemen diri diantaranya dengan minum OAT secara teratur,
konsumsi nutrisi yang sehat, olahraga dan latihan otot pernafasan, tidak merokok dan perilaku pencegahan penularan.
Manajemen perawatan diri diperlukan oleh penderita TB paru untuk mengelola kegiatan sehari-hari sehingga dapat
mendukung kesembuhan. Pelaksanaan manajemen perawatan diri berhubungan dengan karakteristik penderitanya
yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, klasifikasi penyakit, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan. Jenis
penelitian adalah kuantitatif dengan desain analitik korelatif menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel
berjumlah 62 orang dengan alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis Chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sub variabel usia (p= 0,002; α = 0,05) dan tingat pengetahuan
klien TB Paru dengan manajemen perawatan diri (p=0,001; α= 0,05). Perlunya dukungan terhadap responden yang
belum memiliki manajemen diri yang baik melalui peran perawat sebagai educator dengan kemampuan
mengembangkan metode pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan klien TB Paru tentang manajemen
perawatan diri.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a contagious disease that poses a health problem both in Indonesia and the world. TB cure can
be achieved through self-management efforts such as by drinking Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) on a regular basis,
the consumption of healthy nutrition, exercise and respiratory muscle exercise, not smoking and infection prevention
behaviors. Self-care management required by pulmonary tuberculosis patients to manage daily activities in order to
support the recovery. Implementation of self-care management of patients related to characteristics that include age,
gender, occupation, disease classification, level of education and level of knowledge. This type of research is
quantitative analytic design with cross sectional correlative approach. Sample of 62 people with the means of data
collection using a questionnaire with Chi-square analysis. The results showed that there is a relationship between the
sub variables of age(p= 0,002; α = 0,05) and knowledge level of pulmonary TB clients with the management of self
care (p=0,001; α= 0,05). Support is needed among respondents who do not have good self-management through the
role of nurses as educators with the ability to develop health education methods to improve knowledge of TB client
about self-care management."
2016
S63978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Fattah
"ABSTRAK
Maraknya perilaku hubungan seks pranikah pada periode dewasa awal 18-25 tahun , berkontribusi terhadap meningkatnya Penyakit Menular Seksual, dan dampak psikis yang buruk. Faktor keluarga dianggap menjadi salah satu prediktor utama tingginya perilaku tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah. Dimana, persepsi diyakini sangat erat kaitannya terhadap perilaku. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 110 orang dewasa awal berusia 18-25 tahun yang belum pernah menikah. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan persepsi dewasa awal terhadap hubungan seks pranikah p=0,005 . Semakin baik dukungan keluarga yang dirasakan maka kecenderungan dewasa awal untuk memiliki persepsi yang negatif juga lebih besar. Dengan begitu diharapkan keluarga mampu memberikan dukungan yang optimal demi mendorong kesuksesan perkembangan dewasa awal, serta optimalisasi peran keperawatan komunitas dan keluarga untuk menyokong kesehatan keluarga secara bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.

ABSTRACT
The occurrence of premarital sex behaviour among emerging adulthood 18 25 years old through these years, have contributed to an increase in sexually transmitted diseases, and negative psychological impacts. Family was considered to be main predictors that high related to individual rsquo s behaviour. This research aimed to explore the relationship between family social support and sexual perception among emerging adults, specifically to premarital sex activities. However, perception is believed closely related to individual rsquo s behaviour. This quantitative research involves 110 unmarried emerging adults at 18 25 years old in Kelurahan Manggarai, South Jakarta. The results of the study shows there are significant relationship between family social support and perception of premarital sex in emerging adulthood p 0,005 . The better family social support has perceived the greater tendency of having negative perception in premarital sex activities. Family is important and be able to provide optimal social support for successful development of emerging adulthood."
2017
S69315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>