Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Gifari Rasyidi
Abstrak :
Latar Belakang: Morning Blood Pressure Surge (MBPS) atau puncak tekanan darah pagi hari merupakan suatu bentuk peningkatan tekanan darah yang terjadi pada pagi hari. MBPS dapat meningkatkan kejadian stroke dan penyakit kardiovaskular jika tekanan darah sistolik meningkat >135 mmHg dan diastolik >85 mmHg pada pagi hari. Penggunaan obat antihipertensi dengan waktu paruh yang panjang cukup efektif untuk mengatasi MBPS yang berlebihan, namun ketersediaan jenis obat antihipertensi di fasilitas kesehatan tingkat I masih sangat terbatas karena sistem aturan yang dibuat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) hanya memakai empat golongan obat antihipertensi saja. Selain itu, pemanfaatan obat tersebut juga masih belum optimal. Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Cinere sudah cukup efektif untuk mengontrol MBPS. Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang. Pengambilan data dengan cara mengukur tekanan darah subjek penelitian sebanyak 2 kali, lalu hasil tersebut dianalisis dengan mengikuti kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil: Hasil analisis dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan obat antihipertensi terhadap puncak tekanan darah pagi hari dengan p: 0,004. Presentase yang terkontrol sebanyak 52,5% yang terkontrol dan 47,5% tidak terkontrol tekanan darah paginya. Kesimpulan: Hal ini menjelaskan pengobatan antihipertensi di Puskesmas Cinere sudah cukup efektif untuk mengontrol tekanan darah di pagi hari.
Background: Morning Blood Pressure Surge (MBPS) is a form of increased blood pressure that occurs in the morning. MBPS can increase the incidence of stroke and cardiovascular disease if systolic blood pressure rises> 135 mmHg and diastolic> 85 mmHg in the morning. The use of antihypertensive drugs with a long half-life is effective enough to overcome excessive MBPS, but the availability of antihypertensive drugs in health facilities at level I is still very limited because the regulatory system made by Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) only uses four groups antihypertensive drugs only. In addition, the use of these drugs is also still not optimal. Methods: The purpose of this study was to determine whether the use of antihypertensive drugs at the Cinere Health Center was effective enough to control MBPS. The research method used was cross-sectional. The number of samples used was 80 people. Retrieval of data by measuring the blood pressure of research subjects 2 times, then the results are analyzed by following the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed univariately and bivariately using the chi square test. Results: The results of the analysis in this study there is a significant relationship between the use of antihypertensive drugs to blood pressure surge in the morning with p: 0.004. The percentage controlled was 52.5% controlled and 47.5% was not controlled in the morning blood pressure. Conclusion: This explains the antihypertensive treatment at the Cinere Health Center is effective enough to control blood pressure in the morning.
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa De Apna
Abstrak :
Pengelolan klaim pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus dilakukan dengan optimal agar keberlangsungan bisnis rumah sakit berjalan lancar. Besarnya klaim yang tertahan karena alasan satu dan lain hal akan berpengaruh pada arus kas bisnis rumah sakit. RSU Kota Tangerang Selatan mengalami klaim pending rata-rata 27,96% per bulan selama tahun 2022. Tujuan penelitian adalah identifikasi penyebab terjadinya klaim pending di RSU Kota Tangerang Selatan sehingga dapat memberikan rekomendasi perbaikan dalam pengelolaan klaim JKN. Penelitian ini adalah studi kasus yang menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam pada 10 informan terpilih. Telaah dokumen dan observasi juga dilakukan untuk mendukung analisis. Hasil penelitian menunjukkan penyebab klaim pending disebabkan oleh ketidaksesuaian pengisian resume medis (33,97%), konfirmasi koding diagnosa dan prosedur (30,01%), ketidaksesuaian administrasi klaim sebanyak 24,90%, konfirmasi karena ketidaklengkapan berkas penunjang klaim (9,83%) dan konfirmasi grouping (1,02%). Komponen sumber daya, komunikasi antar unit, karakteristik organisasi dalam fungsi pengawasan, sikap pelaksana dan faktor eksternal (sosial, ekonomi dan politik) mempengaruhi kejadian klaim pending RS. Rekomendasi dari penelitian ini adalah merevisi dan melakukan sosialisasi atas SOP dalam proses pengajuan klaim dan SOP penyelesaian klaim pending. Catatan penting lain adalah memberikan umpan balik kepada DPJP dan dokter di unit rawat inap tentang penyebab klaim pending. Pertemuan rutin antara tim casemix rumah sakit dengan BPJS Kesehatan juga menjadi pertimbangan dalam rekomendasi sebagai upaya mengaktifkan Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (TKMKB) dan Tim Fraud. ......Effective management of Jaminan Kesehatan National (JKN) patient claims is crucial to ensure efficient operations of the hospital's business operations, a backlog of pending claims can significantly impact hospital’s cash flow. RSU Kota Tangerang Selatan experienced an average pending claims rate of 27.96% per month throughout 2022. The studi aims to identify the causes of these pending claims at RSU Kota Tangerang Selatan and subsequently offer recommendations to enhance JKN claim management. Employing a qualitative method, utilizing a case study approach through in-depth interviews with ten informants, document review and observational data. The finding highlighted several root causes of pending claims, including inconsistencies in completing medical records (33.97%), inaccurate coding of diagnoses and procedures (30.01%), incompatibility of claim administration (24.90%), incomplete supporting claim documents (9.83%) and confirmation issues tied to grouping (1.02%). A combination of factors including resource allocation, inter-departmental communication, organizational dynamics in oversight functions, staff attitudes, and external influences (social, economic, and political) collectively contribute to the occurrence of pending claims. One of the crucial recommendations that emerge from this study is the need to review and disseminate Standard Operating Procedures (SOPs) related to claims submission and the resolution of pending claims. Establishing a feedback loop with attending physicians and inpatient doctors to address the causes of pending claims is also of paramount importance. Furthermore, routine meetings between the hospital's casemix team and BPJS Health is necessary as a strategic measure to activate both the Quality Control Cost Control Team (TKMKB) and the Fraud Team, aiming to mitigate future claim discrepancies.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Nurdin
Abstrak :
Latar belakang. OCS merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk penapisan ganguan fungsi kognitif. Instrumen ringkas, domain spesifik, dan mampu untuk penapisan afasia dan pengabaian. Penelitian ini bertujuan melakukan uji validitas dan reliabilitas OCS-INA. Metode. Proses adaptasi dan translasi OCS sesuai kaidah WHO, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas OCS-INA. Populasi penelitian subjek berumur > 18 tahun dengan fungsi kognitif normal menggunakan Moca-INA. Penelitian dilakukan di panti sosial dan fasilitas kesehatan yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil. 104 subjek memenuhi kriteria inklusi. Sebagian besar laki-laki (51,92%). Usia berkisar antara 20 sampai 87 tahun dengan prevalensi usia tertinggi > 60 tahun (60%), tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (35,58%) dan kebanyakan tidak bekerja (62,5%). Uji validitas menggunakan rumus koefisien korelasi spearman, nilai valid pada hampir semua domain yaitu nilai r hitung > r tabel (0,1927). Uji reliabilitas Kappa p didapatkan interpretasi kesepakatan dominan sangat baik pada 6 tugas pemeriksaan, yaitu tugas semantik (0,874), orientasi (0,842) memori verbal (0,822), memori episodik (0,870) dan tes lapang pandang (1,000). Nilai baik didapatkan pada tes penamaan gambar (0,774), membaca (0,726) dan kalkulasi (0,774). Kesimpulan. OCS-INA valid dan reliabel sebagai instrumen untuk penapisan gangguan kognitif dan bisa melengkapi instrumen yang sudah digunakan sebelumnya. ......Background. OCS is an instrument that can be used to screen impaired cognitive function. This is a compact, domain specific and capable instrument for aphasia and neglect screening. This study aims to test the validity and reliability of OCS-INA. Method. The process of adaptation and translation of OCS according to WHO rules, then tested the validity and reliability of OCS-INA. The study population was subjects > 18 years old with normal cognitive function using Moca-INA. The study was conducted in social institutions and health facilities that met the inclusion criteria. Results. 104 subjects met the inclusion criteria. Most of the subjects were men (51.92%). Age of subjects ranged from 20 to 87 years with the highest age prevalence > 60 years (60%), high school education level (35.58%) and most of them were not working (62.5%). The validity test uses the Spearman correlation coefficient formula, the valid value in almost all domains is the calculated r value > r table (0.1927). Kappa p reliability test showed that the dominant agreement interpretation was very good on 6 examination tasks: semantic (0.874), orientation (0.842) verbal memory (0.822), episodic memory (0.870) and visual field test (1,000). Good scores were obtained in the picture naming test (0.774), sentence reading (0.726) and calculation (0.774). Conclusion. OCS-INA is valid and reliable instrument for cognitive impairment screening and can complement the instruments that have been used previously.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Hijratul Muharramah
Abstrak :
Background: Penyakit Coronavirus (COVID-19) yang disebabkan oleh SARS-COV 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome) telah menyebar keseluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 180 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 3,9 juta kematian. Manifestasi klinis COVID-19 berkisar dari infeksi tanpa gejala atau infeksi ringan hingga bentuk penyakit parah yang mengancam jiwa. Laporan sebelumnya telah menemukan bahwa obesitas dikaitkan dengan kondisi seseorang yang terinfeksi COVID-19 menjadi parah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan obesitas dengan keparahan COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020. Data diperoleh dari rekam medis, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dimana kriteria inklusi adalah pasien dengan informasi lengkap sedangkan untuk kriteria ekslusi adalah pasien yang berusia 18 tahun ke bawah dan hamil. Ada 725 COVID-19 yang disertakan untuk analisis. Kami menggunakan PR yang disesuaikan (dan 95% CI) untuk memperkirakan risiko keparahan COVID-19 yang terkait dengan obesitas. Hasil: Dari 725 pasien COVID-19, 178 mengalami gejala berat. Pasien dengan hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal kronis lebih mungkin menderita gejala COVID-19 yang parah. Obesitas dikaitkan dengan keparahan COVID-19 (PR 1,68 dan 95% CI: 1,24-2,26) setelah dikontrol oleh sia, jenis kelamin, diabetes, dan penyakit jantung. Risiko keparahan COVID-19 yang terkait dengan obesitas berbeda berdasarkan jenis kelamin (PR adalah 1,64, 95% CI: 1,14-2,34 pada pria dan 1,69, 95% CI: 0,99-2,88 pada wanita) dan usia (PR adalah 1,77, 95% CI: 1,07-2,29 pada usia yang lebih muda dan 1,48, 95% CI: 1,01-2,17 pada kelompok usia yang lebih tua). Kesimpulan: Obesitas meningkatkan risiko keparahan COVID-19. Menjaga gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, memilih makanan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dapat mengurangi risiko keparahan COVID-19. ......Background: Coronavirus disease (COVID-19) caused by SARS-CoV 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome) has spread worldwide and infected more than 180 million confirmed cases and 3,9 million deaths. The clinical manifestations of COVID-19 range from asymptomatic or mild infection to severe. Previous reports identified that obesity is associated with the condition of a person infected with COVID-19 develop into severe. This study aims at examining the risk of severity COVID-19 associated with obesity. Methods: A cross sectional study was conducted among COVID-19 patients admitted at the University of Indonesia Hospital in 2020. Patients whose aged 18 or below or pregnant were excluded. Data were obtained from medical records. Cases were selected for the analysis only if the information was completed. There were 725 COVID-19 included for the analysis. We used adjusted PRs (and 95% CI) to estimate the risk of severity of COVID-19 associated with obesity. Results: Of 725 COVID-19 patients, 178 had severe symptoms. Patients with hypertension, diabetes, heart disease and Chronic Kidney Disease were more likely to suffer severe COVID-19 symptoms. After age, gender, diabetes and heart disease were taken into account, obesity was associated with severity of COVID-19 (PR 1.68 and 95% CI: 1,24-2.26). The severity risks COVID-19 associated with obesity were different based on gender (PRs were 1.64, 95% CI: 1,14-2,34 in men and 1.69, 95% CI: 0.99-2.88 in women) and age (PRs were 1.77, 95% CI: 1.07-2.29 among younger age and 1.48, 95% CI: 1.07-2.29 in older age group). Conclusion : Obesity increase the risk for severity of COVID-19. Maintain healthy life style, including routine exercise, choice of healthy food and routine medical checkup may reduce the risk of severity of COVID-19.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Mutiara Putri
Abstrak :
Hipertensi merupakan penyakit penyerta dengan presentase tertinggi pada kasus terkonformasi COVID-19 yaitu sebesar 50,1% dan merupakan penyakit penyerta kedua tertinggi, setelah diabetes melitus, pada kematian COVID-19 yaitu sebesar 9,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel hipertensi dengan kematian pada kasus konfirmasi COVID-19 usia ≥ 55 tahun di Depok periode Agustus 2020 – Juni 2021, berdasarkan data Dinas Kesehatan Depok. Desain pada penelitian adalah kasus kontrol, dengan menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Depok. Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, yaitu kasus konfirmasi COVID-19 dari hasil pemeriksaan PCR yang dilaporkan menggunakan laporan khusus COVID-19 kepada Dinas Kesehatan Kota Depok dengan data variabel yang lengkap pada pasien usia ≥ 55 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi adalah wanita hamil. Didapatkan 425 sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada kelompok kasus dan dilakukan simple random sampling pada kelompok kontrol untuk mendapatkan 425 sampel. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Dari hasil analisis ditemukan hubungan antara hipertensi dengan kematian kasus konfirmasi COVID-19 memiliki nilai asosiasi OR crude yaitu 2,43 (95% CI = 1,67-3,54, P value = <0,0001) dan OR adjusted yaitu 2,08 (95% CI = 1,44-3,02, P value = <0,0001) setelah dikontrol variabel penyakit jantung. Hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan penelitian dan bias. Penggunaan data pada penelitian ini terbatas pada data yang tersedia dalam laporan COVID-19 Dinas Kesehatan Kota Depok. Data pada penelitian ini bersumber dari hasil penyelidikan epidemiologi (PE) Dinas Kesehatan Kota Depok yang mana pengisian formulir PE berdasarkan hasil wawancara petugas kesehatan dengan pasien. ......Hypertension is the most prevalent comorbidity in confirmed cases of COVID-19 which is 50.1% and is the second highest comorbidity, after diabetes mellitus, in COVID-19 deaths which is 9.5%. This study aims to determine the association between hypertension and mortality among confirmed cases of COVID-19 aged ≥ 55 years in Depok for the period of August 2020 – June 2021, based on data from the Depok Health Office. This is a case control study, using secondary data from the Depok Health Office. The samples in this study were samples that met the research inclusion criteria, which is confirmed cases of COVID-19 with the PCR test, that were reported using a special COVID-19 report to Depok Health Office with complete data of the variables, among patients aged ≥ 55 years. While the exclusion criteria were pregnant women. There were 425 samples that met the inclusion criteria in the case group and simple random sampling was performed in the control group to obtain 425 samples. Data were analyzed using chi-square and logistic regression test. From the results of the analysis, it was found that the crude association between hypertension and mortality in confirmed COVID-19 cases is OR 2.43 (95% CI = 1.67-3.54, P value = <0.0001) and adjusted OR 2,08 (95% CI = 1.44-3.02, P value = <0.0001) after being controlled by heart disease comorbid. The results of this study might be influenced by research limitations and bias. The use of data in this study is limited to the data available in the COVID-19 report from Depok Health Office. The data used in this study were obtain from an epidemiological investigation (PE) of the Depok Health Office, which the questionnaires were filled based on interviews conducted by health workers and patients.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sa'diah
Abstrak :
Latar belakang: Myasthenia Gravis Composite Score (MGCS) merupakan alat ukur untuk menilai derajat keparahan pasien MG. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas MGCS ke dalam bahasa Indonesia. Metode penelitian: Dilakukan translasi dan adaptasi lintas budaya sesuai kaidah WHO, selanjutnya dilakukan uji validitas isi dan reliabilitas MGCS versi bahasa Indonesia. Populasi penelitian ini semua subjek dewasa dengan diagnosis MG yang berobat di poli Saraf RSCM, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil. Tiga puluh lima subjek memenuhi kriteria inklusi, diperiksa oleh tiga puluh PPDS Neurologi berbeda. Mayoritas subjek perempuan (68,6%) dengan rerata usia 44,80 (SD:12,56) tahun. Pada uji validitas isi MGCS berdasarkan pendapat ahli. Poin MGCS memiliki kesesuaian terhadap manifestasi klinis dari MG, dan tidak ada perbedaan klinis di Indonesia dengan negara pengembang, sehingga dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas antar pemeriksa menggunakan intraclass correlation coefficient (ICC) dengan nilai ICC tiap item antara 0,79-1,0, dan Cronbach’s Alpha tiap item >0,88. Kesimpulan. MGCS versi bahasa Indonesia valid dan reliabel dalam menilai derajat keparahan pasien MG. ......Introduction. Myasthenia Gravis Composite Score (MGCS) is a severity measurement of MG patients. This study aims to test the validity and reliability the Indonesian Version of MGCS. Methods. Cross-cultural translation and adaptation was conducted according to WHO rules, then validity and reliability test was performed. The population of this study were all adult that have diagnosis of MG at RSCM neurology outpatient clinic who met the inclusion and exclusion criteria. Results. Thirty five subjects met the inclusion criteria, was examined by thirty different neurology resident. The majority of the subjects were female (68.6%) with a mean age of 44.80 (SD:12.56) years. The content validity of MGCS-INA was validate by expert judgement. Every point of MGCS suitable with clinical manifestation of MG, and no difference in clinical manifestation of MG worldwide, so it declared valid. Reliability test-retest using intraclass correlation coefficient (ICC) showed result between 0.79-1.0, and Cronbach’s Alpha each items >0,88. Conclusion. The Indonesian version of MGCS is valid and reliable in assessing severity in MG patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Martasukma Gita Apsari
Abstrak :
Latar belakang. Overall neuropathy limitation scale (ONLS) merupakan skala untuk menilai disabilitas pasien CIDP. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas ONLS ke dalam bahasa Indonesia. Metode. Dilakukan translasi dan adaptasi lintas budaya sesuai kaidah WHO, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas skala ONLS versi bahasa Indonesia. Populasi penelitian ini adalah semua subjek dewasa dengan diagnosis CIDP di RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil. Tiga puluh subjek memenuhi kriteria inklusi. Mayoritas subjek laki-laki (53,3%) dengan rerata usia 46,97 (SD:14,677) tahun, dan rentang usia 21 tahun sampai 77 tahun. Pada uji validitas ONLS menggunakan corrected item-total correlation pada pemeriksa pertama dan kedua didapatkan nilai 0,982. Hasil uji reliabilitas antar pemeriksa menggunakan intraclass correlation coefficient sebesar 0,98 dan Cronbach’s Alpha sebesar 0,99. Kesimpulan. Skala ONLS versi bahasa Indonesia valid dan reliabel dalam menilai disabilitas pasien CIDP. ......Introduction. The overall neuropathy limitation scale (ONLS) is a scale for assessing disability in CIDP patients. This study aims to test the validity and reliability of ONLS into Indonesian language. Methods. Cross-cultural translation and adaptation were carried out according to WHO rules, the testes the validity and reliability of the Indonesian version of ONLS. The population of this study were all adult that have diagnosis of CIDP at RSCM who met the inclusion and exclusion criteria.

Results. Thirty subjects met the inclusion criteria. The majority of the subjects were male (53.3%) with a mean age of 46.97 (SD: 14.677) years, and the age range was 21 to 77 years. In the ONLS validity test using the corrected item-total correlation on the first and second examiners, a value of 0.982 was obtained. The results of the inter-examiner reliability test used an intraclass correlation coefficient of 0.982 and Cronbach’s Alpha of 0.99.  Conclusion. The Indonesian version of the ONLS is valid and reliable in assessing the disability of CIDP patients.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin
Abstrak :
Latar Belakang: Indonesia sebagai negara berkembang mengalami tantangan dalam aplikasi trombektomi mekanik (TM) seperti tenaga ahli neurointervensi, biaya, dan waktu. Efektivitas TM dibandingkan terapi konservatif dalam memperbaiki luaran fungsional pada stroke iskemik akut di negara berkembang belum ada. Metode Penelitian: Studi kohort retrospektif ini menggunakan data rekam medik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2017 hingga Desember 2021. Stroke iskemik sirkulasi anterior dibuktikan dari gabungan klinis dan pencitraan. Kelompok TM dengan/tanpa trombolisis intravena (TIV) dibandingkan dengan konservatif (TIV saja/ medikamentosa). Luaran utama adalah kemandirian fungsional berdasarkan modified Rankin Scale (mRS) bulan ketiga. Hasil: Dari 111 subjek, terpilih 32 subjek pada TM dan 50 subjek pada konservatif dianalisis lebih lanjut. Kelompok TM memiliki rerata usia lebih muda (p=0,004), proporsi hipertensi lebih rendah (p<0,001), intubasi lebih tinggi (p=0,014), dan awitan lebih dini (p=0,023). Trombektomi mekanik tunggal lebih dipilih pada waktu awitan lebih panjang dibandingkan terapi kombinasi (180 vs. 120 menit; p=0,411), tetapi tidak ada perbedaan median door to recanalization (395 vs. 370 menit; p=0,153). Proporsi mRS 0-2 bulan ketiga pada kelompok TM lebih tinggi dibandingkan konservatif (28,1% vs. 18,0%; p=0,280). Pada analisis multivariat, ASPECTS (aOR 2,43; IK95% 1,26-4,70; p=0,008) menentukan kemandirian fungsional pada TM. Kesimpulan: Proporsi mRS 0-2 bulan ketiga pada kelompok TM lebih tinggi dibandingkan dengan terapi konservatif pada pasien stroke iskemik akut oklusi pembuluh darah besar di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo walaupun tidak berbeda secara statistik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dewina Pratiwi
Abstrak :
Latar belakang: Status Epilepticus Severity Score (STESS) merupakan instrumen untuk memprediksi luaran pasien status epileptikus (SE) sebelum dilakukan tata laksana. Status Epilepticus Severity Score sudah divalidasi sebelumnya di Swiss dengan nilai cut-off > 4. Instrumen ini adalah instrumen sederhana, dan dapat digunakan dengan cepat, pada pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan ruang perawatan intensif. Tujuan utama penelitian ini untuk menilai validitas dan reliabilitas STESS yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Tujuan tambahan adalah untuk melihat hubungan antara nilai STESS dengan luaran pada 24 jam, 48 jam, hari ke 7, hari ke 30, dan akhir perawatan pasca-SE ditegakan. Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan Juni 2020 hingga November 2020. Penelitian ini menggunakan disain potong-lintang prospektif dan dilakukan penilaian secara serial untuk melihat luaran pada 24 dan 48 jam pertama, hari ke-7, 30 dan akhir perawatan. Luaran yang dinilai adalah hidup dan mati. Kriteria inklusi adalah pasien SE konvulsivus yang belum mendapatkan tata laksana kejang. Kuesioner STESS telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Dilakukan uji validitas dan reliabilitas STESS Bahasa Indonesia (STESS-INA). Selanjutnya ditentukan nilai titik potong STESS dengan menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) dan menilai Area Under Curve (AUC) terhadap titik potong yang ditentukan. Setelah itu dilakukan analisa statistik berdasarkan titik potong tersebut terhadap luaran pasien pada 24 dan 48 jam, hari ke-7 dan 30, serta akhir perawatan. Luaran yang dinilai dalam bentuk pasien hidup atau meninggal. Hasil: Didapatkan 17 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil uji validitas interna STESS-INA untuk tiap item didapatkan koefisien korelasi 0,484 hingga 0,702 dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,71. Pada studi ini didapatkan mortalitas adalah sebesar 23%. Berdasarkan kurva ROC, didapatkan nilai titik potong 4. Nilai AUC STESS-INA pada akhir perawatan 96,2% dengan menggunakan nilai titik potong STESS > 4. Nilai STESS-INA > 4 berhubungan bermakna dengan luaran kematian pada akhir perawatan (p=0,006). Kesimpulan: STESS-INA merupakan instrumen valid dan reliabel. Nilai STESS-INA > 4 berhubungan bermakna terhadap luaran kematian pada akhir perawatan. ......Background: STESS in an instrument to predict the outcome of a status epilepticus (SE) patient before being managed. STESS has been validated before in Swiss with a cut-off point of ≥4. This simple instrument can be used quickly for patients in the ER and ICU. The goal of this research is to assess the validity, reliability of STESS Indonesia version (STESS-INA) and to evaluate the association of score of STESS-INA and outcome on 24 hours, 48 hours, 7th day, 30th day, and at the last day of hospitalization. Method: Research was being done at RSUPN Cipto Mangunkusumo on June 2020 to November 2020. STESS was translated to Indonesia version (STESS-INA) followed by validity and reliability evaluation. STESS-INA was assessed when patient is being diagnosed with SE before being managed, then being observed on the first 24 hours, 48 hours, 7th day, 30th day and the last day of hospitalization. Predictive value of STESS-INA was being assessed by Receiver Operating Character (ROC) with the cut-off point at the most optimal sensitivity and specificity followed by assess the correlation between STESS-INA cut-off point and the outcome on 24 hours, 48 hours, 7th day, 30th day, and at the last day of hospitalization. The outcome was live/deceased. Result: There were 17 patients in this study. The results of the internal validity test obtained a correlation coefficient of STESS-INA was 0.484 to 0.702. Internal consistency reliability test with Cronbach’s Alpha was 0.71. The mortality rate of these study was 23%. The AUC value of STESS-INA at the end of hospitalization was 96.2 with cut-off point >4. In this study, STESS-INA with cut-off point 4 has significantly associated with outcome at the last day of hospitalization (p = 0.006). Conclusion: STESS-INA is a valid and reliable instrument in predicting outcome at the end of hospitalazation. STESS with a cut-off >4 was associated with mortality at the last day of hospitalization.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sugiono
Abstrak :
Latar Belakang. Stroke iskemik dan gagal jantung merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Keduanya memiliki faktor risiko yang sama sehingga sering muncul bersamaan sebagai komorbid. Keduanya juga dikaitkan dengan gangguan viskositas darah dan luaran fungsional yang lebih buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbandingan nilai viskositas darah dan luaran fungsional pasien stroke iskemik subakut dan kronis dengan dan tanpa komorbid gagal jantug. Metode. Penelitian ini menggunakan desian case control yang dilakukan di klinik rawat jalan Neurologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Maret dan April 2023. Analisis univariat, bivariat dan multivariat dilakukan sesuai kebutuhan. Hasil. Penelitian ini melibatkan 24 pasien stroke iskemik subakut dan kronis dengan komorbid gagal jantung dan 24 pasien stroke iskemik subakut dan kronis tanpa komorbid gagal jantung. Tidak didapatkan perbedaan rerata pada semua variabel penelitian yang terdiri dari nilai viskositas darah (5,45±0.77poise vs 5,50±0,77poise, p = 0,85); nilai viskositas plasma (1,78±0,31poise vs 1,80±0,32poise, p = 0,87); kadar hematokrit (38,42±4,78% vs 40,43±4,25%, p = 0,13); kadar fibrinogen (401,03±121,18mg/dL vs 346,49±70,07mg/dL); dan nilai mRS (2(0-4) vs 1(0-3), p = 0,37). Kesimpulan. Tidak ada perbedaan rerata nilai viskositas darah, viskostias plasma, kadar hematokrit, kadar fibrinogen, dan nilai mRS yang bermakna secara statistik pada stroke iskemik subakut dan kronis dengan dan tanpa komorbid gagal jantung. Perlu penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar. ......Background. Ischemic stroke and heart failure are major health problems in the world. Both have the same risk factors so they often appear together as comorbidities. Both are also associated with impaired blood viscosity and worse functional outcomes. This study aims to assess the comparison of blood viscosity values and functional outcomes of subacute and chronic ischemic stroke patients with and without heart failure. Methods. This study used a case-control design which was conducted at the Neurology outpatient clinic at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in March and April 2023. Univariate, bivariate, and multivariate analyzes were carried out as needed. Result. In this study, there were 24 subacute and chronic ischemic stroke patients with concomitant heart failure and 24 such patients without such a condition. There are no means differences in all of the study variables, which included blood viscosity values (5.45 0.77 poise vs. 5.50 0.77 poise, p = 0.85; plasma viscosity values (1.78 0.31 poise vs. 1.80 0.32 poise, p = 0.87); hematocrit levels (38.42 4.78% vs. 40.43 4.25%, p = 0.13); fibrinogen levels (401.03±121.18mg/dL vs 346.49±70.07mg/dL); and mRS value (2(0-4) vs 1(0-3), p = 0.37). Conclusion. There were no statistically significant differences in mean blood viscosity, plasma viscosity, hematocrit levels, fibrinogen levels, and mRS values in subacute and chronic ischemic stroke with and without comorbid heart failure. Further research is needed with a larger sample.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>