Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hani`ah
Abstrak :
ABSTRAK
Agama merupakan masalah yang menarik untuk diketahui karena pretensinya sebagai pembawa kebenaran. John Dewey, seorang filsuf pragmatisme Amerika yang terkenal, mempermasalahkan hal itu dalam pemikirannya. Pragmatisme adalah filsafat naturalistik, yaitu filsafat yang lebih mengutamakan aspek praktis daripada aspek teoritis. Jadi , pandangan Dewey terhadap agama pun bersifat praktis-pragmatis: sesuatu yang berbeda secara diametral dari hakikat agama itu sendiri. Dan yang kuga membuat masalah ini menarik adalah sikap Dewey yang tampa enggan memasuki bidang ini sehingga bukunya mengenai agama A Common Faith baru ditulis pada senja hidupnya setelah ia berusia 75 tahun.

Dari sudut filsafat, karya Dewey yang terpenting adalah kritiknya terhadap kebenaran tradisional yang dinyatakan dalam teorinya instrumentalisme...
1985
S16183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simon Rande
Abstrak :
ABSTRAK
Manusia yang mempunyai harapan tidak takut menghadapi kenyataan. Mengakhiri suatu uraian dengan harapan-harapan merupakan suatu kebiasaan. Tidak semua harapan menjadi kenyataan. Mungkin sama sekali jauh dari kenyataan. Karena itu harapan-harapan dan saran-saran adalah lagu lama yang tetap aktual dengan keterbukaan dan kesadaran bahwa setiap karya tulis adalah karya bersama...
1985
S16105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
V.B. Saka. author
Abstrak :
Alam pikiran Van Kaam mengenai konseling berkisar sekitar intersubyektivitas dan kebebasan manusia. Untuk dapat memahaminya perlu diketahui latar belakang filsafatnya yakni eksistensialisme yang menggunakan metode fenomenologi. Latar belakang termasud diuraikan dalam BAB I dan BAB II. pokok-pokok pikiran Van Kaam dikemukakan dalam Bagian Kedua yang diperinci di dalam BAB II, BAB IV, BAB V dan BAB VI. BAB III memasalahkan Pertemuan manusiawi sebagai wadah dan gejala Konseling dan psikoterapi. Di sini dikemukakan pertemuan manusiawi, pertemuan terapeutik yang autentuk, jawaban terpeutik terhadap seruan konseli, jawaban konseli terhadap konselor...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S16044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrida Wiryawan
Abstrak :
Dalam skripsi ini akan dikemukakan paham penyangkalan adanya Tuhan dalam pandangan F.W. Nietzsche. Dalam menguraikan pemikirannya tentang ateisme, Nietzsche bertolak dari realitas masyarakat pada waktu itu, ia melihat keadaan kebudayaan Jerman sudah merosot,.nilai manusia yang hakiki sudah tampak hilang. Nietzsche menyaksikan suatu desintergrasi kehidupan, suatu keruntuhan kebudayaan. Dalam bukunya The Birth Of' Tragedy from The Spirit of Music, nampak kekecewaannya yang mendalam. Melalui agama Kristen, bangsa Yahudi dianggapnya telah memutarbalikkan nilai-nilai manusia. Manusia yang baik adalah manusia yang hidup melarat, menderita dan tidak kuasa. Sedangkan bagi Nietzsche sendiri nilai manusia adalah suatu tindakan yang menonjolkan nilai-nilai biologia seperti kekuatan, keberanian dan keganasan. Situasi kebudayaan Jerman ketika itulah yang mempengaruhi jalan pikiran Nietzsche, dan ia ingin membebaskan manusia dari segala hal yang membuat manusia menjadi lemah dan tidak berdaya, dengan demikian Nietzsche menemukan arti kehidupan manusia. Dalam pandangannya tentang manusia, ia melihat manusia dalam kehidupan yang nyata, eksistensial. Manusia dalam bentuk konkrit adalah badan. Badan mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia, dan berkat badannya manusia dapat menyempurnakan dirinya. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dari badan saja, tetapi juga mempunyai jiwa, dan jiwa hanya sebuah nama saja dalam badan manusia. Dalam badan manusia terdapat unsur kekuatan, keberanian dan kehendak untuk berkuasa, yang merupakan daya pendorong hidup atau hawa nafsu yang universal yang juga merupakan ukuran tingkah laku manusia. Kehendak untuk berkuasa merupakan kenyataan yang besar tentang dunia ini, dengan dasar kehendak untuk berkuasa ini Nietzsche secara terang-terangan menyangkal adanya Tuhan. Konsep Tuhan yang disangkal adalah konsep Tuhan dalam agama Kristen, kemudian baru konsep Tuhan dalam agama-agama yang lain. Konsep Tuhan bagi Nietzsche berasal dari keterikatan suatu perasaan. Bila manusia tiba-tiba dihadapkan kepada suatu perasaan yang lebih besar dari dirinya maka keamanannya akan terancam, ia was-was akan dirinya dan mengarahkan pandangannya kepada orang yang lebih besar yang ia sebut Tuhan. Agama muncul karena manusia mengalami perpecahan dalam dirinya. Di satu pihak manusia itu lemah, di lain pihak merasa kuat, lalu kuasa dipersonifikasikan menjadi Tuhan. Dalam melancarkan kritik-kritiknya terhadap agama, ia meli-hat kenyataan ketika itu, terutama para pemimpin agama mengajarkan tentang ajarannya. Nietzsche merasa muak kepada para pendeta yang mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa. Dan Nietzsche memperingatkan kepada manusia agar waspada terhadap bangunan yang dinamakan dengan gereja. Bagi Nietzsche semua ini adalah palsu, karena agama sering mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa, manusia yang mau menjalami hidup dalam serba penuh dosa ini, adalah manusia yang tolol, yang tidak berharga. Nietzsche menolak Tuhan dimana dikatakan dalam karyanya The Gay Science, bahwa Tuhan telah mati, dan kitalah yang membunuhnya. Bertalian dengan Kebencian kepada Tuhan, ia juga membenci moral Kristen karena moral tersebut membuat manusia-manusia menjadi budak, dalam agama Kristen memuji mereka yang rendah hati, menyelamatkan yang sakit dan menderita, melindungi yang lemah. Moral budak ini nampak dalam gerakan demokrasi. Pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang sama, manusia itu berbeda-beda. Penilaian yang baik dan buruk sudah tidak berlaku dan diganti dengan unggul dan hina. Dalam menerima kematian Tuhan Nietzsche mengharapkan akan datangnya manusia adi (Ubermenrsch), kerena manusia adi inilah yang dapat dan berani mengubah semua nilai. Dalam manusia adi terdapat unsur keberanian, kekuatan, kecerdasan dan kebanggaan. Dengan menerima matinya Tuhan, maka manusia akan menjadi bebas dan manusia dapat menentukan arah tujuan hidupnya bahwa manusia harus mencipta, itulah hakikat manusia. Walaupun Nietzsche menolak Tuhan yang kekal, namun ia mengakui juga adanya kekekalan dalam pengertian siklis. Sehubungan dengan pemikiran ini. ia mengatakan bahwa kebenaran itu tidak ada yang absolut. Secara pribadi Nietzsche menderita atas pikiran-pikiran tentang kematian Tuhan yang terbukti dalam surat-surat dan dalam tulisan-tulisan. misalnya dalam buku Thus Spake Zarathustra dapat dilihat betapa kerinduan itu dapat terbaca, dalam sebuah aphorismenya ia memanggil Tuhan kembali. Jadi apa yang dikemukakan dalam pandangan ateisme Nietzsche bukanlah masalah yang spekulatif, melainkan pengukuhan eksistensi. Dalam pembahasan tentang ateismenya Nietzsche tidak berharap untuk menemukan penyelamatan manusia tetapi hanya dalam prahara, bukan menyarankan surga yang abadi malahan menyarankan pengulangan kembali kesengsaraan manusia.
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library