Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoses Rivano Bakara
Abstrak :
Latar belakang: Kanker merupakan penyakit dengan insidensi yang berkembang pesat. Salah satu dari jenis kanker tersebut adalah kanker orofaring. Kanker orofaring mempunyai beberapa faktor risiko salah satunya Human Papillomavirus (HPV). Terdapat peningkatan insidensi karsinoma sel skuamosa orofaring yang terkait dengan HPV. Mahasiswa medis memegang kontribusi yang penting dalam diagnosis, skrining, dan vaksinasi HPV untuk menekan perkembangan kanker orofaring yang terkait HPV, namun memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai kanker orofaring yang terkait HPV. Belum pernah ada penelitian di Indonesia terkait pengetahuan kanker orofaring yang terkait HPV pada mahasiswa ilmu kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan terhadap kanker orofaring yang terkait HPV. Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 1004 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi serta diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil: Mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan yang tidak memadai pada semua aspek pertanyaan. Jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang memadai untuk pengetahuan secara keseluruhan adalah 8,6%, pengetahuan umum HPV 42,2%, pengetahuan tentang kanker orofaring terkait HPV 2%, dan tingkat pengetahuan vaksin HPV 14,9%. Usia, jenis kelamin, tahun masuk, dan asal fakultas membedakan tingkat pengetahuan keseluruhan, pengetahuan umum HPV, dan pengetahuan tentang vaksin HPV. Selanjutnya, tingkat pengetahuan kanker orofaring terkait HPV dibedakan oleh tahun masuk dan asal fakultas. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan UI terhadap HPV, kanker orofaring yang terkait HPV, serta vaksin HPV belum memadai. Tingkat pengetahuan secara umum dibedakan oleh faktor usia, jenis kelamin, tahun masuk, dan asal fakultas. ......Background: Cancer is a disease with a rapidly growing incidence. One of these types of cancer is oropharyngeal cancer. Oropharyngeal cancer has several risk factors, one of which is the Human Papillomavirus (HPV). There is an increased incidence of HPV related squamous cell carcinoma of the oropharynx. Medical students play an important contribution in the diagnosis, screening, and vaccination of HPV to suppress the development of HPV-related oropharyngeal cancer, but have a lack of knowledge about HPV-related oropharyngeal cancer. There has never been any research in Indonesia assessing knowledge on HPV related oropharyngeal cancer in health science cluster students. Objective: To determine the level of knowledge of Health Sciences Cluster students regarding HPV related oropharyngeal cancer. Method: Cross-sectional analytic descriptive study on 1004 health sciences cluster students using a questionnaire that has been adapted and tested for its validity and reliability. Results: The majority of respondents have an inadequate level of knowledge on all aspects of the question. The percentage of respondents with an adequate level of overall knowledge was 8.6%, general knowledge of HPV 42.2%, knowledge of HPV-related oropharyngeal cancer 2%, and knowledge of HPV vaccine 14.9%. Age, sex, year of entry, and faculty origin differentiated the level of overall knowledge, general knowledge of HPV, and knowledge of the HPV vaccine. Furthermore, the level of knowledge of HPV-related oropharyngeal cancer was differentiated by year of entry and faculty origin. Conclusion: The level of knowledge of health sciences cluster students on HPV, HPV related oropharyngeal cancer, and the HPV vaccine is inadequate. The level of knowledge is generally differentiated by factors of age, gender, year of entry, and faculty origin.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianti Primata Ayu
Abstrak :
Latar Belakang: Pemberlakuan pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dilakukan sebagai upaya penghambatan COVID-19 di institusi pendidikan. Perubahan ini, menimbulkan perbedaan persepsi dari dosen khususnya dalam bidang kedokteran gigi terkait keterampilan ilmu teknologi informasi (TI) dan persiapan, efektivitas, tantangan, serta keuntungan dari pembelajaran daring. Belum terdapat analisis tentang hubungan sosiodemografi dosen dengan persepsi pembelajaran daring di bidang kedokteran gigi Indonesia. Tujuan: Mengetahui persepsi dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) terhadap pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Metode: Penelitian analitik potong lintang menggunakan kuesioner pada dosen aktif FKG UI. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik SPSS. Hasil: Sebanyak 105 dosen (85,3%) berpartisipasi. Responden (>50%) merasa mereka mempunyai keterampilan ilmu TI yang baik, memerlukan persiapan yang lebih, terdapat tantangan dan keuntungan, namun responden meragukan efektivitas dari pembelajaran daring. Responden (84,7%) menyatakan pembelajaran daring tidak lebih baik dari pembelajaran luar jaringan. Responden (81%) memilih pembelajaran bauran setelah mengalami pembelajaran daring selama masa pandemi COVID-19 di kedokteran gigi. Persepsi dosen FKG UI tentang keterampilan ilmu TI dan persiapan, serta tantangan dalam pembelajaran daring dipengaruhi oleh sosiodemografi, kecuali efektivitas dan keuntungan. Usia, lama mengajar, dan jabatan akademik berhubungan dengan persepsi tentang keterampilan TI dan persiapan pembelajaran daring. Pengalaman pelatihan pembelajaran daring berhubungan dengan persepsi tentang tantangan pembelajaran daring. Kesimpulan: Dosen FKG UI mempunyai persepsi yang baik terhadap pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 terkait keterampilan ilmu TI dan persiapan, keuntungan dan tantangan, kecuali efektivitasnya yang diragukan. Selanjutnya, mayoritas dosen FKG UI memilih pembelajaran bauran sebagai metode yang dipakai di bidang kedokteran gigi setelah masa pandemi COVID-19 ......Background: The implementation of online learning is carried out as an effort to inhibit COVID-19 in educational institutions. This change has led to different perceptions from lecturers, especially in the field of dentistry, regarding information technology (IT) skills and preparation, effectiveness, challenges, and advantages of online learning. There has been no analysis of the sociodemographic relationship between lecturers and perceptions of online learning in Indonesian dentistry. Purpose: To find out the perceptions of lecturers at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia (Dentistry UI) towards online learning during the COVID-19 pandemic. Method: A cross-sectional analytic study using a questionnaire on active lecturers at Dentistry UI. Data were analyzed using SPSS statistical software. Results: A total of 105 lecturers (85.3%) participated. Respondents (> 50%) feel they have good IT skills, require more preparation, there are challenges and advantages, but respondents doubt the effectiveness of online learning. Respondents (84.7%) stated that online learning was no better than offline learning. Respondents (81%) chose hybrid learning after experiencing online learning during the COVID-19 pandemic in dentistry. Dentistry UI lecturers' perceptions of IT skills and preparation, as well as challenges in online learning are influenced by sociodemography, except for effectiveness and benefits. Age, length of teaching and academic position are related to perceptions of IT skills and online learning preparation. The experience of online learning training is related to perceptions of the challenges of online learning. Conclusion: Dentistry UI lecturers have a good perception of online learning during the COVID-19 pandemic in terms of IT skills and preparation, advantages, and challenges, except for the effectiveness which is doubtful. Furthermore, the majority of Dentistry UI lecturers chose hybrid learning as the method used in dentistry after the COVID-19 pandemic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Kusumasari
Abstrak :
Latar Belakang: Long COVID merupakan istilah umum yang digunakan untuk pasien yang telah pulih dari COVID-19 tetapi masih menunjukkan gejala jauh lebih lama dari yang diperkirakan. Gejala di area mulut baik yang muncul setelah terinfeksi COVID-19 ataupun adanya persistensi gejala COVID dapat memperburuk kondisi kesehatan umum. Identifikasi dan deteksi dini merupakan hal yang penting dalam memberikan perawatan dan tatalaksana temuan oral yang diperlukan sebagai kunci prognosis perawatan pasien penyintas COVID-19. Oleh karena itu, diperlukan penelitian temuan long COVID oral di Indonesia. Tujuan: Untuk mengeksplorasi dan mengetahui bentuk temuan long COVID oral di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptik cross-sectional pada 386 penyintas COVID-19 di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, secara daring melalui google form. Hasil Penelitian: Dari 386 responden, sebanyak 120 responden memiliki gejala rongga mulut setelah COVID, di antaranya bibir kering (83,3%), mulut terasa kering (60%), perubahan indra pengecapan (59,2%). Kesimpulan: Sebagian besar responden pada penelitian ini tidak memiliki gejala rongga mulut setelah COVID, namun terdapat 31,1% dari total responden menyatakan memiliki gejala rongga mulut setelah COVID. Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa dapat ditemukannya Long COVID Oral. Namun hanya terdapat sebagian kecil dari populasi memiliki temuan Gejala Long COVID Oral. ......Background: Long COVID is a general term used for patients who have recovered from COVID-19 but are still showing symptoms much longer than expected. Symptoms in the mouth area whether they appear after being infected with COVID-19 or the persistence of COVID symptoms can worsen general health conditions. Early identification and detection are important in providing care and managing oral findings which are needed as a key to the prognosis of the treatment of COVID-19 survivors. Therefore, it is necessary to study the findings of long COVID oral in Indonesia. Objectives: To explore and find out the forms of oral manifestations of COVID-19 and long oral COVID-19 in Indonesia. Methods: This study used a cross-sectional descriptive design on 386 survivors of COVID-19 in Indonesia. Data collection was carried out by filling out a questionnaire that had been tested for validity and reliability, online via the Google form. Results: Of 386 respondents, 120 respondents had symptoms of the oral cavity after COVID, including dry lips (83.3%), dry mouth (60%), changes in the sense of taste (59.2%). Conclusion: Most of the respondents in this study did not have oral symptoms after COVID, but 31.1% of the total respondents said they had oral symptoms after COVID. From the results of the study, it can be concluded that Long COVID Oral can be found. However, only a small portion of the population has Long COVID Oral Symptoms.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Zahradu Andrapis
Abstrak :
Latar Belakang : Penurunan kapasitas fisik dan peningkatan risiko penyakit terjadi seiring pertambahan usia. Kesehatan rongga mulut saling berhubungan dengan kesehatan umum. Selain itu, adanya ketidakmerataan dokter gigi menjadi alasan dibutuhkannya kerjasama antara dokter gigi dan tenaga kesehatan selain dokter gigi, seperti mahasiswa bidang kesehatan. Penelitian ini, dilakukan untuk menganalisis penilaian kesehatan gigi dan mulut lansia oleh mahasiswa bidang kesehatan dibandingkan dengan dokter gigi menggunakan Oral Health Assessment Tool (OHAT). Tujuan : Untuk mengetahui reliabilitas OHAT versi Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa bidang kesehatan dan dokter gigi. Metode : Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 57 lansia Panti Werdha Budi Mulia 03 dengan pencatatan data sosiodemografis dan pemeriksaan intraoral menggunakan kuesioner oleh mahasiswa bidang kesehatan dan dokter gigi. Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan bermakna terhadap rerata total OHAT versi Bahasa Indonesia. Reliabilitas antar pemeriksa terhadap total skor OHAT adalah sedang. Reliabilitas kesepakatan antar pemeriksa terhadap penilaian 8 kategori OHAT versi Bahasa Indonesia buruk hingga kuat. Kesimpulan : Diperlukan pelatihan kepada mahasiswa bidang kesehatan yang memadai terkait penilaian rongga mulut lansia menggunakan OHAT versi Bahasa Indonesia untuk meningkatkan reliabilitas antar pemeriksa. ......Background: Decreased physical capacity and increased risk of disease occur with increasing age. Oral health is interconnected with general health. Apart from that, the unequal distribution of dentists is the reason for the need for collaboration between dentists and health workers other than dentists, such as health students. This research was conducted to analyze the assessment of the dental and oral health of the elderly by health students compared to dentists using the Oral Health Assessment Tool (OHAT). Objective: To determine the reliability of the Indonesian version of OHAT carried out by health and dentist students. Method: Cross-sectional analytical descriptive research on 57 elderly people at Budi Mulia 03 Nursing Home by recording sociodemographic data and intraoral examination using questionnaires by health students and dentists. Research Results: There is a significant difference in the total mean of the Indonesian version of OHAT. Inter-examiner reliability of the total OHAT score was moderate. The reliability of agreement between examiners regarding the assessment of the 8 OHAT categories in the Indonesian version was poor to substantial agreement. Conclusion: Adequate training is needed for health students regarding the assessment of the oral cavity of the elderly using the Indonesian version of the OHAT to increase inter-examiner reliability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Adhelia Sulisfianty
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kepala dan leher dinyatakan sebagai kanker ketujuh yang paling umum ditemukan di dunia dan hingga saat ini prevalensinya kian meningkat. Kanker kepala dan leher umumnya disebabkan karena tingginya kebiasaan merokok dengan tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Mahasiswa perguruan tinggi yang menginjak usia dewasa muda umumnya memiliki keterlibatan dengan kedua faktor risiko kanker kepala dan leher, yaitu paparan tembakau dan konsumsi alkohol. Penelitian yang menilai pengetahuan mahasiswa mengenai kesehatan umumnya dilakukan pada mahasiswa medis yang telah terpapar pembelajaran yang berfokus pada ilmu-ilmu kesehatan. Belum ada penelitian tentang kesadaran dan pengetahuan tentang kanker kepala dan leher pada mahasiswa nonmedis di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif potong lintang pada 570 mahasiswa Rumpun SAINTEK dan Rumpun SOSHUM UI menggunakan kuesioner tentang kesadaran dan pengetahuan kanker kepala dan leher yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil: Secara keseluruhan, sebagian besar mahasiswa mengetahui istilah kanker kepala dan leher. Namun, berdasarkan variabel-variabel kesadaran dan pengetahuan lain yang diteliti, masih banyak mahasiswa yang tidak dapat mengidentifikasi gejala awal dan faktor risiko kanker kepala dan leher. Kesimpulan: Kesadaran dan pengetahuan mengenai kanker kepala dan leher pada mayoritas mahasiswa Rumpun SAINTEK dan Rumpun SOSHUM kurang memadai ......Background: Head and neck cancer is declared as the seventh most common cancer in the world with its increasing prevalence. Head and neck cancer is caused due to the high habit of tobacco use and excessive alcohol consumption. College students generally have an involvement with tobacco exposure and alcohol consumption, as are the two most important risk factors of head and neck cancer. Research that assesses students’ knowledge of health is generally conducted on medical students who have been exposed to a curriculum that focuses on health sciences. There has never been any research in Indonesia assessing awareness and knowledge regarding head and neck cancer on non-medical students. Methods: A descriptive cross-sectional study was conducted on 570 non-medical students using a cross-cultural adapted questionnaire. Results: In general, most of the students knew the term head and neck cancer. However, based on other awareness and knowledge variables studied, there were still many students who were not able to identify the early symptoms and risk factors for head and neck cancer. Conclusion: This study shows that the awareness and knowledge about head and neck cancer in the majority students of Engineering and Technology Cluster and Social Sciences and Management Cluster Universitas Indonesia is inadequate.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library