Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachma Aditria Suci
"ABSTRAK
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh penghuni di gedung perkantoran. SBS dapat disebabkan karena kualitas udara dalam ruang dan karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri di udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Arsip Nasional Republik Indonesia. Digunakan desain studi cross sectional, variabel independen yaitu jumlah total koloni, variabel confounding yaitu suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi dan kebiasaan merokok. Analisis statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS pada pegawai di Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2019 sebesar 60%. Dari 9 variabel yang diuji, hanya variabel usia (OR= 0,43; 95%CI= 0,189-0,969) yang berhubungan signifikan secara statistik.

ABSTRACT
Sick Building Syndrome (SBS) is one of the problems that are often experienced by residents in office buildings. SBS can be caused due to indoor air quality and individual characteristics. This study aims to determine the relationship between the total amount of bacterial colonies in the air in indoor office with SBS at Arsip Nasional Republik Indonesia. Cross sectional study design was used, the independent variables was the total number of colonies. The confounding variables were temperature, relative humidity, lighting, age, gender, working period, history of allergies and smoking habits. Statistical analysis gives the results of the proportion of SBS events to employees at Arsip Nasional Republik Indonesia in 2019 is 60%. Of the 9 variables tested, only the age variable (OR=0.43; 95%CI=0.189-0.969) was statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Laelasari
"Timah hitam (Pb) adalah logam yang berbahaya, akan tetapi juga berguna sebagai bahan tambahan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Bahaya yang ditimbulkan adalah keracunan darah, penurunan tingkat kepandaian anak (IQ) dan gangguan alat reproduksi.
Jakarta menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki atmosfer terkotor di dunia, dan penyebab utamanya adalah emisi kendaraan bermotor. Kadar Pb rata-rata diatas standar WHO yaitu melebihi 1,8 ug/m3, sehingga dapat dibayangkan bahwa penduduk Jakarta telah terkontaminasi oleh Pb, .
Mengingat wanita hamil adalah segment terpenting dalam suatu peristiwa kelahiran generasi baru. Dampak Pb terhadap kesehatan dan reproduksi patut menjadi peringatan bagi sektor kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Penelitian ini bersifat Studi Kohort Historis Prospektif Pengaruh Timah Hitam (Pb) terhadap Kesehatan Ibu Hamil 8 bulan di dua lokasi yang berbeda, kemudian ditelusuri sampai kelahiran bayinya dan dipantau berat badan dari bayi yang dilahirkannya.
Penelitian ini memfokuskan kepada faktor-faktor dan lingkungan dan individu yang ditelusuri ke masa lampau atau bersifat historis untuk dapat menerangkan lebih lanjut mengenai riwayat keterpaparan Pb ke dalam darah ibu hamil. Selanjutnya pengaruh Pb yang ada di dalam darah ibu hamil dilihat dampak yang muncul melalui jalur perantara yaitu kejadian anemia dan pengaruh langsung terhadap kelahiran BBLR.
Data-data dalam penelitian ini adalah primer dan original, yang dikumpulkan dengan mengunakan analisa darah di laboratorium dan kuesioner. Pengambilan data dilaksanakan ketika kehamilan berusia 8 bulan, di dua lokasi yang berbeda dengan asumsi awal ibu hamil yang berasal dari lokasi yang diperkirakan memiliki kualitas udara yang bersih dan ibu hamil yang berasal dari lokasi yang memiliki kualitas udara yang kotor. Sedangkan pemantauan berat badan bayi yang lahir dilakukan secara susul menyusul menurut perkiraan part-as dari setiap ibu hamil.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan riwayat status pekerjaan, lama kerja serta jenis alat transportasi yang biasa digunakan ibu hamil dengan keberadaan Pb didalam darah ibu hamil. Di temukan hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi BBLR, sedangkan hubungan antara kadar Pb darah ibu hamil dengan kejadian BBLR itu sendiri ternyata tidak dapat dibuktikan secara statistik.

Lead is a harmful chemical and also useful metal for gasoline addition in transportation sector. The harmful things as air pollution is able to cause systemic toxicity in blood, IQ descent and reproduction disorder. Jakarta is the 3rd grade culmination of unclean atmosphere in the world. One of the causes of air pollution is lead emission. The average lead pollution in Jakarta atmosphere is over 1,8 .µg/m3 whereas the standard of World Health Organization, and so people in Jakarta was already contaminated by lead in their blood. Remember of pregnant women is the crucial segment of birth of future have to give special warning in Public Health and Environmental sector specially to the government that making generation on all the long centuries. Impact of lead in their health and pregnancy adjustment of gasoline regulation in Indonesia.
There are a lot of studies of lead and impact of it that have been done in many countries in the worldwide. This research is a new study of lead impact on reproduction particularly in women reproduction that causes the low birth weight infant.
In this research, we've done a community base approach to kinetic agent or the way of some factors that contributed in contaminating process of lead as pollutant through human reproduction with a longitudinal historical-prospective cohort study.
71 pregnant women who had a blood analysis, we searching their historical background related with Pb contact and we follow trough to the future until they delivery their babies. We have founded in this research correlation between Pb in blood with occupational status, working period; kinds of daily transportation and a association between anemia and Low Birth Weight (LBW) infant, but we can not found association between Pb level in blood with anemia nor LBW.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qory Rahmaniah
"COVID-19 merupakan penyakit yang dapat mudah menular, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Di Indonesia, tepatnya di Jakarta terdapat 424.009 kasus konfirmasi COVID-19 memiliki sekitar 1.346.243 kontak erat. COVID-19 menjadi salah satu penyakit yang mudah menular melalui kontak erat. Oleh karena itu, dalam mencegah penyebaran COVID-19, dibutuhkan adanya contact tracing, karantina, dan isolasi untuk memutus rantai penularan COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas contact tracing, karantina, dan isolasi dalam mengendalikan COVID-19. Desain penelitian menggunakan kajian sistematis (systematic review). Literatur diperoleh melalui pencarian pada 4 database, yaitu PubMed, ProQuest, ScienceDirect, dan Scopus. Literatur yang didapatkan sebanyak 18 artikel (8 artikel menggunakan observational study dan 10 artikel menggunakan modeling study) yang dipublikasikan pada tahun 2020 dan 2021. Literatur yang digunakan melaporkan manfaat dari contact tracing, karantina, dan isolasi terhadap pengendalian COVID-19. Menurut penelitian yang dilakukan, contact tracing efektif dalam mencari kontak erat, sehingga dapat mencegah adanya onward transmission (penularan lebih lanjut) COVID-19. Sedangkan studi permodelan menyatakan bahwa dengan dilakukannya karantina sebesar 50% hingga 100%, dapat menurunkan kasus terkonfirmasi COVID-19 sebesar 61,39% hingga 87,12%. Isolasi kasus dapat mengontrol epidemi jika dikombinasikan dengan pelacakan/karantina kontak, sehingga dapat membuat nilai R dibawah 1 dan karenanya secara efektif dapat mengendalikan pandemi COVID-19.

COVID-19 is a disease that can be easily transmitted, either through direct or indirect contact. In Indonesia, to be precise in Jakarta, there are 424.009 confirmed cases of COVID-19 and around 1.346.243 close contacts. COVID is a disease that is easily transmitted through close contact. Therefore, preventing the spread of COVID-19 requires contact tracing, quarantine, and isolation to break the chain of transmission of COVID-19. This study aimed to determine the effectiveness of contact tracing, quarantine, and isolation in controlling COVID-19. The method used is a systematic review. Literatures was obtained by searching 4 databases, namely PubMed, ProQuest, ScienceDirect, and Scopus. The literature obtained was 18 articles (8 articles observational studies and 10 articles modeling studies) published in 2020 and 2021. The literature reported the benefits of contact tracing, quarantine, isolation for controlling COVID-19. According to research conducted, contact tracing is effective in finding close contacts to prevent onward transmission of COVID-19. Meanwhile, a modeling study states that quarantine by 50% to 100% can reduce confirmed cases of COVID-19 by 61,39% to 87,12%. Case isolation can control the epidemic when combined with contact tracing/quarantine, so it can bring the R-value below 1 and therefore can effectively control the COVID-19 pandemic.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Subari
"ABSTRAK
Sehat Bagi Semua Tahun 2000 bertekad akan menurunkan angka kematian bayi sampai 50 per 1000 kelahiran hidup. Di Jawa Barat angka kematian bayi tahun 1992 relatif masih tinggi bila dibanding dengan propinsi lainnya. Laju penurunan angka kematian bayi pada masa yang akan datang akan menghadapi Hard Rock. Intervensi biologis telah berhasil menurunkan angka kematian balita namun terbatas bidangnya, masih perlu program intervensi mendasar kearah lingkungan hidup yang erat dengan balita, yakni rumah. Masalahnya adalah kondisi lingkungan fisik rumah yang bagaimana berkaitan dengan peristiwa kematian dan kesakitan balita di Jawa Barat 1992. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi tentang keterkaitan antara kondisi lingkungan fisik rumah dengan peristiwa kematian dan kesakitan balita, serta mencari ide Sanitary-Barrier yang dapat menunjang upaya penurunan kematian dan kesakitan balita.
Subyek penelitian ini adalah rumah yang terdapat balita (sehat, sakit, mati). Variabel independen adalah kondisi lingkungan fisik rumah yang potensial sebagai media penyakit pada balita dan dikelompokkan dalam jenis-jenis barrier infeksi penyakit. Penyakit pada balita yang dipilih adalah ISPA, Diare dan Tetanus.
Kerangka konsep bertolak model analisis Mosley dipenggal pada faktor lingkungan dan disederhanakan. Jenis penelitian studi analitik data sekender jenisnya Cross sectional; variabel bersifat given ; ada keterbatasan dalam memilih variabel dan analisis hubungan kausal. Pengukuran kondisi lingkungan fisik secara justifikasi menjadi 2 kelompok kondisi unsaniter dan saniter. Analisa data dengan uji Odd Ratio dan Chi Square untuk mengetahui keterkaitan lingkungan fisik rumah dengan peristiwa kematian dan kesakitan balita.
Sebagai hasil penelitan, kondisi lingkungan fisik rumah yang berkaitan menjadi resiko terhadap peristiwa kematian dan kesakitan balita yang bermakna adalah unsur-unsur: polusi asap dapur, sumber air bersih, air pencuci piring, pembuangan sampah, dinding rumah. Perbaikan pada ke lima unsur ini merupakan Sanitary Barrier untuk menunjang upaya penurunkan angka kematian dan kesakitan balita di Jawa Barat.

Health For All by the year 2000 has aimed to reduce IHR to 50 per 1000 live birth. In West-Java IHR in 1992 was relatively highs comparing with other provinces. A breakthrough of IHR in the future will face Hard Rock. A biological intervention have success to reduce IHR but only in limited area, and still need a fundamental intervention program toward living environment which are closed to under five years children, that is housing. The problem is what kind of fiscal environmental condition of houses are related to the occurrence of mortality and morbidity on under five years children in West Java in 1992. The objective of the study is to obtain information on the relationship between fiscal environmental condition of houses with the occurrence of mortality and morbidity on under five years children, and to seek idea Sanitary-Barrier that could support an effort to reduce the occurrence of mortality and morbidity on under five years children.
The subject of study is a house with under five years children (healthy, sick, or dead). The independent variable is physical environmental condition of houses, which are potential as media of diseases to fewer than five years children and are categorized into various types of barrier of infectious diseases.
The conceptual framework based on Hosleys analysis model which is cut on the environmental factor and is simplified. The research type Is &n analytic study of secondary data, a Cross Sectional type; variables are given; there are limitation in selecting variable, and analyzing causal relationship. The measurement of physical environmental condition is justified into two groups, sanitary and unsanitary condition. Data analysis are carried out with Old Ratio and Che Spare test to see the relationship between physical environment of houses with the occurrence of mortality and morbidity on under five years children.
As a result of the research, physical environmental condition of houses which have relation or au a significant risk to the occurrence of mortality and morbidity on under five years children is the elements of: kitchen smoke population, clean water resources, plate washing water, refuse disposal, and dust on the wall. The improvement of these elements is a Sanitary Barrier to support an effort of reduction of under five gears mortality and morbidity rate in west Java.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anance Kotouki
"Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi paru-paru yang mengakibatkan kematian. Data dari WHO tahun 2006 kasus tuberkulosis di Indonesia setiap tahun bertambah 25% dan sekitar 140.000 jiwa terjadi kematian. Prevalensi Tuberkulosis nasional adalah 725/ 100.000 penduduk/tahun. Propinsi Jawa Barat yaitu 937/100.000 penduduk/ tahun. (Riskesdas, 2010). Temuan kasus TB paru BTA positif di puskesmas Ciomas (110/ 100.000 penduduk/ tahun) di atas temuan kasus TBC paru BTA positif oleh Kabupaten Bogor 107/ 100.000 penduduk/ tahun. Sehingga peneliti ingin meneliti tentang ?Gambaran Perilaku Penderita dan Resiko Tuberkulosis BTA Positf Dengan Kepatuhan Minum Obat dan Kebiasaan Membuang Dahak di Wilayah Puskesmas Ciomas?.
Penelitian kuantitatif deskriptif, menggunakan kuesioner, analisis deskriptif univariat. Lebih dari separuh responden penderita tuberkulosis di puskesmas Ciomas kabupaten Bogor berumur ≥45 tahun 57,7%. Lebih dari separuh berjenis kelamin laki-laki 60,6%. Hampir separuh ibu rumah tangga 31,0%. Sebagian besar pada tingkat pendidikan rendah 78,9%. Sebagian besar tidak mendapat imunisasi 77,5%. Hampir separuh tidak tahu penatalaksanaan minum obat 29,6%. Setengah dari separuh tidak tahu dahak dapat menular 23,9%. Setengah dari separuh tidak patuh minum obat 25,4%. Lebih dari sepruh buang dahak sembarang 52,1%.
Pulmonary tuberculosis is a disease of the lung infection that resulted in death. Data from the 2006 WHO TB cases each year in Indonesia increased 25% and death occurred about 140,000 souls. Data Riskesdaskes the 2010 national TBC prevalence is 725 / 100,000 population / year. West Java province is 937 / 100,000 population / year. Data discovery of smear positive pulmonary TB cases in health centers is still above Ciomas (110/100 000 population / year) while the data is the discovery of smear-positive pulmonary tuberculosis cases by the Bogor District 107/100 000 population / year. Therefore, researchers wanted to explore more about " Description Behavior of Patient and the Risk of Tuberculosis With Adherence Drinking Drug and Habits Throw Phlem in the Regional Health Center Ciomas Regency Bogor of Province West Java In 2012?.
Knowledgeable illustration purposes the behavior of respondents and the risk of tuberculosis with drug compliance and dispose of sputum in patients with pulmonary tuberculosis AFB (+) at the health center Ciomas Bogor regency of West Java province in 2012. This type of research is descriptive quantitative research. Data collection using questionnaires. Data analysis using descriptive univariate Analysis. Some respondents tuberculosis clinic in the region of Bogor district Ciomas ≥ 45 years old 57.7%. Some of the male sex 60.6%. Some of the work of the housewife has 31.0%. Most of the low educational level 78.9%. Most are not immunized 77.5%. Some do not know the medication management of 29.6%. Some do not know can infection sputum 23,9%. Some do not take medication adherence 25.4%. Most of any sputum mebuang 52.1%.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darwel
"TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 400/100.000 penduduk sedangkan hasil Riskesdas 2010 sebesar 725/100.000 penduduk begitupun di Sumatera. Selain adanya sumber penular, kejadian TB paru juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, lantai serta kepadatan hunian rumah). Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda berdasarkan faktor umur, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang dengan sampel penelitian penduduk yang berumur diatas 15 tahun di Sumatera yang berjumlah 38.419 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru di Sumatera adalah ventilasi rumah PR 1,314 (90% CI:1,034-1,670), pencahayaan PR 1,564 (90% CI:1,223-2,000) dan kepadatan hunian PR 1,029 (90% CI:0,798-1,327). Dari model akhir didapatkan bahwa hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda signifikan berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin.

Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the world, including in Indonesia as a country with a high prevalence of pulmonary tuberculosis. According to the basic medical research in 2007 obtained prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia for 400/100.000 population while the results in 2010 for 725/100.000 population as did the population in Sumatera. In addition to the transmitting source, the occurence of pulmonary tuberculosis is also influenced by house environmental factors (ventilation, lighting, flooring and density of residential houses). The low percentage of healthy homes contribute to the transmission of suspected pulmonary tuberculosis in Indonesia.
The purpose of this study was to determine whether the association of physical environmental conditions of the house with the occurence of pulmonary tuberculosis different by factors age, sex and area of residence in Sumatera. This study uses a cross-sectional study design with a sample of the study population over the age of 15 years in Sumatera, which amounted to 38,419 respondents. Patients with pulmonary tuberculosis diagnosis obtained by health professionals through the examination of sputum or lung rongten.
From the research found that the factor of the physical environment the home is at risk on the occurence of pulmonary tuberculosis in Sumatera is ventilated house PR 1.314 (90% CI :1.034,1.670), lighting PR 1.564 (90% CI :1.223,2.000) and the density of residential PR 1.029 (90% CI :0.798,1.327). From the final model was found that the relationship of the physical environment house with pulmonary tuberculosis occurence in Sumatera different significantly by age and gender.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T30431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Kusetiarini
"Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun). Di Kabupaten Madiun penyakit ISPA menjadi urutan pertama penyakit dalam 10 penyakit terbesar di banyak puskesmas. Meskipun jumlah total kasus ISPA di kabupaten Madiun mengalami penurunan, tapi di Puskesmas Simo mengalami peningkatan.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor karakteristik balita, perilaku menutup mulut saat batuk/bersin dan lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA non pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Simo Kabupaten Madiun Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain potong lintang. Jumlah sampel 106 orang diambil secara sampel proposional. Uji statistik yang digunakan adalah kai kuadrat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA non Pneumonia pada balita adalah kelembaban, ventilasi, kepadatan hunian, merokok dalam rumah, bahan bakar minyak tanah/kayu dan penggunaan obat nyamuk bakar.

Acute respiratory infections (ARI) Disease is still a major health problem. Cough and cold episodes of illness in infants in Indonesia is estimated at 3 to 6 times per year (average of 4 times per year). Respiratory illness in Madiun Regency became the first disease in the 10 largest disease in many centers. Although the total number of ARI cases in Madiun Regency has decreased, but at the Simo health center has increased.
This study aims to determine the characteristics of children under five factors, the physical environment of the home, the source of pollution in the home and closing mouth behavior when coughing / sneezing with the incidence of non pneumonia ARI in infants in Simo Health Center, Madiun Regency 2012. This type of research is quantitative with cross-sectional research design. The number of samples taken 106 people in a proportional sample. Statistical test used was the chi square.
Based on these results, factors related to the incidence of non pneumonia ARI in infants is the humidity, ventilation, occupancy density, smoking in the house, gasoline, kerosene / wood and the use of mosquito coils.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Fauzi Firdaus
"Diare wisatawan (Traveler's Diarrhea) adalah buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam dengan konsistensi encer, umum terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Sekitar 60% kasus TD disebabkan oleh Escherichia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella, dan Aeromonas. Indonesia mencatat angka kejadian TD tertinggi di Asia Tenggara, mencapai 19%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab TD pada wisatawan nusantara di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, dengan fokus pada sumber konsumsi air minum dan karakteristik individu (usia, perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS), lama menginap, dan tempat menginap). Desain studi penelitian adalah cross-sectional dengan 173 responden, dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan kejadian TD di Pulau Tidung (11%), lebih rendah dibandingkan angka kejadian TD di Indonesia (19%) maupun Asia (20-60%). Faktor yang menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian TD di Pulau Tidung adalah sumber konsumsi air minum (p=0,000, OR=23,750), perilaku CTPS (p=0,012, OR=3,786), dan tempat menginap (p=0,053, OR=3,380). Analisis multivariat mengidentifikasi sumber konsumsi air minum (p=0,000, OR=24,986) dan tempat menginap (p=0,042, OR=3,797) sebagai faktor risiko dominan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kejadian diare wisatawan (TD) di Pulau Tidung lebih rendah dibandingkan Indonesia dan Asia. Faktor risiko dominan TD adalah sumber air minum dan tempat menginap. Oleh karena itu, Penting untuk meningkatkan pengawasan sanitasi air minum dan kebersihan tempat menginap. Otoritas kesehatan, seperti puskesmas, disarankan memperkuat pemantauan sanitasi di tempat-tempat umum yang sering dikunjungi wisatawan.

Traveler's Diarrhea (TD) is characterized by passing loose stools more than three times within 24 hours and is common in developing countries like Indonesia. Approximately 60% of TD cases are caused by pathogens such as Escherichia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella, and Aeromonas. Indonesia has the highest TD incidence in Southeast Asia, reaching 19%. This study aims to analyze the factors causing TD among domestic tourists in Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, focusing on water consumption sources and individual characteristics (age, handwashing behavior with soap (CTPS), length of stay, and accommodation). The study used a cross-sectional design with 173 respondents, analyzed using chi-square tests and binary logistic regression. Results showed that the TD incidence in Pulau Tidung was 11%, lower than in Indonesia (19%) and Asia (20-60%). Significant factors associated with TD in Pulau Tidung were water consumption source (p=0,000, OR=23,750), CTPS behavior (p=0,012, OR=3,786), and accommodation (p=0,053, OR=3,380). Multivariate analysis identified water consumption source (p=0,000, OR=24,986) and accommodation (p=0,042, OR=3,797) as dominant risk factors. The study concludes that TD incidence in Pulau Tidung is lower compared to Indonesia and Asia. Dominant risk factors for TD are water consumption sources and accommodation. Therefore, it is crucial to improve sanitation monitoring of drinking water and accommodation hygiene. Health authorities, such as local health centers, should enhance sanitation monitoring programs in public areas frequently visited by tourists."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Christie Patricia Demak
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan gejala-gejala kesehatan yang sering dialami oleh penghuni yang tinggal di dalam gedung dalam waktu tertentu yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Graha Sucofindo Jakarta. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan variabel independen sebagai berikut, koloni bakteri, suhu, kelembaban relatif, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara koloni bakteri, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi dengan kejadian SBS. Dari hasil analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel riwayat alergi menjadi variabel dominan yang memengaruhi terjadinya SBS. Dari hasil uji interaksi ditemukan adanya interaksi antara kedua variabel yaitu jumlah koloni bakteri dan jenis kelamin dalam menyebabkan kejadian SBS. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa riwayat alergi dapat meningkatkan risiko terjadinya SBS di tempat kerja dan interaksi antara jumlah koloni bakteri dengan jenis kelamin dapat menyebabkan kejadian SBS di tempat kerja. Disarankan untuk mengontrol kualitas udara dalam ruang, menciptakan ruangan yang sehat bagi pekerja, dan menempatkan pekerja dengan riwayat alergi pada ruangan dengan kualitas udara yang baik.

Sick Building Syndrome (SBS) has been defined as a term used to describe common symptoms which, for no obvious reason, are associated with particular buildings. This study aims to determine the relationship between indoor air quality with SBS occurrence in Graha Sucofindo Jakarta. The cross-sectional study was used in this research with the following independent variables, colonies of bacteria, temperature, relative humidity, age, gender, year of services, and history of allergies. From the data analysis showed a significant relationship between bacterial colonies, age, gender, year of services, and history of allergies to the occurrence of SBS. Multivariate analysis found that history of allergies becomes dominant variables that affect the occurrence of SBS. Furthermore, it is found that there is interaction between bacterial colonies and gender in making the incidence of SBS. It can be concluded that history of allergies may increase the risk of SBS and the interaction between bacterial colonies and gender can causing the incidence of SBS. It is advisable to control the indoor air quality, create a healthy space for workers and avoid allergic workers to work in bad indoor air quality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranatawati Nur Tsani
"ABSTRAK
Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus chikungunya (Chikv) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian Chikungunya adalah variabilitas iklim. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu daerah yang setiap tahun memiliki angka kejadian Chikungunya yang cukup tinggi. Penelitian ini merupakan studi ekologi yang dilakukan untuk mendapatkan hubungan dan model prediksi kejadian Chikungunya berdasarkan variabilitas iklim (suhu, curah hujan, kelembaban udara dan kecepatan angin) di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005 ? 2014. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa suhu, kelembaban dan kecepatan angin mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian Chikungunya pada skenario selang waktu n-1. Hasil uji regresi linier ganda membentuk model prediksi dengan persamaan Kejadian Chikungunya : Kejadian chikungunya= -19,732 + 0,165 (Suhu) + 0,125 (Curah Hujan) + 0,136 (Kelembaban) + 2,060 (Kecepatan Angin) + e dengan nilai R2 = 0,052. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dapat menggunakan model prediksi tersebut dalam perencanaan upaya pengendalian Chikungunya

ABSTRACT
Chikungunya is an infectious disease caused by chikungunya virus (Chikv) which is transmitted through the bite of Aedes aegypti and Aedes albopictus. One of the factors that influence Chikungunya is climate variability. DKI Jakarta is one of the areas that each year has a number high enough to Chikungunya. This study is an ecological study conducted to gain exposure and Chikungunya predictive models based on climate variability (temperature, rainfall, humidity and wind speed) in Jakarta in 2005 - 2014. The results of the bivariate analysis states that the temperature, humidity and wind velocity had a significant relationship with Chikungunya in lag time n-1. The results of multiple linear regression equation established the model predictions with Chikungunya Genesis: Genesis chikungunya = -19.732 + 0.165 (Temperature) + 0.125 (Rainfall) + 0.136 (Humidity) + 2.060 (Wind Speed) + e with R2 = 0.052. The model can be used by the health authority of Provinsi DKI Jakarta in the Chikungunya control program planning"
2016
T46538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>