Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Yani
"Telah dibuat suatu program penentuan parameter loop histerisis bahan ferromagnet berdasarkan model Jiles-Atherton. Program itu dibuat dengan memanfaatkan algoritma genetika yang telah terintegrasi dalam perangkat lunak MATLAB. Validasi program dilakukan melalui dua tahap yaitu validasi program simulasi dan validasi program penentuan parameter. Program ini memberikan hasil yang memuaskan dengan kesalahan relatif dibawah 6,5% pada saat ujicoba. Hasil yang memuaskan diperlihatkan pada saat program ini dipergunakan untuk menentukan paramater dari data pengukuran histerisis nickel 99,9%. Sebaliknya hasil yang kurang memuaskan diperoleh ketika dipergunakan untuk menentukan parameter dari data pengukuran histerisis barium ferrit.

There has been designed a program to identify parameter from ferromagnetic material hysteresis loop based on Jiles-Atherton model. That program used genetic algorithm toolbox which is integrated in MATLAB software. Its validation is conducted through two steps, namely validation of simulation program and validation of identification parameter program. The program gave satisfactory result when it is applied in trial with error relative less than 6,5%. Satisfactory result is shown when it is used to identify model parameter from nickel 99,9% hysteresis measured data. In the contrary, dissatisfied result obtained when it is applied to identify model parameter from barium ferrite hysteresis measured data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Martua
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T39985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Hardiansyah
Pontianak: Untan Press, 2012
333.72 GUS r (1);333.72 GUS r (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nida`uljanah
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas habitus kelas dominan dalam wacana buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2 dan habitus kelas terdominasi di dalamnya. Data utama yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data kebahasaan berupa kalimat dalam wacana yang digunakan dalam buku tersebut. Data tersebut dikumpulkan dengan metode simak teknik sadap terhadap buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2. Teknik sadap dilakukan dengan cara sadap bebas libat cakap, yaitu peneliti memerhatikan dengan cermat tanpa ikut berpartisipasi dalam penggunaan bahasa dalam buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2. Prnrlitian ini dilakukan pendekatan analisis wacana kritis yang dilakukan dengan menemukan kalimat dari wacana buku tersebut yang menunjukkan dan mengisyaratkan suatu habitus kelas sosial tertentu. Hasil penelitian yaitu sosialisasi habitus kelas atas lebih banyak dilakukan dalam buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2 daripada habitus kelas bawah. Banyak kalimat ditemukan dalam bacaan yang mengindikasikan bahwa pelaku cerita berasal dari kelas atas. Habitus kelas atas ditunjukkan dengan berbagai mekanisme sosialisasi berupa kebiasaan, simbolisasi maupun karakter kelas atas, sedangkan habitus kelas bawah hanya ditampakkan dalam pencitraan profil saja."
Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, 2017
805 HSB 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asteria Fitriani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S28536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Johan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Siswanto
"Proses penggerusan dan pemanasan dalam pembuatan bahan sampel CaMnO3 telah dilakukan dengan menggunakan ball-mill dan furnace pada suhu 4000C, 6000C, 8000C dan 10000C dengan lama penggerusan 3, 6, 9 dan 12 jam serta lama pemanasan 3, 6 dan 9 jam. Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan sampel adalah CaCO3 dan MnO2 serta katalis 2-propanol. Semua bahan baku dalam bentuk serbuk dengan tahapan mixing, milling dan pemanasan. Adapun reaksi kimia yang terjadi selama proses penggerusan dan pemanasan adalah sebagai berikut: CaCO3 + MnO2 CaMnO3 + CO2.
Dari hasil identifikasi fasa melalui difraksi sinar X diperoleh bahwa, fasa baru CaMnO3 terbentuk pada milling 12 jam dan pemanasan 1000°C selama 9 jam. Karakteristik sifat magnetik ditentukan dengan peralatan Vibrating Sample Magnetometer (VSM) yang terdapat di P3IB-BATAN dan di Departement Of Physics, Faculty of Sciences Tokyo Institute of Teknology Japan. Dari hasil percobaan didapatkan karakteristik sifat magnetik terlihat pada pengukuran suhu ~121 K baik pada sampel pemanasan 800°C maupun 1000°C.
Hasil analisis sifat magnetik sampel pemanansan 1000°C diketahui terdapat peningkatan koersivitas dan remanen sebesar 0,74 tesla dan 3.71 emu/gram dengan suhu pengukuran 1.8K. Dan terjadi anomali pada pemanasan 10000C terlihat penurunan magnetisasi pada suhu ~32K , kembali mengalami titik balik kenaikan magnetisasi pada suhu ~ 4K. Sedangkan pada pemanasan 8000C terlihat mulai terjadi kenaikan magnetisasi pada suhu ~123K tetapi kenaikannya tidak begitu besar kemudian pada suhu ~48K mulai terjadi kenaikan magnetisasi yang mencolok. Hal ini dimungkinkan karena pada pemanasan 8000C belum terbentuk fasa mayoritas CaMnO3.

Milling and annealing process in making materials of sample CaMnO3 have been by using and ball-mill of furnace at temperature 400°C, 600°C, 800°C and 1000°C with milling time 3, 6, 9 and 12 hours and also time annealing 3, 6 and 9 hours. Basic substances of CaMnO3 are CaCO3 and MnO2 with catalyst 2-propanol. All basic substances in powder form with mixing, milling, and annealing procedure. The chemical reaction occurred during milling and annealing process is as follows: CaCO3 + MnO2 CaMnO3 + CO2.
From the experiment it was identified with X-ray diffraction, we found new phase of CaMnO3 milling 12 hours, and annealing with 10000C for 9 hours. The compounds were characterized by Vibrating Sample Magnetometer (VSM) at P3IB-BATAN and Department Of Physics, Faculty of Sciences Tokyo Institute of Technology Japan. From the experiment we found the magnetic characteristic at ~121 K from annealing sample at 800°C and also at 1000°C.
The result of magnetic characteristic with annealing sample at 1000°C we know that there are coersivity improvement and 0,74 tesla and 3,71 emu/gram remanen with the measurement of temperature at 1.8K. And there are anomaly in annealing at 1000°C we found that there is magnetization degradation at ~32K, and again experience of a turning point increase of magnetization at 4K. While in annealing at 800°C seen to take its rise increase of magnetization at ~123K but increase of it not so big, then at 48K taking its rise increase of magnetization which striking. This matter is enabled because in annealing at 800°C not yet been formed by majority phase of CaMnO3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzadi Didik Optalnindi
"Telah dilakukan penelitian pengaruh waktu milling dan suhu rendah terhadap proses magnetisasi bahan LaMnO3. Lanthanum manganat adalah salah satu jenis senyawa oksida yang berasal dari tanah jarang dengan unsur transisi 3d merupakan senyawa penting yang masih diteliti beberapa dekade belakangan ini karena kegunaanya pada dunia industri bahan elektronik dan magnetik. Proses milling telah dilakukan pada bahan LaMnO3 berbentuk serbuk dengan lama waktu milling 3 jam dan 12 jam dan dipanaskan pada suhu pemanasan 800oC dan 1000oC dengan lama pemanasan 9 jam, identifikasi fasa bahan dengan menggunakan difraktometer sinar-x (XRD) diikuti dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat ukuran butirannya, fasa baru LaMnO3 hasil paduan La2O3 dan MnO2 terbentuk setelah dilakukan proses milling selama 12 jam dengan suhu pemanasan 1000oC lama pemanasan 9 jam. Sifat kemagnetan bahan didapatkan dengan pengukuran VSM (Vibrating Semple Magnetometer) pada suhu pengukuran bervariasi mulai dari 1.8K; 60K; 195K; 220K; 270K dan 300K.
Dari hasil proses magnetisasi terjadi perubahan fasa magnetik dari paramagnetik ke feromagnetik pada suhu pengukuran T∼240K pada suhu pemanasan 800oC dan T∼220K pada suhu pemanasan 1000°C, terjadi lonjakan yang sangat besar kira-kira 9 kalinya pada harga besaran M/H antara bahan dengan suhu pemanasan 800°C dengan bahan suhu pemanasan 1000°C. Sifat kemagnetan bahan terutama nilai koersivitas Hc , magnetisasi remanen Mr dan magnetisasi saturasi Ms muncul pada suhu pengukuran 1.8K dengan Hc=0.045 Tesla, Ms = 49.7 emu/gram dan Mr = 12.5 emu/gram utnuk bahan pada suhu pemanasan 800°C, sedangkan pada bahan suhu pemanasan 1000°C hanya muncul nilai Ms-nya sebesar 287.5 emu/gram, nilai Hc dan Mr tidak muncul karena lop yang terbentuk non histerisis. Pada bahan dengan suhu pengukuran 300K bahan dengan lama waktu milling 12 jam memiliki nilai magnetisasi M tertinggi 3.1 emu/gram dibandingkan dengan lama waktu milling 3 jam yaitu 2.18 emu/gram pada nilai H yang sama 1 tesla. Semakin besar magnetisasinya menunjukan bahwa bahan mudah dimagnetisasi. Sifat kemagnetan bahan terlihat pada suhu pengukuran rendah 1.8K menunjukan sifat magnet feromagnetik, sedangkan pada suhu pengukuran tinggi menunjukan sifat magnet paramagnetik.

Research about milling time influence and low temperatur towards the LaMnO3 proces magnetization has been made. Lanthanum Manganate is one kind of oksidation compound which comes from rare earth with 3d transition patern which is very important compound which is still being observed in the last decade because of its utilities in the electronic and magnetic industrial word. The milling process had been done to LaMnO3 material in a form powder in 3 hours milling time and 12 hours and is sintered 800°C and 1000°C in the length of 9 hours sintering, material fase identification by using X-Ray Difraktometer (XRD) followed by Scanning Electron Microscopy (SEM) to see its particle size the LaMnO3 of new fase the mixture La3O3 and MnO2 will be form after the milling process for 12 hours with sintering 1000°C in 9 hours. The characteristic of magnetic material is got by measuring the Vibrating Sample Magnetometer (VSM) in the level of measuring varied from 1.8K, 60K, 195K, 220K, 270K and 300K.
From the result of the magnetism process there is a magnetic fase changing from parramagnetic to ferromagnetic in T ∼ 240K measurment temperature in 800°C sintering temperature and T ∼ 220K in 1000°C sintering temperature, big pompup happened 9 time bigger on M/H value between material with 800°C sintering and with the material of 1000°C sintering. The characteristic of the magnetic material mainly koercivitas Hc, remanen magnetization Mr, and Ms saturation magnetization appears in the measurment temperature of 1.8K with Hc = 0.045 Tesla, Ms = 49.7 emu/gram and Mr = 12.5 emu/gram for material in the 800°C sintering, whereas for the material of 1000°C sintering only comes up Ms value around287.5 emu/gram, value Hc and Mr do not come up because the loop formed is not histerisis. In the material with 800oC measurment temperature with 12 hours milling time will have the highest M magnetism value 3.1 emu/gram compared with 3 hours the magnetic material can be seen on 1.8K low measurment temperature with shows the characteristic ferromagnetic magnetic whereas in haigh measurment temperature sourch characteristic paramagnetic magnet.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Haryanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S9091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo Trijono
"Komposit magnet merupakan bahan magnet yang dicampur diikat dengan pengikat bahan bukan-magnetik. Salah Satu dari bahan ini adalah plastoferit, yaitu bahan magnet berupa serbuk heksaferit (Mo.6Fe2O3) yang diikat oleh karet. Keunggulan bahan ini adalah sifat mekaniknya yang lebih baik dibandingkan yang dimiliki oleh magnet biasa, khususnya magnet yang terbuat dari bahan heksoferit hasil casting atau sintering.
Penelitian ini dititik beratkan pada pembuatan dan penyifatan plastoferit berbasis ferit SrFe12o19 (SrM) dengan perekat karet alam, serta membandingkannya dengan komposit berbasis ferit BaFe12O19 (Bam). Sifat-sifat komposit magnet yang diuji adalah sifat mekanik, termal, dan magnetik serta hubungannya dengan perubahan fraksi volume serbuk dalam kompositnya.
Pembuatan komposit magnet dilakukan dengan cara mencampur karet dan serbuk magnet dalam Labo Plasiomill pada suhu operasi 100° C selama 7 menit, dan dengan kecepatan putar pengaduk 30 rpm. Komposit hasil pencampuran ditekan untuk mendapatkan benda uji berbentuk lembaran. Penekanan dilakukan dengan metode hot press pada suhu 100° C dan beban 150 kg/cm2, kemudian didinginkan dengan menggunakan metode cold press dalam media pendingin air. Berdasarkan hasil analisis struktur mikro, sebaran partikel dalam matriksnya berbeda-beda untuk tiap komposisi, dan umumnya sebaran partikel serbuk BaM lebih merata dibandingkan dengan komposit serbuk SrM.
Hasil analisis Sifat mekanik menunjukkan bahwa kekuatan tarik komposit SrM (fraksi volume serbuk 30-70%) berkisar antara 1,57-2,22MPa, perpanjangan 0-520%, dan kekerasan 42-95SHA, sedangkan kekuatan tarik komposit BaM (fraksi volume serbuk 30-50%) adalah 2,27-3,84MPa, perpanjangan 370-560% dan kekerasan 27-52SHA. Sifat termal komposit pada pemanasan hingga suhu 600ºC menunjukkan bahwa suhu dekomposisi komposit untuk masing-masing komposisi berfluktuasi, namun umunmya berkisar pada suhu dekornposisi karet alam yakni sekitar 400ºC.
Sifat-sifat magnetik komposit SrM (fraksi volume 30-70%) adalah Jhc berkisar 136-150 kA/m, gHc 45-66 kA/m, B, 73-130 mt dan (BH) maks. sekitar 0,80-2,26 kJ m3, sedangkan komposit BaM (fraksi volume 30-50%) antara lain berkisar 121-123 kA/m, bHc 46-55 ka/m, Br 71-95 mT dan (BH)maks, 0,83-1,35 kl/m3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>