Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pricilia Gunawan Halim
"Latar belakang. Prematuritas adalah salah satu kondisi yang menyebabkan gagalnya pemberian air susu ibu (ASI). Program peningkatan kualitas (quality improvement) seperti bundles care intervensi berbasis bukti telah terbukti dapat memberikan luaran yang lebih baik dan meningkatkan kesempatan pemberian ASI pada bayi prematur.
Metode. Penelitian quasy experimental yang dilakukan di Unit Neonatal RSCM pada 51 subyek maternal dan bayi dengan usia gestasi <32 minggu selama periode Maret-Juni 2024. Intervensi bundles care dilakukan dengan menggunakan daftar tilik pemberian ASI prematur yang dikembangkan. Intervensi dilakukan sejak 24 jam pertama pasca-persalinan. Luaran intervensi dinilai dari rerata angka cakupan ASI prematur di Unit Neonatal RSCM sesudah intervensi dibandingkan dengan sebelum intervensi.
Hasil penelitian. Cakupan pemberian ASI selama periode intervensi pada bayi <32 minggu yang lahir di RSCM di bulan April meningkat menjadi 74,69% dan 74,94% di bulan Mei dibandingkan dengan bulan Februari (40,55%) dan Maret (37,42%), p = 0,009. Rerata volume ASI dalam satu minggu pertama adalah 213,34 ± 61,13 ml, dengan waktu mencapai full feeding adalah 8 (5-32) hari pada bayi very preterm dan 11,5 (8-21) hari pada bayi extreme preterm. Faktor yang memengaruhi keberhasilan ASI adalah inisiasi perah dini dalam 24 jam pertama pasca-persalinan.
Kesimpulan. Penerapan bundles care ASI melalui penggunaan daftar tilik pemberian ASI prematur dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI bayi prematur di Unit Neonatal RSUPN Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengajukan penggunaan daftar tilik terstandard dalam bundles care pemberian ASI pada bayi prematur.

Background. Prematurity is one of adverse conditions that causes failure to provide breast milk (BM). Quality improvement (QI) programs such as evidence-based intervention care bundles have been proven to provide better outcomes and increase opportunities for having mother’s breastmilk in premature babies.
Method. Quasy-experimental study that was conducted at the Cipto Mangunkusumo Hospital Neonatology Unit to 51 maternal and babies with gestational age below 32 weeks. We developed a breastmilk checklist for premature baby and care bundles intervention was implemented using that checklist since the first 24 hours after delivery. The rate of breast milk in Neonatology Unit after intervention was compared with the rate before intervention.
Result. Breastmilk rate during the intervention period for babies <32 weeks born at hospital increased to 74.69% and 74.94% respectively in April and May, compared with February (40.55%) and March (37.42%), p = 0.009. The average volume of breast milk in the first week was 213.34 ± 61.13 ml, with the time to reach full feeding being 8 (5-32) days in very preterm babies and 11.5 (8-21) days in extreme preterm babies.
Conclusion. The implementation of breast milk care bundles by using a breastmilk checklist for premature baby can increase the rate of breastmilk for premature babies in the Neonatal Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital. This is the first study to propose the use of a standardized checklist in breastfeeding care bundle for premature babies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ied Imilda
"Latar belakang: Pemberian nutrisi pada bayi prematur merupakan tantangan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal serta mencegah terjadinya Extra uterine Growth Retardation karena fungsi anatomis dan fisiologis yang belum sempurna. Pemberian fortifikasi pada ASI prematur merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kalori tanpa harus menambah jumlah volume. Konsekuensinya ASI harus dipompa, ditampung, ditransport ke rumah sakit, disimpan, difortifikasi dengan Human Milk Fortifier, dan selanjutnya diberikan kepada bayi. Risiko kontaminasi dapat terjadi di setiap proses yang dilakukan. Pencampuran yang dilakukan di setiap jadwal minum sering menyebabkan ASI bersisa dan terbuang, karena kebutuhan dan kemampuan jumlah minum bayi yang masih sedikit, juga lebih berisiko terjadi kontaminasi karena kontak berulang dengan ASI. Pencampuran ASI dan HMF yang dibuat sekaligus dalam jumlah untuk kebutuhan 24 jam dan disimpan didalam lemari pendingin bersuhu 40C belum pernah dilakukan di unit neonatologi RSCM.
Tujuan: Untuk melihat perbedaan angka kontaminasi kuman pada ASI perah, segera setelah dicampur dengan Human Milk Fortifier pada suhu 370C, dibandingkan dengan pencampuran pada suhu 40C dan kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 40C.
Metode: Randomized Control Study dilakukan selama Januari-April 2021 di unit Neonatologi RSCM Jakarta pada 52 subjek, yaitu ibu yang memiliki bayi dengan usia gestasi kurang dari 34 minggu dan atau berat lahir kurang dari 2000 gram. Pemeriksaan sampel berasal dari ASI perah yang dicampur HMF dan dilakukan pemeriksaan kultur untuk mengetahui pola kuman dan jumlah kolonisasi untuk mengetahui ASI yang terkontaminasi. Sampel terdiri dari 3 bagian, kelompok kontrol (26 sampel), pencampuran ASI dan HMF dengan suhu 370C, kelompok perlakuan pre (26 sampel) yaitu pencampuran ASI dan HMF dengan suhu 40C serta kelompok perlakuan post (berasal dari sampel kelompok pre yang dibagi menjadi 2 bagian) yang disimpan selama 24 jam pada suhu 40C. Hasil: Tidak terdapat perbedaan angka kontaminasi yang bermakna pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan post (p=0,565), juga pada kelompok perlakuan pre dan post (0,107%). Jumlah kontaminasi pada kelompok kontrol sebanyak lima belas sampel (57,69%), kelompok perlakuan pre sebanyak 17 sampel (65,38%) dan perlakuan post sebanyak 18 sampel (69,23%).
Simpulan: Tidak ada peningkatan risiko kontaminasi pada pencampuran ASI dengan HMF pada suhu 40C dibandingkan suhu 370C dan pada penyimpanan ASI perah yang dicampur dengan Human Milk Fortifier selama 24 jam pada suhu 40C.

Background: Providing nutrition to premature babies is a challenge to encourage optimal growth and development and prevent Extra uterine Growth Retardation due to imperfect anatomical and physiological functions. Fortification of preterm human milk is one way to increase calories without increasing the volume. As a consequence, human milk must be pumped, collected, transported to the hospital, stored, fortified with Human Milk Fortifier, and then given to babies. The risk of contamination can occur in every process that is carried out. Mixing the human milk at each drinking schedule often results in leftover milk and wasted, due to the need and ability is still small in quantity to drink, is also more at risk of contamination due to repeated contact with human milk. Mixing human milk and HMF which is made together in quantities for 24 hours needs and stored in a refrigerator at 40C has never been done in the RSCM neonatology unit.
Objective: To determine the bacterial contamination of fortification human milk immediately after being mixed at temperature of 370C compared with mixing at 40C and then stored for 24 hours at 40C.
Methods: The randomized control study was conducted during January-April 2021 in the Neonatology unit of Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta on 52 subjects, who have babies with less than 34 weeks of gestational and or birth weight less than 2000 grams. Fortification of human milk was examined by doing culture to determine the bacterial contamination pattern and the number of colonization. The sample was divided into 3 parts, the control group (26 samples), fortification of human milk at 370C of temperature, the pre-treatment group (26 samples), fortification of human milk at 40C of temperature, and the post-treatment group (derived from the pre-group sample which was divided into 2 parts) stored for 24 hours at 40C.
Results: There was no significant difference in the number of contamination between the control and the post treatment group (p = 0.565), also in the pre and post treatment group (0.107%). The amount of contamination in the control group was fifteen samples (57.69%), the pre treatment group was 17 samples (65.38%) and the post treatment group was 18 samples (69.23%).
Conclusions: There was no increased risk of contamination in mixing human milk with HMF at 40C compared to 370C and in storing fortification of human milk for 24 hours at 40C.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Adi Wirawan
"Proporsi kematian neonatal meningkat dari 40% menjadi 47% di antara kematian Balita. Program Resusitasi Neonatus (PRN) yang terstandar diyakini akan dapat menurunkan kematian neonatal sampai 30%. Pasca pelatihan modul resusitasi neonatus supaya di akhir studi PPDS anak kompeten melakukan resusitasi neonatus. Upaya refreshing dibutuhkan untuk mempertahankan retensi keterampilan resusitasi
Penelitian ini bertujuan mengetahui kompetensi prosedur resusitasi neonatus dan upaya penyegaran untuk memperbaiki performa resusitasi neonatus PPDS anak.
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental. Kelompok intervensi yang mendapatkan penyegaran dengan mengakses video resusitasi neonatus secara aktif pada modul pembelajaran daring.
Hasil ada 35 PPDS dalam 2 tahun pendidikan, dianalisis pada penelitian ini, 18 kelompok intervensi 17 kelompok kontrol. Hasil penilaian pada base line didapati 16(45,7%) dari 35 PPDS tidak memenuhi standar kelulusan prosedur keterampilan resusitasi neonatus. Penilaian pasca perlakuan didapatkan performa resusitasi kelompok intervensi lebih baik dengan nilai rerata 80 ± 11 sedang pada kelompok kontrol dengan nilai rerata 58 ± 18, berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p < 0,001.
Kesimpulan stimulasi secara audiovisual dangan video pembelajaran resusitasi neonatus secara bermakna memperbaiki performa resusitasi PPDS saat dievaluasi dengan megacode.

The proportion of neonatal deaths increased from 40% to 47% among neonatal deaths. The standardized Neonatal Resuscitation Program (NRP) is believed to reduce neonatal mortality by up to 30%. After the module training, monitoring of skill retention is important to maintain the resuscitation performance of pediatric residents, and refreshing efforts are needed.
This study aimed to determine the competence of neonatal resuscitation procedures and refresher efforts to improve the resuscitation performance of pediatric residents.
The research design used was Quasi-experimental design. The intervention group received a refresher by actively accessing neonatal resuscitation videos in the online learning module.
The results were 35 pediatric residents in 2 years of education, analyzed in this study, divided into 18 intervention groups and 17 control groups. The baseline assessment found that 16 (45.7%) of 35 residents did not meet the graduation standards for neonatal resuscitation skills procedures. Post-intervention showed that the resuscitation performance of the intervention group was better with a mean value of 80 ± 11, while the control group had 58 ± 18, which with a significance value of p <0.001.
Conclusion: Audiovisual stimulation with neonatal resuscitation learning videos significantly improves the resuscitation performance of pediatric residents when evaluated by megacode.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library