Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariyana Dwiputra Nugraha
"ABSTRAK
Material tube yang dioperasikan pada temperatur tinggi, cepat atau lambat akan
mengalami suatu kerusakan akibat pengaruh temperatur yang dikombinasikan
dengan lingkungan korosif, tekanan & tegangan, baik statis maupun dinamis.
Tube boiler yang mengalami indikasi kegagalan yaitu tube dengan material
SA213 TP304H dengan unsur dominan paduan adalah Cr dan Ni. Material dengan
spesifikasi tersebut merupakan material stainless steel yang seharusnya tahan
terhadap korosi, sehingga dianggap perlu dilakukan pengujian dan penelitian guna
menjawab kecurigaan adanya indikasi kegagalan. Metodologi analisa dan
identifikasi yang dilakukan adalah dengan uji merusak yaitu uji spectrometer,
metalografi dan 3D metalografi, SEM dan EDX, kekerasan, serta creep rupture
dengan parameter Larson Miller. Hasil penelitian menunjukan bahwa tube telah
mengalami korosi oksidasi yang cukup parah dan telah terjadi penjalaran
intergranular crack pada material, sehingga ketebalan tube yang tersisa hanya 65
% dari ketebalan total. Unsur dominan pembentuk oksida dan karbida pada
material yaitu oksida Fe (FeO, Fe2O3, dan Fe3O4) dan karbida (Fe, Cr, Ni,
Mn)23C6 atau M23C6. Long-term creep strengh berkurang drastis pada temperatur
650 0C dengan persamaan LMP material adalah 17,239 = T (15 + log tr) 10-3.

ABSTRACT
Material tube operated at high temperatures, sooner or later will suffer damages
due to the influence of temperature combined with a corrosive environment,
pressure and tension, both static and dynamic. Indication of failure in boiler tube
was observed in material tube SA213 TP304H with the dominant element is Cr
and Ni alloys. Materials with these specifications classified as stainless steel
material that should be resistant to corrosion, so it is considered necessary to test
and analize in order to answer suspicions of failure. Methodology for the analysis
and identification is done by destructive test that is spectrometer test,
metallographic and 3D metallography, SEM and EDX, hardness, and creep
rupture with Larson Miller parameter. The results showed that the tube has
experienced severe corrosion and oxidation and also has occurred intergranular
crack propagation in the material, so that the thickness of the tube is decreased to
65% only from total thickness. The dominant element forming the oxide and
carbide materials are iron oxide (FeO, Fe2O3, and Fe3O4) and carbide (Fe, Cr, Ni,
Mn)23C6 or M23C6. Long-term creep strengh is reduced drastically at temperatures
of 650 0C with LMP material equation is 17.239 = T (15 + log tr) 10-3."
2016
T46750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Basori
"ABSTRAK
Pembahasan mengenai karakteristik deformasi dan pembentukan tekstur pada paduan kuningan masih menyisakan banyak perdebatan, khususnya tingkat deformasi kritis yang merupakan titik awal terjadinya perubahan karakteristik deformasi serta proses transisi dari tekstur tembaga menuju tekstur kuningan dan juga tekstur yang terbentuk selama anil. Beberapa penelitian tentang proses pemaduan mikro dengan menambahkan unsur pemadu seperti Bi, Mn dan Al pada paduan kuningan menunjukkan adanya fenomena penghalusan butir dan perubahan sifat mekanik, akan tetapi pembahasan mengenai pengaruh unsur pemadu tersebut terhadap karakteristik deformasi dan proses pembentukan tekstur paduan kuningan masih belum dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan proses pemaduan mikro dengan menambahkan unsur Bi, Mn dan Al pada paduan Cu-29Zn. Proses pemaduan mikro dilakukan melalui proses pengecoran dengan metode gravity die casting. Penambahan Bi dilakukan dengan variasi sebesar 0.5 dan 1 berat, sedangkan Mn dan Al ditambahkan dengan kadar sebesar 2, 4 dan 6 berat. Pelat hasil proses pengecoran dilakukan homogenisasi pada temperatur 800 oC selama 2 jam. Selanjutnya sampel hasil proses homogenisasi akan dilakukan proses pengerolan dingin dengan tingkat deformasi sebesar 20, 40 dan 70 . Pada tahap berikutnya, sampel hasil proses pengerolan dingin akan di anil pada temperatur 300, 400, 500 dan 600 oC selama 30 menit. Proses karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian komposisi kimia, pengamatan struktur menggunakan mikroskop optik dan SEM, pengujian kekerasan, pengujian tarik dan juga pengukuran tekstur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaduan mikro dengan Bi tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan paduan Cu-29Zn, sedangkan pemaduan dengan Mn dan Al memberikan peningkatan kekerasan yang cukup signifikan. Pemaduan mikro dengan Bi cenderung meningkatkan kepadatan slip, twinning dan shear band, disisi lain pemaduan dengan Mn justru menurunkan kepadatan slip meskipun cenderung menaikkan kepadatan twinning dan juga shear band. Pemaduan mikro dengan Al pada kadar 5.7 berat membuat paduan Cu-29Zn semakin getas dan menurunkan sifat mampu bentuk. Selama proses anil, pemaduan dengan Bi meningkatkan laju rekristalisasi serta menghambat petumbuhan butir. Disisi lain, pemaduan dengan Mn cenderung menurunkan laju rekristalisasi dan juga proses pertumbuhan butir. Selama proses pengerolan dingin, pemaduan Mikro dengan Bi dan Mn cenderung mempercepat proses pembentukan tektur kuningan dan Goss. Disisi lain, selama proses anil, pemaduan mikro dengan Bi dan Mn cenderung menghasilkan tekstur yang lebih kompleks meliputi komponen tembaga, kuningan dan Goss.
ABSTRACT
Deformation characteristic and texture development on brass alloy are still under discussion, particularly concerning the critical deformation level of which change of deformation characteristic and transition from copper to brass type texture begins during cold rolling and annealing process. Previous research showed that the addition of alloying elements such as Bi, Mn, and Al on brass alloys resulted in grain refinement and altered mechanical properties of the alloys. However, the effects of those alloying elements on the deformation characteristic and texture development of brass alloys have not been investigated yet. In this research, microalloying process was conducted by adding pure Bi, Mn, and Al to Cu 29Zn alloys. The samples were manufactured by gravity casting. Bi addition was employed with variation of 0.5 and 1 wt. . On the other hand, both Mn and Al were added with variations of 2, 4, and 6 wt. . As cast samples were homogenized at 800 oC for 2 hours in a muffle furnace. The samples were then cold rolled with the level of deformation of 20, 40, and 70 . Subsequently, as rolled samples were annealed at 300, 400, 500, and 600 oC for 30 minutes. Final samples were characterized using chemical composition analysis, optical and scanning electron microscopy for microstructure observation, tensile and hardness testing, and texture measurement. The results showed that the addition of Bi did not affect the hardness of Cu 29Zn alloy. While on the contrary, Mn and Al addition resulted in significant increase on the alloy hardness. The addition of Bi tended to increase the slip, twin, and shear band density. In contrast, the addition of Mn resulted in decreasing slip density in spite of the increasing twin and shear band density of the alloy. Addition of 5.7 wt. Al reduced the formability of Cu 29Zn alloy by escalating its brittleness. During annealing process, Bi addition tended to increase the rate of recrystallization, while addition of Mn and Al showed contrary results. In the cold rolling process, the addition of Bi and Mn accelerated the development of brass and Goss texture components, and resulted in more complicated texture including copper, brass, and Goss components in the annealing process afterwards."
2017
D2318
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library