Cekungan Kutai merupakan cekungan terluas di Indonesia. Secara fisiografis, terdapat 3 zona berorientasi utara ke selatan yang membagi Cekungan Kutai pada bagian barat hingga timur. Penelitian biostratigrafi terhadap sedimen berumur tersier di cekungan Kutai penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan akurasi pembatasan umur relatif bagi masing-masing satuan batuan dan peristiwa-peristiwa penting seperti sejarah pembentukan cekungan Kutai. Penelitian terdahulu mengenai sedimen Tersier yang lebih tua daripada Miosen Tengah masih sangat sedikit, terutama penelitian mengenai stratigrafi khususnya biostratigrafi yang dinilai sangat penting. Maka dari itu penelitian ini akan membahas biostratigrafi cekungan Kutai yang berada di pulau Kalimantan bagian Timur dan berumur lebih tua daripada Miosen Tengah, tepatnya pada umur Eosen Akhir hingga Oligosen. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kandungan fosil foraminifera yang terdapat pada perconto batuan sedimen dari sumur pengeboran ILM untuk mengetahui zonasi umur, persebaran fosil, dan lingkungan pengendapan batuan yang terdapat dalam sumur pengeboran tersebut. Analisis fosil foraminifera juga akan dilengkapi oleh data fosil nanoplankton sebagai data pelengkap yang dapat meningkatkan ketelitian dari studi biostratigrafi yang dilakukan.
Kutai Basin is the largest sedimentary basin in Indonesia. Physiographically, there are three zones with N-S orientation that divide Kutai Basin from the west side until the east side. Researches related to biostratigraphy of tertiary Kutai basin is important to do because it can enhance the accuracy of age determination within sediment layers and it can help reconstruct the history of Kutai Basin. Previous researches related to biostratigraphy in tertiary Kutai Basin which is older than Middle Miocene is very limited, so the goal of this research is to explain the biostratigraphy of Kutai Basin older than Middle Miocene, from Late Eocene to Oligocene to be exact. This research will be based on foramifera fossils contained in sedimentary rocks of ILM drilling well to explain age zonation, fossil distribution, and sediment depositional environment of the drilling well. Foraminifera fossil analysis will also be complemented with nannoplankton fossil as the secondary data to increase the accuracy of this biostratigraphy research.
Formasi Bayah merupakan salah satu formasi yang terdapat pada daerah penelitian di kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan litologi batuan seperti batubara, batulempung dan batupasir. Metode penelitian menggunakan analisis maseral dan analisis polen untuk dapat menentukan umur batuan, sejarah geologi dan lingkungan pengendapan dari batuan tersebut. Analisis maseral merupakan analisis melalui kandungan organik seperti vitrinit, liptinit dan inertinit yang terdapat pada batubara sedangkan analisis polen merupakan analisis melalui jenis dan morfologi polen berdasarkan deskripsi yang dapat diamati melalui mikroskop. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lingkungan pengendapan terbentuknya batubara Pada analisis tersebut digunakan 2 sampel batubara dalam analisis maseral dan 1 sampel batubara serta 2 sampel batulempung digunakan dalam analisis polen. Pengambilan sampel batubara tersebut dilakukan melalui pemetaan geologi serta pengamatan langsung di lapangan yang ditemukan di Desa Sukajadi, Desa Bukitsanggo dan Desa Pasirakmin melalui singkapan yang terdapat di area penelitian. Melalui sampel tersebut, dapat diketahui hasil analisis yang dilakukan adalah pada analisis maseral sampel batubara KP-01 dan KP-02 maka ditemukan maseral vitrinit lebih dominan yaitu 93,4%Vol KP-01 dan 88%Vol KP-02 dibandingkan maseral lain. Berdasarkan analisis maseral, Lingkungan pengendapan dari KP-01 yaitu telmatik, KP-02 yaitu marsh sedangkan analisis polen menunjukkan KP-03 memiliki lingkungan pengendapan yaitu lower delta plain.
Bayah Formation is one of the formations found in the research area in Panggarangan sub- district, Lebak Regency, Banten Province with rock lithology such as coal, claystone, and sandstone. The research method uses the analysis of maceral and pollen analysis to determine the age of the rock, the geological history and the depositional environment of the rock. Maceral analysis is an analysis through organic content such as vitrinite, liptinite and inertinite contained in coal while pollen analysis is an analysis through the type and morphology of pollen based on the description that can be observed through a microscope. The purpose of this research is to determine of coal depositional environment. In this analysis, two samples of coal were used in the maceral analysis, one sample of coal and two samples of clay were used in pollen analysis. The coal sampling was carried out through geological mapping and direct observation in the field found in Sukajadi Village, Bukitsanggo Village and Pasirakmin Village through outcrops in the research area. Through this sample, it can be seen that the results of the analysis carried out on the maceral analysis of coal samples KP-01 and KP-02 then found that vitrinite is more dominant, that is 93,4% Vol KP-01 and 86% Vol KP-02 compared to other macerals. Based on maceral analysis, the depositional environment of sample KP-01 is meander river, KP-02 is marsh while pollen analysis show KP-03 has a depositional environment that is lower delta plain.