Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liem, Isabella Kurnia
Abstrak :
Perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya perlu dilakukan sebagai langkah pertama dalam memperkirakan tinggi badan pada kasus identifikasi atas mayat tak dikenal yang ditemukan dalam keadaan tidak lengkap (kasus mutilasi, berupa bagian-bagian kerangka atau fragmen-fragmen tulang). Penelitian perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Indonesia belum pernah dilaporkan, sehingga di lapangan digunakan rumusan yang dibuat berdasarkan penelitian-penelitian pada populasi lain dengan hasil yang kemungkinan kurang tepat. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian analitik-non eksperimental yang bertujuan memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Melayu (Deuteromalayid) Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap 454 tulang yang berasal dari 158 tulang femur (114 pria dan 44 wanita), 125 tulang tibia (90 pria dan 35 wanita), dan 169 tulang humerus (128 pria dan 41 wanita). Pada setiap tulang dilakukan pengukuran terhadap panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya berdasarkan definisi Steel. Kemudian dilakukan analisis mengenai perbedaan panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang terhadap panjang utuh tulangnya antara pria dan wanita, dan antara posisi lateral kanan dan kiri dengan uji ANOVA dua jalur, yang dilanjutkan dengan analisis regresi dan faktor multiplikasi untuk mencari hubungan di antara kedua parameter tersebut. Dan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa: 1) panjang utuh dan panjang fragmen tulang femur, tibia dan humerus pria lebih panjang daripada wanita, kecuali fragmen T5 dan H3, 2) rasio panjang fragmen-fragmen tulang tibia (T2, T4 dan T5) dan humerus (HI dan H3) pria berbeda dengan wanita, tetapi pada tulang femur rasio tersebut antara pria dan wanita sama; 3) panjang utuh dan panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus kanan sama dengan kiri; 4) persamaan regresi dengan menggunakan prediktor panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan untuk memperkirakan panjang utuh tulangnya, kecuali fragmen T1 dan T5 pria dan wanita, dan H3 wanita; 5) faktor multiplikasi fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan memperkirakan panjang utuh tulangnya; 6) persamaan regresi lebih tepat dalam memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dan fragmen-fragmennya dibanding faktor multiplikasi, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna.
Estimating Bone Length Of Femur, Tibia And Humerus From The Fragment Length In Indonesian Malay (Deuteromalayid) PopulationEstimating length from its fragment length is required as the first step in estimating stature for identification of incomplete unknown bodies (for example, in mutilation cases and in cases in which only parts of human skeletons or fragmented bone are found). The method for estimating bone length from its fragment length in Indonesian population has not been reported yet. Therefore, in the real case, the estimation of bone length is calculated based on the other population data that usually result on relatively inaccurate result. Based on that reason, an analitic-non-experimental research was executed to get better method for estimating bone length of femur, tibia and humerus from the fragment length in Indonesian Malay (Deuteromalayid) population. The examination was performed on 454 bones that consisted of 158 femur (114 males and 44 females), 125 tibia (90 males and 35 females), and 169 humerus (128 males and 41 females). The measurements of the complete bone lengths and their fragment lengths were based on Steel definition. The analysis of the differences between bone lengths, the fragment lengths and the ratio of the fragmented bone versus the bone length were done between males and females, and between right and left side with two way ANOVA analysis. The analysis was continued with the regression and multiplication factor analysis to find the relationship between these two parameters. The results showed: 1) the male's bone length of femur, tibia and humerus and the fragment length were longer than the female's, except T5 and 1-13 fragments, 2) the male's ratio of the fragmented bones of tibia (T2, T4, and T5) and humerus (HI and H3) to their total length were different from the female's, but for femur, the male's ratio was the same as the female's; 3) the bone length, fragments length and the ratio of the fragmented bone of femur, tibia and humerus on the right side were equal with the left side; 4) regression equations fragment of femur, tibia and humerus can be used for estimating the, bone length, except the male's dan female's T1 and T5 fragments, and the female's H3 fragmen; 5) multiplication factor of fragmented bone of femur, tibia and humerus can be used for estimating the bone length; 6) regression equation is more precise than multiplication factor in estimating the bone length from the fragment length, although, statisticaly, there are no significant differences.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sri
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Kinerja standing long jump(SLJ)atau tes lompat jauh tanpa awalan merupakan salah satu alat untuk mengetahui daya ledak otot yang sering digunakan pada seleksi bibit atlet dan evaluasi program latihan . SLJ merupakan tes lapangan yang sederhana dan mudah dilakukan . Besarnya kinerja SU didapatkan dengan : BB x jauhnya jarak lompatan. Untuk menghasilkan jarak lompat yang optimum diperlukan power (daya) yang optimum, daya (power) dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan kontraksi otot(strength x velocity).Besarnya energi yang dikeluarkan untuk memindahkan mass a yaitu berat badan kejarak yang ditempuh dalam wakru yang cepat merupakan daya ledak otot. Secara biomekanika gerakan SLJ dimulai dengan ekstensi mendadak pada paha, lutut,kaki,plantar tleksi dan tleksi jari kaki. Secara fisiologis faktor yang berpengaruh pada kinerja SLJ yaitu penampang Iintang otot (cross sectional area /CSA) . Lean leg volume (LLV) adalah volume tulang dan tungkai kaki tanpa lemak yang mencerminkan besarnya CSA. LLV diukur dengan menggunakan metode Jones & Pearson(l969) yaitu LV (leg volume) dikurangi tebal lemak subkutis dan leg volume (LV) diukur secara anthropometri dengan metode Katch & Weltman(l975). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dan hubungan lean leg volume pada tes lompat jauh tanpa awalan . Penelitian dilakukan pada 29 anak prepuberras usia 10-12tahun yang belum terlatih. Hasil dan kesimpulan : Dari hasil analisa data diperoleh Leg volume(LV) naracoba berkisar 3.31 -7.861(x=5.23+/- 1.29). Lean leg volume(LLV) berkisar 3.10 - 6.821 (x = 4.78 + /- 1.11). Jarak SU pada anak - anak tsb berkisar 1.23 - 1.98 m ( x = 1.50 + /- 0.18) dan Kinerja SU berkisar 25.4 - 60.45 kg.m (x= 43.21 +/- 9.58) . Dilakukan uji statistik korelasi antara LLV dengan kinerja SU dan hasilnya terdapat korelasi yang kuat antara lean leg volume dengan besarnya kinerja tes lompat jauh tanpa awalan yaitu koefisie korelasi r = 0.64 dan p = 0.0002. Juga dilakukan uji beda 2 mean dengan t tes antara hasil rata SU laki - laki = 1.52 m dan anak perempuan 1. 42m dan hasilnya tidak berheda hermakna dengan p = 0.52. Has il t tes pada kinerja SLJ antara anak laki - laki = 43 .21 kg.m dan anak perempuan = 42.77 kg.m tidak berbeda hermakna dengan p =0.802. Dari hasil penelitian ini disimpulkan adanya huhungan Iinier antara LLV dengan kinerja SU , dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kinerja dan jarak S U anak laki - laki dan perempuan prepuhertas usia 10-12 tahun.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Anggraini
Abstrak :
Latar betakang dan cara penelitian : Penurunan densitas tulang pada wanita pascamenopause diyakini sebagai akibat defisiensi estrogen. Efek defisiensi estrogen terhadap tulang adalah peningkatan perubahan tulang (bone remodelling), yang mencapai osteopenia sampai dengan osteoporosis. Pasien wanita pasca-menopause, sering mengeluh Geligi Tiruan Penuh-nya (GTP) cepat gail (longgar). Penyebab GTP gail adalah resorpsi sisa tulang alveolar yang berkelanjutan. Di dalam penelitian ini hendak dicari hubungan antara densitas tulang di beberapa bagian rangka badan dengan bentuk anatomi mandibula tidak bergigi pada wanita pasca-menopause. Penelitian dilakukan pada 14 orang wanita pasca-menopause. Pemeriksaan densitas tulang memakai DPX-L Bone Densitometer. Observasi pada mandibula dilakukan melalui gambaran ronsen panoramik dan model cetakan. Parameter yang diteliti adalah: tinggi sisa tulang alveolar mandibula dan tebal kortikal sudut mandibula pada ronsen panoramik serta tinggi sisa tulang alveolar dan bentuk sisa tulang alveolar pada model cetakan. Data yang diperoleh diuji korelasinya dengan uji korelasi produk momen dari Pearson, uji T data mandiri dan analisis regresi multipel. Hasil dan kesimpulan : Densitas tulang di L1-L4, femur proksimalis dan radius distalis tidak berkorelasi dengan tinggi sisa tulang alveolar (p>0,05). Densitas tulang di radius distalis berkorelasi dengan bentuk sisa tulang alveolar (p<0,0I). Densitas tulang di L1-L4, kolum femoris dan segitiga Ward pada femur berkorelasi dengan tebal kortikal sudut mandibula kiri (p
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lianiwati
Abstrak :
ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Pabrik rokok merupakan salah satu industri yang menyerap tenaga kerja cukup banyak, dan sebagian besar tenaga kerja adalah wanita. Sebagian sikap kerjanya masih belum memenuhi syarat-syarat ergonomi. Dengan memperbaiki sikap kerja diharapkan peningkatan prestasi kerja tenaga kerja tersebut serta berkurangnya keluhan fisik yang terjadi. Secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraannya dan ini mempunyai dampak positif terhadap pembangunan negara. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi kerja tenaga kerja wanita bagian pres rokok dengan merubah sikap kerja dari duduk bersila di lantai menjadi duduk di tempat duduk menghadap meja kerja. Pada perubahan ini akan terjadi mass adaptasi dan mungkin terjadi pengurangan keluhan fisik. Penelitian dilakukan pada 38 tenaga kerja wanita dan diukur kecepatan penyelesaian 1 paket rokok sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk keperluan penelitian dibuat meja kerja dan tempat duduk yang ukurannya disesuaikan dengan ukuian antropometri tenaga kerja wanita tersebut, dan slat bantu kerja ini dicobakan pada mereka.

Hasil dan Kesimpulan: Pengukuran kecepatan penyelesaian 1 paket rokok ternyata menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,01) sebelum dan sesudah perlakuan: ada penurunan waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan 1 paket rokok oleh tenaga kerja tersebut. Masa adaptasi berlangsung selama 4 minggu sejak dimulainya perlakuan. Dengan demikian memang ada peningkatan prestasi tenaga kerja wanita di bagian pres rokok. Juga ada pengurangan keluhan fisik pada mereka, yaitu berupa keluhan di leher, punggung, kaki, dan setelah dilakukan uji statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,01).

1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parade, Magdalena
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitan: Telah dilakukan penelitian status sefalometri subetnik Tapanuli dan subetnik Jawa di Jakarta. Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengetahui data sefalometri pada subetnik Tapanuli dan subetnik Jawa dan studi analisis untuk membandingkan status sefalometri antara subetnik Tapanuli dengan subetnik Jawa. Penelitian dilakukan terhadap 4 kelompok yaitu 50 orang pria subetnik Tapanuli, 50 orang wanita subetnik Tapanuli, 50 orang pria subetnik Jawa, 50 orang wanita subetnik Jawa. Status sefalometri yang diamati mencakup data panjang kepala maksimal, lebar kepala maksimal, jarak bizygomatik, jarak bigonion, indeks sefalikus dan indeks mandibula. Oleh karena bentuk kepala merupakan salah satu ciri khas untuk ras atau subetnik, maka dapat dilakukan penilaian melalui sefalometri. Pengukuran kepala dilakukan dengan protokol baku antropometri dengan menggunakan alat bantu berupa Antropometer (Martin). Data sefalometri hasil pengukuran dan penghitungan lalu di klasifkasikan menurut kriteria yang sesuai dan standard antropometri. Analisis statistik dengan uji Z dilakukan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan status sefalometri antara pria dan wanita kedua subetnik serta antara subetnik Jawa dan Tapanuli. Hasil dan kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada subetnik Tapanuli dan Jawa ukuran panjang kepala, lebar kepala, bizygomatik, bigonion pada pria lebih besar secara bermakna dari wanita. Sebaliknya indeks sefalikus dan Indeks yugomandibular pria Tapanuli ditemukan tidak berbeda dari wanita Tapanuli. Panjang kepala dan bigonion pria Tapanuli lebih besar secara bermakna dari pria Jawa. Wanita Tapanuli memiliki panjang kepala dan bigonion yang lebih besar secara bermakna dari wanita Jawa. Lebar kepala, bizygomatik pria Tapanuli tidak berbeda bermakna dari pria Jawa dan wanita Tapanuli memiliki lebar kepala dan bigonion yang tidak berbeda bermakna dari wanita Jawa. Indeks sefalikus pria Tapanuli sama dengan pria Jawa, Indeks sefalikus wanita Tapanuli tidak sama dengan wanita Jawa. Demikian juga dengan Indeks yugomandibular pria dan wanita Tapanuli sama dengan pria dan wanita Jawa.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T5757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wong Winami Wati
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian antropometri di Jakarta pada 40 laki-laki dewasa muda Cina Indonesia, 40 laki-laki dewasa muda Jawa, 40 laki-laki dewasa muda Flores dan 40 laki-laki dewasa muda Papua yang semuanya menetap di Jakarta. Parameter antropometri yang diukur adalah tinggi badan (vertex-base), panjang lengan atas/humerus (acromion-radiale), panjang lengan bawah(radius (radiale-stylion), panjang tungkai atas/femur (Trochanterion-tibiale) dan panjang,tungkai bawah/tibia (tibiale-sphyrion). Pengukuran dilakukan dengan metode pengukuran Martin dengan antropemetri Martin. Data diolah untuk mendapatkan faktor multiplikasi (Fm) dan ratio pada setiap kelompok, nilai rata-rata dan simpang bakunya, kemudian dilakukan perbandingan diantara kelompok menggunakan test anova dengan tingat kemaknaan 5% atau nilai p < 0,05. Hasil penelitian menunjukan adanya persamaan (tidak berbeda bermakna) diantara orang Cina, Jawa dan Flores pada tinggi badan, panjang lengan atas (hunters), panjang lengan bawah (radius), panjang tungkai atas (femur) dan panjang tungkai bawah (tibia). Tetapi terdapat sedikit perbedaan pada ukuran lengan bawah (radius) antara laki-laki Jawa dan Flores. Tinggi badan dan panjang tungkai atas (femur) kelompok Papua (kelompok melanesoid) berbeda secara signifikan dari kelompok Cina, Jawa dan Flores (kelompok Mongoloid) sedangkan panjang lengan atas (humersu), lengan bawah(radius dan tungkai bawah (tibia) semuanya sama (tidak berbeda secara signifikan). Kelompok Papua (kelompok melanesoid) berbeda secara signifikasi dengan kelompok Flores, Jawa dan Cina ( kelompok mongoloid) pada : 1. Faktor multiplikasi radius (lengan bawah) dan tibia (tungkai bawah); 2. Ratio radius ( lengan bawah), femur (tungkai atas) dan tibia (tungkai bawah). Hubungan panjang tulang-tulang panjang terhadap tinggi badan dijabarkan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Kelompok Mongoloid Indonesia : (WHmo) TB = 99,467 + 2,083 HSE : 5,705r : 0,467 (WRmo) TB = 102,964 + 2,457 R. SE : 4,475 r : 0,720 (WFmo) TB = 103,804 + 1,364 FSE : 5,131r : 0,606 (WTmo} TB = 96,939 + 1,981 TSE : 4,832r : 0,663 Kelompok Melanesoid Indonesia : (WHme) TB = 119,300 + 1,398 H SE : 4,103 r : 0,440 (WRme) TB = 126,803 + 1,401 R SE : 4,216 r : 0,385 (WFme) TB = 143,760 + 0,414 FSE : 4,312r : 0,330 (WTme) TB =114,325+ 1,378 TSE : 4,072r : 0,454 Pengujian ketepatan rumus dalam penerapan pada 30 orang laki-iaki Indonesia yang terdiri atas 25 orang Mongoloid Indonesia dan 5 orang Melanesoid Indonesia menunjukkan bahwa rumus yang diperoleh menghasilkan penyimpangan tinggi badan kurang lebih 1%. ......An anthropometric study was conducted in Jakarta in 2002 on 40 young adult males of Indonesia Chinese, 40 young adult males of Javanese, 40 young adult males of Flores and 40 young adult of males of Papua. Anthropometric parameters taken were body height (base-vertex), upper arm length/humerus (acromiale-radiale), lower arm length/radius (radiale-stylion), thigh length/femur (trochanterion-tibiale), shank lengthltibia (tibiale-sphyrion). Measurement was carried out according to Martin's method using Martin's Anthropometer. The measurement was computed to obtain: the multiplication factors (MF) and ratios of parameter pairs, means and their standard deviation values. Comparisons between the groups were analyzed using student anova test with the 5% significance level or p value < 0.05. Result of computation showed the homogeneity (non significant different) among Chinese', Javanese' and Flores's body height (base-vertex), upper arm length/humerus (acromiale-radiale), lower arm length (radius)(radiale-stylion), thigh/femur (trochanterion- tibiale) and shank lengths (tibia) /tibiale-sphyrion. But there was a slight heterogeneity in lower arm length/radius measures between Flores and Javanese male. Body height and thigh(femur) length of Papua group (melanesoid group) differed significantly from those of Chinese, Javanese and Flores groups ( mongoloid groups), while upper arm (humerus) length, lower arm (radius) length and shank (tibia)length were all homogenous (did not differ significantly). Papua group (melanesoid group) differed significantly with Flores, Javanese and Chinese groups (mongoloid groups) in: 1. Multiplication Factors of radius (lower arm) and tibia (shank), 2.Ratios of radius (lower arm), of femur (thigh) and of tibia (shank). Relationship of long bones of upper and lower extremities and body height was formulated as shown below: Male Mongoloid Group (Chinese, Javanese and Flores populations) (WHmo) Bodyheight= 99.467 + 2.083H SE:5.705 r.0.467 (WRmo) Bodyheight= 102.964 + 2.457R SE:4.475 r.0.720 (WFmo) Bodyheight= 103.804 + 1.364F SE:5.131 r.0.606 (WTmo) Bodyheight= 96.939 + 1.981T SE:4.832 r.0.663 Male Melanesoid (Papua) (WHme) Bodyheight= 119.300+ 1.398H SE:4.103 r.0.440 (WRme) Bodyheight= 126.803+ 1.401R SE:4.216 r.0.385 (WFme) Bodyheight= 143.760+ 0.414F SE:4.312 r.0.330 (WTme) Bodyheight= 114.325+ 1.378T SE:4.072 r.0454 Application test of these formulas on 30 individuals consisting of 25 Indonesian' mongoloids and 5 Indonesian melanesoids showed that the formulas give the deviation of body height of less than 1°%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T9970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Daya Makara UI - UI Consulting, [date of publication not identified]
R 610.25 DIR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library