Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isa Yusuf
Abstrak :
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan negara-negara Asia di tahun 1997 - 1998 memberi pengaruh yang besar bagi sektor perbankan di Indonesia. Sejurnlah bank dilikuidasi atau dihentikan aktivitas operasional oleh Bank Indonesia karena krisis likuiditas akibat menurunnya kepercayaan masyarakat dan tingginya kredit bermasalah. Sebagian besar bank yang masih mampu beroperasi, memperoleh bantuan likuiditas dari Bank Indonesia dan masuk dalam pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Bank ABC selaku bank swasta terbesar juga termasuk dalam pengawasan BPPN sampai dengan tahun 2000. Belajar dari pengalaman tersebut serta mengacu pada Basel Accord II, pada tahun 2003 'Bank iiiddriesla iizemperketat kebijakan. operasional perbankan dengan mengeluarkan peraturan manajemen risiko yang hares dikelola seluruh bank di Indonesia. Sebagai respon atas peraturan tersebut, mulai tahun 2003 bank ABC menerapkan internal credit risk rating (ICRR) sebagai alat bantu proses analisis kredit small medium enterprise (SME). Dua alasan panting diterapkannya ICRR di Bank ABC adalah (i) sebagai penerapan praktek manajemen risiko yang balk serta alat ukur pemahaman risiko dan (ii) berkaitan dengan fungsi ICRR di antaranya standarisasi proses analisis kredit, mengidentifikasi dan mengurangi debitur yang berpotensi bermasalah dan mempercepat proses kredit. Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam karya akhir ini adalah apakah ICRR yang diterapkan oleh Bank ABC untuk pengambilan keputusan kredit SME sejak tahun 2003 telah efektif. Untuk menjawab pokok permasalahan tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana penerapan ICRR dan efektifitasnya dalam hal: (i) kemampuan ICRR dalam melakukan filtering terhadap (talon) debitur yang berpotensi bermasalah (ii) kesesuaian variabel yang digunakan dalam ICRR dengan teori yang ada, (iii) kesesuaian ICRR dengan kriteria minimum yang disyaratkan BIS, (iv) kemampuan variabel yang digunakan ICRR untuk memprediksi probabilitas (calon) debitur yang berpotensi bermasalah sesuai teori, (v) menekan tingkat kredit bermasalah dan (vi) mempercepat jangka waktu proses kredit. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, digunakan berbagai metode penelitian yaitu analisis deskriptif, analisis kualitatif, regresi logistik ordinal dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan terhadap penerapan ICRR sebagai alat bantu analisis kredit SME di Bank ABC serta perbandingan persentase kredit SME bermasalah terhadap kredit yang dilepas pada periode sebelum dan sesudah penerapan ICRR. Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan benchmarking atas variabeI-variabel yang digunakan ICRR berdasarkan teori yang ada serta benchmarking sistem ICRR berdasarkan kriteria-kriteria minimum persyaratan sistem rating yang diformulasikan oleh BIS. Metode regresi logistik ordinal untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan ICRR memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi probabilitas (calon) debitur yang berpotensi bermasalah. Analisis kuantitatif dilakukan dengan membandingkan perbedaan rata-rata jangka waktu proses kredit SME sebelum dan sesudah penerapan ICRR dengan uji beda mean (Paired-Sample T Test). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa bila dilihat dari aspek penyaringan debitur yang berpotensi bermasalah dan kesesuaian variabel yang digunakan ICRR dengan teori, sistem tersebut kurang efektif karena basil simulasi ICRR terhadap seluruh debitur bermasalah tahun 2003 hanya dapat menyaring 18,57% yang memiliki risiko tinggi dan ada 7 variabel yang tidak dianalisis dalam sistem ICRR_ Namun dari aspek kesesuaian dengan kriteria BIS serta jangka waktu proses, ICRR yang dikembangkan oleh Bank ABC untuk kredit SME telah efektif karena telah sesuai dengan kriteria persyaratan minimum dari BIS serta dapat mempercepat proses jangka waktu kredit. Selain itu sulit untuk mengatakan bahwa ICRR merupakan suatu sistem yang efektif dalam ,menekan kredit bermasalah karena terjadi peningkatan persentase kredit bermasalah setelah penerapan ICRR karena beberapa alasan yang mungkin melatarbelakanginya.
Economy crisis at Indonesia and other Asian countries that happened in 1997 - 1998, had given great impacts to banking sector in Indonesia. Numbers of bank were liquidated or operationally stopped by Bank of Indonesia due to liquidity crisis after the decreasing of public trust and increasing of non performing loans. Banks that could operate in crisis, mostly received liquidity aid from Bank of Indonesia and monitored by Indonesia's Banking Restructuring Agency (IBRA). Bank ABC, biggest private bank in Indonesia was also monitored by IBRA until 2000. Learning from that experience and referring to Basel Accord II, in 2003 Bank of Indonesia tighterred--the' b liking"secfvr by issuing risk management policy that should be managed by all banks in Indonesia. Responding to it, in 2003 Bank ABC applied internal credit risk rating (ICRR) as a tool for processing small medium enterprises (SME) credits. Two major underlying reasons of implementing ICRR are (i) as a good risk management practice and risk measurement, and (ii) related to the functions of ICRR: standardization of credit process, identification and reducing debtors potentially default and accelerating the credit process. The main problem that will be discussed in this paper is the effectiveness of ICRR applied by Bank ABC for SME credit decisions since 2003. For answering the problem, the research questions proposed are how the implementation of ICRR and its effectiveness in terms of: (i) its ability in filtering the potentially-default borrowers, (ii) the compliance of variables being used in ICRR with theory, (iii) the compliance of ICRR model with minimum criteria according to BIS, (iv) the capability of variables being used in ICRR to predict the likelihood of potentially-default borrowers, (v) its capability in decreasing non performing loans and (vi) its capability to accelerate credit process. In answering those questions, research methodologies being used are descriptive analysis, qualitative analysis, ordinal logistic regression and quantitative analysis. Descriptive analysis will be used in analyzing the implementation of ICRR as a tool for processing SME credits at Bank ABC and analyzing the comparative of non performing loans to total credit before and after the implementation of ICRR. Qualitative analysis will be used in benchmarking the ICRR variables with the theory and benchmarking the ICRR system with minimum criteria according to BIS. Ordinal logistic regression will be used in assessing the capability of ICRR variables to predict the likelihood of potentially-default borrowers. Quantitative analysis will be used to compare the difference of credit process duration before and after the implementation of ICRR, using the Paired-Sample T Test. The result of the research shows that ICRR has been uneffective in terms of its ability in filtering the potentially-default borrowers and the compliance of variables being used in ICRR with theory. But ICRR has been effective in terms of the compliance of ICRR model with minimum criteria according to BIS, the capability of variables being used in ICRR to predict the likelihood of potentially-default borrowers, and its capability to accelerate credit process. From the capability of ICRR in decreasing non performing loans, it is hard to say that ICRR has been effective due to the increasing of non performing loan after the implementation of 1CRR with some potential underlying reasons.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23057
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gitasa Miku Imada
Abstrak :
The global transition to sustainable energy necessitates efficient, eco-friendly hydrogen production methods. Solid Oxide Electrolysis Cells (SOECs) are promising for green hydrogen due to their high efficiency and ability to utilize waste heat. This research optimizes sintering temperatures for the LSCF-GDC/GDC | YSZ | Ni-YSZ cell configuration to enhance SOEC performance and longevity. The study examines varying sintering temperatures (800°C, 900°C, and 1000°C) and their impact on structural and electrochemical characteristics, using SEM-EDX. The findings reveal that higher sintering temperatures promote the formation of SrZrO3. Additionally, the research examines the delamination behavior of the anode at different temperatures, highlighting the critical role of temperature in maintaining structural integrity. At 1000°C, complete delamination occurs, whereas partial delamination at 900°C and no delamination at 800°C emphasize the need for precise temperature control. This delamination is hypothesized to be caused by is the mismatch in thermal expansion coefficients (TECs) between different cell materials. This study contributes to the ongoing efforts to optimize SOEC technology, providing valuable insights into material behavior under high-temperature conditions and guiding future advancements in sustainable hydrogen production. ......Transisi global menuju energi berkelanjutan memerlukan metode produksi hidrogen yang efisien dan ramah lingkungan. Sel Elektrolisis Oksida Padat (SOEC) menjanjikan untuk hidrogen hijau karena efisiensinya yang tinggi dan kemampuannya memanfaatkan panas limbah. Penelitian ini mengoptimalkan suhu sintering untuk konfigurasi sel LSCF-GDC/GDC | YSZ | Ni-YSZ guna meningkatkan kinerja dan umur panjang SOEC. Studi ini memeriksa berbagai suhu sintering (800°C, 900°C, dan 1000°C) dan dampaknya terhadap karakteristik struktural dan elektrokimia, menggunakan SEM-EDX. Temuan mengungkapkan bahwa suhu sintering yang lebih tinggi mempromosikan pembentukan SrZrO3. Selain itu, penelitian ini memeriksa perilaku delaminasi anoda pada berbagai suhu, menyoroti peran penting suhu dalam menjaga integritas struktural. Pada suhu 1000°C, terjadi delaminasi lengkap, sedangkan delaminasi parsial terjadi pada suhu 900°C dan tidak terjadi delaminasi pada suhu 800°C, menekankan perlunya kontrol suhu yang tepat. Delaminasi ini diduga disebabkan oleh ketidakcocokan koefisien ekspansi termal (TEC) antara bahan sel yang berbeda. Studi ini berkontribusi pada upaya berkelanjutan untuk mengoptimalkan teknologi SOEC, memberikan wawasan berharga tentang perilaku material dalam kondisi suhu tinggi dan membimbing kemajuan masa depan dalam produksi hidrogen berkelanjutan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anienditha Cyanda Tuhfah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh independensi anggota Dewan Komisaris, independensi ketua Dewan Komisaris atau komisaris umum, ukuran Dewan Komisaris, reputasi auditor, dan leverage terhadap probabilita pembentukan Komite Manajemen Risiko secara sukarela serta menguji mengenai pengaruh keberadaan Komite Manajemen Risiko terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan nonkeuangan tidak memiliki kewajiban untuk membentuk Komite Manajemen Risiko, namun beberapa perusahaan telah membentuk Komite Manajemen Risiko dengan kemungkinan faktor pendorong yang beragam. Keberadaan Komite Manajemen Risiko pada perusahaan diharapkan dapat meningkatkan penerapan tata kelola perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan lebih baik. Pengujian dilakukan pada 45 perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI tahun 2015 dan 35 perusahaan nonkeuangan yang telah membentuk Komite Manajemen Risiko sebelum tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor mempengaruhi probabilita pembentukan Komite Manajemen Risiko secara sukarela dan keberadaan Komite Manajemen Risiko tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja perusahaan
ABSTRACT
The research aimed to examine the effect of the independence of board of commissioner members, the independence of general commissioner, board size, auditor reputation, and leverage to the probability of the voluntary formation of risk management committee and also to examine the effect of the existence of risk management committee to company performance. Non-financial company have no obligation to establish a risk management committee, but some companies have formed a risk management committee with the possibility of varying the driving factor. The existence of the company? risk management committee is expected to improve the implementation of corporate governance and generate better corporate performance. Tests conducted on 45 non-financial companies that are listed on Indonesia?s Stock Exchange (BEI) in 2015 and 35 non-financial companies that have established the risk management committee prior to 2013. The empirical study shows that some factors affecting the probability of establishment of risk management committee voluntarily and the existence of the risk management committee did not have a significant effect on company performance
2016
S64426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Trie Murwaty
Abstrak :
Di dalam laporan magang ini dibahas tentang aktivitas pengendalian pada proses bisnis pengeluaran PT X yang terbagi atas empat subproses, yaitu pembelian, pemrosesan hutang, pembayaran, dan pengelolaan data vendor. Konsultan melakukan pekerjaan lapangan untuk mengumpulkan informasi terkait proses bisnis pengeluaran di PT X dalam rangka konsultasi penerapan Internal control over Financial Reporting (ICoFR). Kemudian Konsultan membuat pemetaan aktivitas pengendalian di setiap subproses untuk mengetahui akun laporan keuangan yang dipengaruhi secara signifikan. Konsultan juga mengidentifikasi risiko salah saji yang mungkin timbul pada proses bisnis pengeluaran PT X, dan memberikan rekomendasi yang relevan. ......The contents of the report are about control activities in expenditure business process at PT X, consist of purchasing, processing account payables, processing disbursement, and maintaining supplier master file. Consultant collects the information related to expenditure business process at PT X while fieldwork in order to consult Internal Control over Financial Reporting (ICoFR) implementation. Then, Consultant made a mapping of control activities to its significant account in financial statement. Consultant also identified possible misstatement risk of expenditure business process, and made some relevant recommendations to PT X.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shaqila Nur Roswan
Abstrak :
Laporan magang ini membahas mengenai prosedur audit dan perlakuan akuntansi atas aset pengampunan pajak PT JEI pada periode pelaporan 31 Desember 2016. Pembahasan berfokus pada prosedur audit KAP ALT berupa pengujian substantif pada aset pengampunan pajak, kebijakan akutansi atas aset pengampunan pajak PSAk 70 yang diterapkan oleh PT JEI dan dampak pengampunan pajak terhadap aset, liabilitas dan ekuitas PT JEI. Pada laporan ini juga akan dibahas total utang pajak PT JEI yang dihapuskan dalam pengampunan pajak. Dapat disimpulkan bahwa prosedur audit KAP ALT telah sesuai dengan standar audit dan teori yang terdapat pada buku. Selain itu, PT JEI telah menerapkan perlakuan akuntansi aset pengampunan pajak sesuai dengan PSAK 70, hanya ada perbedaan dalam penyajian.
This internship report discusses audit procedure and accounting treatment for tax amnesty asset in PT JEI for period ended December 31st 2016. The discussion focuses on the audit procedures of KAP ALT in the form of substantive testing of tax amnesty asset, accounting policies for tax amnesty asset PSAk 70 applied by PT JEI and the impact of tax amnesty on PT JEI assets, liabilities and equity. In this report will also discuss the total of PT JEI rsquo s tax payable which is waived by tax amnesty program. It can be concluded that the audit procedures of KAP ALT are in accordance with the audit standards and theories contained in the book. In addition, PT JEI has applied the accounting treatment of tax forgiveness assets in accordance with PSAK 70, there is only difference in the presentation.
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hadi Utama Syam
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu faktor yang dicurigai berperan dalam mekanisme resisensi klopidogrel adalah faktor epigenetik seperti metilasi DNA. Individu dengan resistensi klopidogrel ini memiliki kecenderungan untuk mengalami luaran kardiovaskular yang lebih buruk. Nilai TIMI flow pasca IKPP telah diketahui berkaitan dengan luaran klinis pada pasien IMA-EST. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menghubungan antara metilasi gen P2Y12 dengan penghambatan fungsi platelet dan nilai TIMI flow pasca IKPP pada pasien IMA EST. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara metilasi gen reseptor P2Y12 terhadap fungsi penghambatan platelet dan nilai TIMI flow pasca IKPP pada pasien IMA EST. Metode: Sebanyak 118 pasien IMA-EST yang menjalani IKPP dan mendapatkan terapi klopidogrel dimasukkan kedalam populasi penelitian. Dilakukan pemeriksaan VerifyNow P2Y12 dan pemeriksaan metilasi P2Y12. Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara metilasi P2Y12 dengan nilai Verifynow P2Y12 dan TIMI flow pasca IKPP. Hasil: Dari seluruh subyek, 22% diantaranya termasuk klopidogrel nonresponder dan 30% memiliki nilai TIMI flow kurang dari 3. Terdapat 48% subyek yang tidak mengalami metilasi dan 19% subyek mengalami metilasi sempurna pada gen P2Y12. Tidak terdapat hubungan bermakna antara metilasi P2Y12 dengan nilai Verifynow P2Y12 dan TIMI flow pasca IKPP. Nilai Verifynow P2Y12 yang tinggi berhubungan dengan TIMI flow kurang dari 3 pasca IKPP (p=0,043). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara pola metilasi gen P2Y12 dengan penghambatan fungsi platelet dan nilai TIMI flow pasca IKPP. Pasien yangnon-responder terhadap klopidogrel berisiko untuk mendapatkan reperfusi miokard yang suboptimal.
ABSTRACT
Background: Mechanism of clopidogrel resistance is not well understood yet. In the other hand, epigenetic modifications such as DNA methylation, are suspected to play role in clopidogrel resistence. Subject with high on treatment clopidogrel reactivity show worsen cardiovascular outcome. Meanwhile, TIMI flow after reperfusion are known to be related with poor outcome. Study that evaluate the relationship between methylation of P2Y12 gene with Platelet Reactivity and TIMI-flow after Primary Percutaneous Coronary Intervention (PPCI) in Patients With Acute ST-segment Elevation Myocardial Infarction in South East Asia Population has never been done. Objectives: to define whether methylation of P2Y12 gene and platelet reactivity may affect the myocardial perfusion after PPCI. Methods: There were 118 of STEMI patients who underwent PPCI and had received clopidogrel were recruited for the study. We measured platelet reactivity using Verifynow P2Y12 and Methylation of P2Y12 gene. The relationship among variables are assessed using statistic method. Results: Among 118 subject, 22% are clopidogrel nonresponder and 30% had TIMI flow less than 3. Median of Methylation degree was 15% with 48% subject were unmethylated, 19% subject had 100% methylation. There are no relationship between methylation of P2Y12 gene with platelet reactivity and TIMI flow after PPCI among subjects. The value of Verifynow P2Y12 more than 208 were related TIMI flow less than 3 after PPCI (p=0,043). Conclusion: There are no relationship between methylation of P2Y12 gene with platelet reactivity and TIMI flow after PPCI among subjects. Clopidogel nonresponder subjects were more likely to have suboptimal reperfusion after PPCI
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Priyono
Abstrak :
Penyakit Diare masih menjadi masalah di masyarakat, karena bersifat endemis dan masih tersebar di seluruh Indonesia. Di DKI Jakarta penyakit Diare masih merupakan penyakit yang selalu berada dalam peringkat 10 Penyakit terbanyak, demikian pula yang terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Untuk mengatasi permasalahan penyakit Diare diperlukan suatu sistem informasi yang akurat, handal dan tepat waktu. Sedangkan di Jakarta Selatan terdapat berbagai formulir pelaporan yang isinya saling tumpang tindih, disamping itu juga terdapat sumber data yang belum terkelola dengan baik. Dan juga yang perlu diketahui, bahwa sitem informasi yang selama ini dikelola hanya mencatat penderita yang berobat ke sarana kesehatan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasikan sistem informasi penyakit Diare yang berguna bagi para pengambil keputusan di berbagai jenjang administrasi baik yang berkaitan dengan perencanaan, pemantauan maupun penilaian program P2D. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik dan dilakukan di Wilayah Jakarta Selatan dengan mengambil sampel secara purposif, yaitu Suku Dinas Kesehatan, 2 Puskesmas Kecamatan, 4 Puskesmas Kelurahan dan 8 Posyandu. Dengan melihat jenis formulir & Item data, mekanisme Pencatatan pelaporan serta indikator yang digunakan diberbagai jenjang administrasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat berbagai masalah pada jenis formulir dan item data, antara lain terdapat formulir yang tak diketahui alur lapornya, data yang terkumpul tidak dapat menginformasikan tentang besar masalah, data yang terkumpul berasal dari sarana kesehatan pemerintah saja dan sumber data dari sarana kesehatan swasta tidak terkelola dengan baik. Dari mekanisme pencatatan dan pelaporan ditemukan pengisian format dari posyandu dan puskesmas masih terdapat kesalahan dan petugas kurang mendapat pelatihan tentang apa yang akan dikerjakan. Dari indikator yang digunakan masih terdapat kerancuan antara indikator program dengan indikator proyek, selain itu terdapat indikator yang dikembangkan oleh Sudinkes Jakarta Selatan dan indikator yang seharusnya ada tidak digunakan. Penelitian ini menyarankan pengaturan interpretasi dari laporan yang ada,"enforcement" kebijakan dalam menggali sumber data yang hilang, pelatihan bagi para petugas pengumpul data, serta pengembangan model pengumpulan data sebagai pembanding ("back Up") dari sistem yang sudah ada.
Because of its endemism and high prevalence through-out Indonesia, diarrhea was still a problem in our community. In the Greater Jakarta Area (DKI), diarrhea still ranked tenth among the most prevalent diseases. In South Jakarta, it occupied the same rank. In order to combat the Diarrhea problem, an accurate, reliable and timely information was required. Unfortunately, different report forms containing overlapping information were in use in Jakarta. In addition, the data sources were not properly maintained. The existing information system kept track only of patients who sought help at Government-provided facilities. The Objective of this research was to identify an effective Diarrhea Information System, which could be used by decision makers at various administration levels who were in charge of Planning, Monitoring and Assessment of the P2D program. This Study was Descriptive-Analytic in nature and was conducted in South Jakarta. A purposive sample was used, consisting of Town level Health Office (SUKU DINAS KESEHATAN), 2 sub district-level Community Health Centers (PUSKESMAS KECAMATAN), 4 local Health Centers (PUSKESMAS KELURAHAN), and 8 integrated Community Health Service Centers (POSYANDU). The Research also involved examination of the type of forms used and their data items, the record keeping mechanism, and all the Indicators utilized at various levels of administration. The Result of the research indicated several problems in the types of the forms in use as well as in their data items. Among others, some forms did not show a clear flow of reports, and accumulated data failed to indicate the scope of the problem. Furthermore, the accumulated data originated only from health facilities provided by the government, while- data from private-owned health centers was poorly managed. In relation to record-keeping mechanism, it was discovered that there were errors in filling in the forms both at the integrated community health service centers and the community health centers. The Staff still lacked training in their respective tasks. As far as indicators in use were concerned, there was confusion between program-based and project based indicators. In addition, there were also indicators developed by the Town-level Health Office of South Jakarta. Because of this, some of the indicators that were supposed to be used were not included. This research recommended a redefinition of the interpretation of existing reports, enforcement of policy on data collection, training for data collectors, and development of back-up system that would serve to verify the existing system.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Puspa Hapsari
Abstrak :

Penelitian menganalisis impelementasi Clinical Pathway (CP) Typhoid fever melalui deskripsi utilisasi pelayanan serta tagihannya pada periode sebelum dan sesudah implemenatsi CP. Studi dilakukan di RS PMI Bogor bertujuan untuk mengeksplor siklus pembuatan CP serta utilisasi pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga menimbulkan tagihan. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan tahapan dalam pembuatan CP dan metode kuantitatif digunakan untuk mengeksplor utilisasi layanan dan tagihan yang ditimbulkan serta melihat signifikansi implementasi CP terhadap utilisasi pelayanan dan billing. Simulasi INA-CBG dilakukan akibat temuan dalam penelitian. Data berasal dari sistem informasi rumah sakit, billing dan rekam medis. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada signifikansi/perubahan pada utilisasi pelayanan secara statistik p-value >0.05 antara kelompok pada periode sebelum dan sesudah implementasi CP melalui Uji T dan Uji non parametrik Mann-Whitney U dengan tingkat kepercayaan 95%. Namun secara substansi terjadi perubahan tagihan pasca implementasi clinical pathway Typhoid fever dari Rp. 4,269,051 meningkat menjadi Rp. 5,225,384. Setelah dilakukan penyesuaian obat yang berfungsi terapeutik dan simtomatik terhadap Typhoid fever, maka total tagihan menjadi Rp. 4,771,016 dan meningkat menjadi Rp. 5,959,796. Proses pencatatan diagnosis di dalam rekam medis menjadi isu di RS PMI Bogor. Adanya potensi undercode yang mempengaruhi severity level kasus INA-CBGs (A-4-14), rumah sakit berpotensi kehilangan sebesar Rp. 485,200 hingga Rp. 1,450,400.


This research elaborated Typhoid fever Clinical Pathway (CP) implementation which were described using service utilization and the incurred billing before and after the implementation of CP. Study was conducted in PMI hospital Bogor and aimed to explore CP development cycle and the later service utilization delivered and hence, the incurred billing from each period (before and after CP implementation). Qualitative method was used to explore stages in CP development and quantitative method was used to explore the significance of CP implementation to service utilization and the billing. INA-CBGs grouping simulation was conducted due to a research finding. Data were derived from hospital information system, billing, and medical records. Study resulted in no significance of service utilization before and after CP implementation and it was predicted using T-test and Mann-Whitney U test showing p-value >0.05. However, changes in billing substantially changed from IDR 4,269,000 to IDR. 5,225,384. Adjustment was done by excluding drugs other than for therapeutic and symptomatic pursposes resulting in the increment of billings (e.g. IDR. 4,771,016 before and IDR. 5,959,796 after CP implementation). Simulation through INA-CBGs grouping showed that there were potential undercoding from higher severity level of Typhoid fever case (A-4-14). Hospital might subsequently lose IDR 485,200 up to IDR.1,450,400 each case reimbursed.

2019
T54055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Angellinnov
Abstrak :
Nickel manganese cobalt (NMC) merupakan salah satu material yang banyak digunakan sebagai katoda baterai ion litium. NMC merupakan perpaduan dari nikel, mangan, dan kobalt dengan rasio tertentu. Dibandingkan jenis lain, NMC 811 (LiNi0,8Mn0,1Co0,1O2) memiliki kapasitas yang tinggi, harga murah, lebih aman karena tidak beracun dan lebih ramah lingkungan. Meskipun demikian, tingginya kadar nikel pada NMC 811 akan berdampak pada penurunan kapasitas, rate capability yang buruk, dan ketidakstabilan termal dan struktur. Salah satu cara untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan mengoptimalkan metode preparasi, melakukan doping dan coating pada permukaan NMC. Pada penelitian ini digunakan metode solution-combustion synthesis untuk mensintesis NMC 811 dan NMC 811 doping Sn (LiNi0,8Mn0,1Co0,1-xSnxO2 dengan x = 0,01, 0,03, 0,05). Selain itu, juga dilakukan coating dengan karbon aktif dari arang sekam padi dengan variasi 1, 3, 5 wt.% untuk memperoleh LiNi0,8Mn0,1Co0,1O2/C dan LiNi0,8Mn0,1Co0,1-xSnxO2/C. Karakterisasi bahan dilakukan dengan menggunakan infra merah (Fourier transform infrared, FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi, difraksi sinar-X (X-ray diffraction, XRD) untuk melihat struktur kristal, mikroskop electron (field emission scanning electron microscopy, FE-SEM) yang dilengkapi energy dispersive X-ray spectroscopy (EDX) untuk melihat topografi permukaan dan komposisinya, dan Brunauer Emmett Teller (BET) untuk melihat luas permukaan dan pori yang terbentuk. Uji performa baterai dengan katoda material aktif dilakukan menggunakan electrochemical impedance spectroscopy(EIS). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variasi Sn paling baik diberikan oleh x=0,03 (LiNi0,8Mn0,1Co0,07Sn0,03O2) dengan konduktivitas sebesar 2,4626 x 10-5 S/cm. Variasi karbon terbaik diberikan oleh konsentrasi 5 wt.% (LiNi0,8Mn0,1Co0,1/C) dengan konduktivitas 31,9024 x 10-5 S/cm. Dibandingkan dengan NMC 811 tanpa modifikasi yang menunjukkan konduktivtas sebesar 1,5951 x 10-5, modifikasi dengan Sn dan karbon aktif memberikan hasil yang lebih baik. ......Nickel manganese cobalt (NMC) is a widely used active material for lithium-ion battery cathode. NMC is a combination of nickel, manganese, and cobalt with a certain ratio. NMC 811 has high capacity, low cost, less toxic and more environmentally friendly compared to the other NMC type. However, its high nickel content leads to capacity decay, poor rate capability, thermal and structural instability. Many efforts have been explored by many investigators to eliminate the drawbacks by optimizing the preparation method, using dopant, and surface coating. In this work, solution-combustion synthesis was used to synthesize NMC 811 and Sn-doped NMC 811 (LiNi0.8Mn0.1Co0.1-xSnxO2 with x = 0.01, 0.03, 0.05). Coating with activated carbon derived from rice husk was also performed with variation 1, 3, 5 wt.%) to obtain LiNi0.8Mn0.1Co0.1O2/C and LiNi0.8Mn0.1Co0.1-xSnxO2/C. Characterization was performed using Fourier transform infrared (FTIR) for the functional groups, X-ray diffraction (XRD) for crystal structure, field emission scanning electron microscopy equipped with energy dispersive X-ray spectroscopy (FE-SEM/EDX) for surface topography and composition, and Brunauer Emmett Teller (BET) for surface area and pores formation. Performance of the active material as lithium-ion battery cathode was examined using electrochemical impedance spectroscopy (EIS). The results showed that the best performance from Sn doping was obtained from x=0.03 (LiNi0.8Mn0.1Co0.07Sn0.03O2) with the conductivity of 2.4626 x 10-5 S/cm. Meanwhile, coating with activated carbon 5 wt.% (LiNi0.8Mn0.1Co0.1O2/C) provided the highest conductivity of 31.9024 x 10-5 S/cm compared to the other variations. These results are better than the conductivity of NMC 811 with no modification (1.5951 x 10-5 S/cm).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Ahmad Arbi
Abstrak :
Celah bibir dan langitan merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada daerah kepala. Protokol tata laksana yang baik diperlukan untuk dapat mengurangi morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Tujuan : Penelitian ini menilai hasil operasi pada Unit Celah Bibir dan Langitan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita sebagai salah satu cara mengevaluasi protokol tata laksana pasien celah bibir dan langitan. Metode : pasien celah bibir dan langitan unilateral usia 5 tahun sebanyak 36 orang dan 12 tahun sebanyak 10 orang dinilai hasil operasinya dengan menggunakan GOSLON yardstick index dan Modified Huddart Bodenham index. Hasil : GOSLON yardstick index pada subyek usia 5 dan 12 memiliki hasil operasi sedang, baik dan sangat baik sebanyak 80%. Modified Huddart Bodenham index pada usia 5 dan 12 tahun memiliki hasil operasi sedang, baik dan sangat baik sebanyak 80,6%. Uji kesesuaian menunjukkan tingkat kesesuaian sangat baik dengan nilai kappa 0,763 pada usia 5 tahun dan 0,839 pada usia 12 tahun. Diskusi : Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian pengukuran hasil operasi dengan GOSLON yardstick index dan Modified Huddart Bodenham index. Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan bahwa protokol tata laksana pasien celah bibir dan langitan di Unit Celah Bibir dan Langitan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita mampu memberikan hasil operasi dengan kategori baik bila diukur menggunakan GOSLON yardstick index dan Modified Huddart Bodenham index. ......Cleft lip and palate is the most common congenital anomaly on the head and neck. A good treatment planning will reduce morbidity and increase quality of life. Aims : to assess the surgical outcome of patients at Cleft Center Harapan Kita General Hospital in order to evaluate their treatment protocol. Method : 36 dental cast patients with unilateral cleft lip and palate at the ages of 5 years and 12 year who had completed labioplasty and palatoplasty will be assisted by using GOSLON yardstick index and modified Huddart Bodenham index. Results : regarding to GOSLON yardstick index, 80% of surgical outcome was in good category (best, good, fair )and the same result when we use modified Huddart Bodenham index which about 80,6% was in good category (best, good and fair category). Reliability test shows a very high correlation between assessment of surgical outcome at the first, second and third time (cronbach alpha = 0,908) . Kappa value shows a great deal between two index. (kappa value = 0,763). Discussion : there was a good agreement between GOSLON yardstick index and modified Huddart Bodenham in evaluation of surgical outcome. Conclusions : surgical outcome patients with unilateral cleft lip and palate in Cleft Center Harapan Kita general hospital had a good category base on GOSLON yardstick index and modified Huddart Bodenham and treatment protocol provide a sophisticated result for the patient who underwent operation at Harapan Kita general hospital.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T30895
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>