Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baal, Jan van
Dordrecht: Foris Publications, 1984
R 016.959 8 BAA w
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Payung Bangun
Abstrak :
Sebelum memasuki uraian-uraian yang dengan langsung bersangkut paut dengan judul pengkajian dirasakan ada baiknya kalau terlebih dahulu diberikan gambaran selintas pandang mengenai kepustakaan yang telah pernah ada tentang masyarakat yang dijadikan sasaran utama pengkajian ini. Hal ini karena pengkajian ini bukan pengkajian yang pertama mengenai masyarakat tersebut rielainkan telah banyak orang mendehuluinya. Selain itu, banyak atau sedikit, hasil-hasil pengkajian terdahula ada gunanya dan menolong dalam melakukan pengkajian ini. Kepustakaan mengenai Karo yang beredar dan dapat dibaca oleh umum sampai sekarang pada umumnya kebanyakan ditulis oleh atau didasarkan pada catatan-catatan dari orang asing, seperti orang Belanda, Jarman, Inggris, Belgia, Amerika dan lain-lain.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1981
D1585
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas A. Danandjaja
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunia manajemen di Indonesia dewasa ini terdapat sebuah pertanyaan mendasar, yang sejauh ini belum sepenuhnya dijawab melalui suatu proses penelitian yang seksama. Pertanyaan tersebut ialah: "Perilaku manajemen yang bagaimana yang cocok dengan alam/situasi di Indonesia ini?". Karena kurangnya informasi yang berhubungan dengan bidang ini,maka pertanyaan ini merupakan tantangan yang berat bagi usaha penelitian, namun sekaligus juga sangat menarik untuk dicoba jawab. Permasalahan yang tergambar dari pertanyaan ini kecuali memang merupakan permasalahan yang aktual untuk taraf operasional; juga membawa pengertian, bahwa teori-teori manajemen, yang merupakan pedoman-pedoman bagaimana orang harus bertindak; pada dasarnya mempunyai latar belakang kebudayaan tertentu yang berperan dalam menentukan tindakan atau perilaku manajemen seseorang seperti yang dinyatakan oleh Lane (1980) Hal ini menjadi nyata sekali bila orang mencoba untuk mengalihkan praktek-praktek manajemen yang dikembangkan di suatu lingkungan kebudayaan tertentu, ke dalam lingkungan kebudayaan lain, seperti yang pada masa ini banyak terjadi dengan adanya perusahaan multinasional. Dalam keadaan ini masalah-masalah yang timbul biasanya merupakan akibat dari benturan nilai-nilai budaya yang berbeda. Dalam penelitian ini pendekatan yang diambil untuk dapat menemukan jawab bagi pertanyaan tersebut terpaksa harus dimulai dari taraf yang awal sekali. Hal ini terjadi terutama karena jawaban terhadap pertanyaan tersebut menuntut adanya pengungkapan-pengungkapan pengertian yang bertahap, dari yang sangat mendasar, mengenai sistem nilai-nilai. yang hidup di antara para manajer, sampai pada perwujudannya secara operasional dalam situasi organisasi. Pada saat ini hal yang menyolok ialah kurangnya penelitian yang pernah dilakukan di bidang ini. Maka usaha yang harus dilakukan dalam penelitian masih harus menempuh jalan yang panjang dan berliku-liku serta banyak menggunakan asumsi-asumsi sebagai awal pijak. Namun demikian usaha ini sangat menarik, karena bila sampai pertanyaan tersebut dapat dijawab maka akan sangat bermanfaat bagi dunia manajemen di Indonesia. Karena akan memungkinkan para manajer di Indonesia, untuk mengembangkan perilaku manajemen yang lebih sesuai dan efektif di alam Indonesia. Dengan demikian dapatlah dibayangkan kelak berkembangnya suatu perilaku atau gaya manajemen yang khas Indonesia. Sampai saat ini kita di Indonesia masih lebih cenderung untuk mengambil alih pola-pola perilaku manajemen dari lain negara, akibatnya banyak kesulitan yang dijumpai dalam penerapannya. Sebagai contoh misalnya ialah konsep "manajemen partisipatif", orang dapat mengerti dan menyadari segi-segi positif dari manajemen yang partisipatif, baik ditinjau dari segi efektivitas organisasinya, maupun segi pengembangan manusianya.
1985
D121
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subyakto Atmosiswoyo
Abstrak :
Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana telah sampai ke Pelita ke VI dan hasilnyapun secara demografis telah nampak dan diakui dunia. Parameter demografi a. l. Angka Kelahiran Kasar (CBR) menggambarkan penurunanyang cukup tajam yaitu dari 40.6 pada sensus 1970, menjadi 95.5 pada sensus 1980, menjadi 32.0 pada supas 1985 dan terakhir sensus 1990 telah turun menjadi 27.9. Sedangkan data dari Population Reference Bureau tahun 1992 menyebutkan CBR Indonesia 2.6. Namun di tingkat yang paling bawah yaitu di desa-desa terlihat adanya ketimpangan dalam pencapaian program. Di Kecamatan Serpong yang waktu itu mempunyai duapuluh desa, terlihat ada desa yang berhasil dan ada desa yang kurang berhasil dalam pencapaian akseptor KB. Petugas di tingkat desa adalah Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang menjadi tumpuan gerakan KB. Penyuluhan adalah suatu bentuk komunikasi searah, yang dapat dilakukan secara kelompok atau secara individual. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Gerakan KB adalah jumlah akseptor atau peserta KB. Kalau kita bandingkan jumlah KB di desa BHS dengan jumlah peserta KB di desa KBHS terdapat perbedaan yang amat menyolok. Di desa BHS telah mencapai 60.04% dari PUS yang ada, sedangkan di desa KBHS tercatat 24.64% saja dari jumlah PUS yang ada pada tahun 1967. Akan tetapi kesenjangan itu,pada tahun 1991, masih tetap saja di kedua desa yaitu di desa BHS 67.73% dan di desa KBHS 26.25%. Dari masalah-masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisa peranan PLKB sebagai penyuluh KB dalam upaya keberhasilan gerakan KB. Menelaah dengan mendalam peranan PLKB sebagai kasus agar dapat menemukan pola penyuluhan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya meningkatkan keberhasilan gerakan KB di desa-desa. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan peranan PLKB sebagai petugas yang paling depan di jajaran Gerakan KB Nasional. penelitian PLKB sebagai kasus dilakukan dengan analisis jaringan sosial dan wawancara mendalam terhadap semua PLKB yang ada di Kecamatan Serpong. Untuk dapat memperoleh gambaran yang obyektif terhadap kinerja PLKB, maka dilakukan wawancara mendalam dengan para pejabat instansi terkait di tingkat Kecamatan, para pesuka masyarakat dan juga 120 PUS yang belum maupun yang sudah menjadi akseptor keluarga berencana dari kedua desa penelitian. Hasil penelitian dengan pendekatan analisis jaringan sosial dan wawancara mendalam berhasil mengungkap peranan PLKB tidak hanya sebagai penyuluh KB akan tetapi juga sebagai pembina akseptor K, organisasi peserta KB, pelatih kader KB, fasilitator peserta KB, penghubung KB dengan berbagai instansi terkait, notor terlaksananya posyandu, dan inisiator program-program terpadu yang mendukung keberhasilan program KB. Di sammping itu PLKB juga sebai staf Kades dalam bidang KB dan kependudukan. Untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan PLKB maka dalam penelitian ini juga diambil 120 PUS yang belum maupun yang sudah menjadi akseptor KB. Dari mereka diketahui bahwa sebagian besar PUS telah menyadari KB, akan tetapi untuk melaksanakan KB masih ada berbagai kendala. Sehingga secara kognitif mereka telah memahami, namun secara praktis mereka masih yang belum melaksanakan. Penelitian membuktikan bahwa komunikasi searah kurang berhasil menarik PUS untuk melaksanakan KB, Namun, komunikasi individual yang lebih intensif lebih berhasil mengajak PUS untuk melaksanakan KB. Komunikasi individual ini berlangsung terus antara PLKB dengan akseptor KB dalam rangka pembinaan agar tidak terjadi drop out. Akhibatnya terjadilah jaringan sosial yang cukup erat antara PLKB dengan akseptor Kb dengan wujud adanya kelompok- kelompok akseptor. bagi Akseptor mantap yang mau membantu PLKB dijadikan KAder KB, sehingga jaringan sosial yang terbentuk menjadi nyata. Jaringan sosial kekerabatan di desa-desa Kecamatam Serpong masih memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan masyarakat. Keluarga kerap kali tidak dapat mengambil keputusan sendiri sebelum seluruh atau sebagian besar kerabatnya menyetujuinya. Hampir semua penduduk desa itu masih terikat dalam jaringan kerabat, karena mereka jarang yang kawin dengan orang dari luar desa. Jaringan sosial kekerabatan di kedua desa penelitian memegang peran yang penting dalam menentukan tingkat keberhasilan program KB. di desa KBHS jaringan kekerabatan mengkambat keberhasilan KB. Sedangkan di desa BHS jaringan kekerabatan justru mendukung keberhasilan program KB. Jaringan sosial kedua yang cukup mendukung keberhasilan PLKB adalah jaringan pertemanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa jaringan pertemanan ternyata lebih luas dari pada batas administrasi desa. Sebaliknya dengan adanya Bumi Serpong damai (BSD) yang menyebabkan sebagai desa penelitian tergusur sehingga beberapa PUS terpaksa pindah ke lain desa. namun jaringan pertemanan antara PLKB dengan mereka tetap berjalan terus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial yang merupakan juga jaringan informasi dan jaringan komunikasi yang sangat berperan sebagai penunjang dalam kehidupan masyarakat. Mereka yang ada dalam jaringan sosial dapat bertukar informasi dan berkomunikasi untuk mencapai kesepakatan. Pola komunikasi semacam ini merupakan pola komunikasi konvergensi yang amat berdaya guna dan berhasil guna dalam gerakan KB, baik untuk mengajak PUS menjadi akseptor KB maupun untuk membina mereka agar tetap melaksanakan KB. Komunikasi konvergensi merupakan pola komunikasi yang ideal untuk gerakan KB khususnya, program pembangunan umumnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
D36
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library