Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfiyyah Siti Zainab
"Pemantauan terapi obat merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional. Pemantauan terapi obat mencakup pengkajian pilihan obat, dosis cara pemberian obat, respons terapi dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat.
Seorang apoteker memiliki peran untuk memantau pemberian intervensi obat dalam penatalaksanaan terapi penyakit bronkopneumonia. Khususnya dalam kasus pada pasien By. D di ruang perawatan pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Tarakan Jakarta dengan diagnosa utama bronkopneumonia dan diagnosa penyerta penyakit anemia mikrositik hipokromik. Pemilihan kasus pasien By. D dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan terapi ini merujuk pada pengevaluasian terapi bronkoneumonia di ruang perawatan pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Tarakan Jakarta.

Drug therapy monitoring is a process that includes activities to ensure safe, effective and rational drug therapy. Drug therapy monitoring includes an assessment of drug choice, dose of drug administration, therapeutic response and recommendations for changes or alternatives to therapy. Drug therapy monitoring must be carried out continuously and evaluated regularly at certain periods so that the success or failure of therapy can be known. Patients receiving drug therapy are at risk of developing drug-related problems. The complexity of the disease and drug use, as well as highly individualized patient responses increase the occurrence of drug-related problems.
A pharmacist has a role to monitor the administration of drug interventions in the management of bronchopneumonia disease therapy. Especially in the case of patient By. D in the pediatric intensive care unit (PICU) of RSUD Tarakan Jakarta with a primary diagnosis of bronchopneumonia and a co-diagnosis of hypochromic microcytic anemia. The case selection of patient By. D in the implementation of this therapy monitoring activity refers to evaluating bronchoneumonia therapy in the pediatric intensive care unit (PICU) of RSUD Tarakan Jakarta.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang telah ditetapkan sebagai pandemik sejak tanggal 11 Maret 2020 oleh World Health Organization (WHO). Diketahui bahwa paru-paru yang terinfeksi langsung oleh virus dapat mengakibatkan manifestasi klinis berupa pneumonia virus. Sistem kekebalan tubuh dapat mengalami perubahan imunologis dalam tubuh seperti leukopenia, limfopenia, dan inflamasi badai sitokin, sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi lainnya. Maka dari itu, diperlukan adanya Pemantauan Terapi Obat (PTO) untuk mengoptimalkan efek terapi dan menekan angka morbiditas pasien COVID-19. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai PTO pada pasien COVID-19 dengan pneumonia, hipokalemia berulang, dan anemia defisiensi zat besi di ruangan Melati COVID di RSUD Tarakan, Jakarta. Hal ini diharapkan dapat menggambarkan peran apoteker klinis dalam Pemantauan Terapi Obat sehingga mampu meminimalisasi risiko masalah terkait obat, progresivitas penyakit, serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengambilan data dilakukan dengan pemantauan data rekam medik pasien dari sejak pertama kali masuk rumah sakit hingga pasien dapat dipulangkan. Selanjutnya, dilakukan penetapan asesmen dan rencana yang akan didiskusikan bersama apoteker penanggung jawab ruangan tersebut. Hasil analisis PTO yang dilakukan terhadap pasien tersebut ialah terdapat satu obat yang tidak tepat dosis, yaitu urotractin. Selain itu, terdapat masalah terkait kegagalan penerimaan vitamin C yang diresepkan dan interaksi antarsuplemen kalsium karbonat dan vitamin D3 yang dapat meningkatkan risiko hiperkalsemia pada pasien.

COVID-19 is a disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) which has been comes up as a pandemic since March 11, 2020 by World Health Organization (WHO). It is known that lungs directly infected by viruses can result in clinical manifestations in the form of viral pneumonia. The immune system can experience immunological changes in the body such as leukopenia, lymphopenia, and inflammatory cytokine storms, which can cause an increased risk of other infections. Therefore, there is a need for Monitoring Drug Therapy (MDT) to optimize the therapeutic effect and reducing the morbidity rate of COVID-19 patients. In this article, we will discuss MDT in COVID-19 patients with pneumonia, recurrent hypokalemia, and iron deficiency anemia in the Melati COVID room at Tarakan Hospital, Jakarta. It is hoped that this will illustrate the role of clinical pharmacists in MDT so that they can minimize the risk of drug-related problems (DRPs), disease progression, and can improve the patient's quality of life. Data collection is carried out by monitoring the patient's medical record data from the time they are first admitted to the hospital until the patient can be discharged. Next, an assessment and plan is carried out which will be discussed with the pharmacist in charge of the room. The results of the MDT analysis carried out on this patient were that one drug was not dosed correctly, urotractin. In addition, there are problems related to failure to receive prescribed vitamin C and interactions between calcium carbonate and vitamin D supplements which can increase the risk of hypercalcemia in patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Davita
"Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan kegiatan yang dilakukan di rumah sakit untuk memastikan terapi yang diberikan aman, efektif dan rasional dengan cara pengkajian terapi dari segi obat, dosis, cara pemberian, respon terapi, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki serta rekomendasi perubahan atau alternatif terapi yang dapat diberikan untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki tersebut. PTO dilakukan pada pasien dengan diagnosis utama yaitu sepsis, ulkus pedis sinistra, dan fraktur fibula sinistra. Tujuan dari laporan ini yaitu untuk mengetahui masalah terkait obat berdasarkan klasifikasi Hepler dan Strand dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Metode yang digunakan dalam laporan yaitu mengumpulkan data dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dan melakukan analisis PTO berdasarkan metode Hepler dan Stand. Berdasarkan analisis pemantauan terapi obat dengan metode Hepler dan Strand, dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah terkait duplikasi penggunaan obat analgesik, interaksi obat, Reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan penggunaan obat ketorolak melebihi batas yang telah ditentukan. Rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pemantauan lama penggunaan ketorolak, pemantauan penggunaan obat yang dapat menyebabkan interaksi, dan pemantauan efek terapi obat analgesik.

Drug therapy monitoring is an activity carried out in a hospital to ensure that the therapy given is safe, effective and rational through assessing therapy in terms of drug, dosage, method of administration, therapeutic response, and unwanted drug reactions, as well as recommendations for changes or alternatives. Therapy can be given to optimize the therapeutic effect and minimize these unwanted effects. Drug therapy monitoring was performed in patients with the primary diagnoses of sepsis, left foot ulcer, and left fibula fracture. This report aims to identify drug-related problems based on Hepler and Strand's classification and provide recommendations for problem solving to improve the patient's quality of life. The method used in the report is to collect data from the Integrated Patient Progress Record and perform a drug therapy monitoring analysis based on the Hepler and Stand methods. Based on the analysis of drug therapy monitoring using the Hepler and Strand methods, it can be concluded that there are problems related to the duplication of analgesic drug use, drug interactions, unwanted drug reactions, and the use of ketorolac drugs that exceed predetermined limits. Recommendations that can be made are monitoring the duration of using ketorolac, the use of drugs that can cause interactions, and the effects of analgesic drug therapy."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chinthia Rahadi Putri
"Gangguan kardiovaskuler merupakan gangguan yang dapat dikategorikan sebagai penyakit tidak menular. Gangguan kardiovaskular ini diketahui terjadi peningkatan dan pasien yang mengalami gangguan kardiovaskular ini seringkali menerima polifarmasi mengingat kompleksitas dari diagnosa yang diterima oleh pasien sehingga kejadian polifarmasi ini tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, pemantauan terapi obat pada penggunaan obat terhadap kondisi pasien perlu dilakukan sehingga pengobatan yang diterima pasien dapat maksimal dan meminimalisir dari reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Pemantauan terapi obat (PTO) ini dilakukan pada pasien yang menerima diagnosa utama gagal jantung akut dan diagnosa penyerta berupa penyakit ginjal kronis.

Cardiovascular disorders are disorders that can be categorized as non-communicable diseases. Cardiovascular disorders are known to increase and patients who experience cardiovascular disorders often receive polypharmacy given the complexity of the diagnoses received by patients so that the incidence of polypharmacy cannot be avoided. Therefore, drug therapy monitoring on the use of drugs against patient conditions needs to be done so that the treatment received by patients can be maximized and minimize unwanted drug reactions (ROTD). This drug therapy monitoring (PTO) was conducted on patients who received a primary diagnosis of acute heart failure and a concomitant diagnosis of chronic kidney disease."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retia Centini
"Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia merupakan suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal yang menjadi karakteristik diabetes melitus. Selain itu, terdapat pula DM tipe 2, yaitu keadaan tingginya kadar gula darah karena penurunan sekresi insulin. DM tipe 2 ini juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi, salah satunya komplikasi makrovaskular (organ jantung, otak, dan pembuluh darah). Selama pengobatannya, DM memerlukan kepatuhan pengobatan yang tinggi, terutama pada pasien DM dengan komplikasi. Perlu dilakukan pula pemantauan terapi obat agar dapat dipastikan dosis tepat dan tidak terjadi efek samping yang akan memperburuk kondisi pasien. Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) pasien adalah kegiatan untuk memastikan terapi obat aman, efektif dan rasional bagi pasien. PTO pasien ini terdiri dari pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi yang dilakukan secara rutin dan teratur. Untuk memastikan pengobatan pasien DM tipe 2 dengan Congestive Heart Failure dan Hypertensive Heart Disease di RSUD Tarakan ini berjalan dengan efektif dan maksimal, maka perlu dilakukan Pemantauan Terapi Obat pada pasien tersebut. Berdasarkan hasil analisis DRP yang dilakukan terhadap PTO pasien, dapat disimpulkan terdapat beberapa DRP, yaitu DRP terkait interaksi obat, terdapat beberapa obat yang perlu diperhatikan pemberiannya jika diberikan bersamaan, karena dapat menimbulkan interaksi yang tidak diinginkan dan DRP terkait tidak tepat dosis, yaitu terdapat satu obat yang diberikan kurang dari dosis yang dianjurkan (Spironolactone).

Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia resulting from defects in insulin secretion, insulin action or both. Hyperglycemia is a medical condition in the form of an increase in blood glucose levels beyond normal which is characteristic of diabetes mellitus. In addition, there is also type 2 DM, which is a state of high blood sugar levels due to decreased insulin secretion. Type 2 DM can also cause several complications, one of which is macrovascular complications (heart, brain and blood vessel organs). DM requires high medication adherence, especially in DM patients with complications. It’s also necessary to monitor drug therapy to ensure that the dosage is correct and that side effects do not occur which will worsen the patient's condition. Patient Drug Therapy Monitoring (PTO) activities are activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. The PTO of this patient consisted of an assessment of drug choice, dosage, route of drug administration, response to therapy, adverse drug reactions (ROTD), and recommendations for changes or alternative therapies which were carried out routinely and regularly. To ensure the treatment of type 2 DM patient with Congestive Heart Failure and Hypertensive Heart Disease at RSUD Tarakan Jakarta is running effectively, it’s necessary to monitor drug therapy for the patient. Based on the results of the DRP analysis, it can be concluded that there are several DRPs, namely DRPs related to drug interactions, there are several drugs that need to be considered when given together, because they can cause unwanted interactions and DRPs related to inappropriate dosage, namely there is one the drug given is less than the recommended dose (Spironolactone).

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library