Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trijondro Purwanto
Abstrak :
Perubahan penggunaan lahan merupakan fenomena yang selalu terjadi dalam perkembangan sebuah kota. Hal ini terjadi karena tuntutan akan ruang yang semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan pada kawasan suburban Kota Jambi, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi serta, dan membandingkan perubahan yang terjadi dengan RTRW Kota Jambi tahun 2011-2031. Untuk melihat perubahan penggunaan lahan digunakan metode super impose peta. Kemudian perubahan yang terjadi dideskripsikan secara spasial. Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan digunakan uji statistik product moment. Variabel yang digunakan dalam menghitung perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik (lahan tergenang dan tidak tergenang), faktor sosial (kepadatan penduduk), fasilitas umum (jaringan PDAM dan PLN), dan aksesibilitas (kerapatan jaringan jalan dan moda transportasi). Hasil analisis spasial penggunaan lahan di Kota Jambi selama periode tahun 2005 sampai 2011 telah mengalami perubahan. Luas lahan terbangun meningkat selama tahun 2005 sampai 2011 menjadi 1.864,35 Ha, sementara untuk lahan hutan mengalami penurunan menjadi 1.813,03 Ha untuk lahan hutan dan lahan pertanian mengalami penurunan 659,49 Ha. Hasil analisis statistik faktor lahan tidak tergenang, kepadatan penduduk, jaringan PLN dan PDAM, kerapatan jaringan jalan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan. Perlu evaluasi terhadap raperda RTRW 2011-2031, yang disebabkan karena cepatnya perubahan penggunaan lahan terutama lahan terbangun yang sangat cepat di Kota Jambi. ......Land use change is a phenomenon that always occurs in the development of a city. This happens because the demand for space is growing along with the population increase. The purpose of this study to assess changes in land use in the suburban area of the city of Jambi, examines the factors that influence as well, and compare the changes that occurred to the RTRW Jambi City for 2011-2031. To see the changes in land use map used method of super impose. Then the changes described spatially. Factors affecting the use of land-use change product moment statistical tests. Variables used in calculating the land use change is a physical factor (land flooded and not flooded), social factors (population density), public facilities (network taps and PLN), and accessibility (density of road network and transportation). Results of the spatial analysis of landuse in the Jambi City during the period of 2005 to 2011 have been amended. Land area woke up during the years 2005 to 2011 to 1864.35 ha, while for forest land decreased to 1813.03 hectares for forest land and agricultural land decreased 659.49 Ha. Statistical analysis of factors not flooded land, population density, PLN and PDAM network, road network density affect land-use change. Need to evaluate the draft RTRW 2011-2031, caused by the rapid changes in land use, especially built- up area in Jambi City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septina Marryanti Prihatin
Abstrak :
Keterbatasan tanah dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang menghuninya harus ditangani dengan optimal agar fungsi tanah tetap dapat memakmurkan. Namun, dalam perkembangannya jumlah tanah terlantar semakin meningkat setiap tahunnya. Penelitian Persebaran Tanah Terlantar dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui pola persebaran tanah terlantar di Kabupaten Sukabumi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya pola persebaran tanah terlantar di Kabupaten Sukabumi. Batasan konsep tanah terlantar berupa sebidang fisik tanah yang tidak digunakan sesuai dengan peruntukan tanahnya. Analisa keruangan dilaksanakan dengan menggabungkan Peta Peruntukan Tanah dengan Peta Penggunaan Tanah untuk mendapatkan ketidaksesuaian antara kawasan peruntukan dengan penggunaan tanah atau tanah terlantar. Setelah didapatkan pola persebaran tanah terlantar, selanjutnya dilakukan analisa spasial dan statistik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran tanah terlantar dilihat dari faktor kependudukan, aksesibilitas dan penguasaan tanah. Hasil penelitian menyimpulkan tanah terlantar di Kabupaten Sukabumi mempunyai pola mengelompok, mengarah ke wilayah tenggara mendekati perbatasan dengan Kabupaten Cianjur, yakni pada bentuk wilayah bergunung atau kemiringan lereng curam, jenis tanah yang peka terhadap erosi, dan curah hujan yang tinggi. Variabel yang paling besar hingga yang yang paling kecil pengaruhnya terhadap pola persebaran tanah terlantar secara berurutan adalah jarak ke ibukota kabupaten, pertumbuhan penduduk, profesi konstruksi, profesi pertanian, kepadatan penduduk, dan penguasaan tanah Negara dikuasai. ...... The people growth makes the limitation of the availability of lands. Thus, lands have to be managed optimally so the function of land to give the prosperity of people could be achieved. This research about the distribution of idle land was held in Kabupaten Sukabumi, West Java Province. The aim of the research is to know the distribution pattern of idle lands and analyze factors that effect to create distribution pattern of idle land. The limitation concept of idle land was a parcel of land that was not utilized according to its allocation. Spatial analyzation was used to integrate land allocation map with land use map to get incompability between the use and the allocation of land or idle land. After we got the pettern of idle land distribution, it was analyzed by using spatial analyzation and statistic to get factors that influenced the creation of idle lands from demography, accessibility and land tenure. The result of research showed that idle land in Sukabumi had an agglomerate pattern, approaching to southeastern area to boundary of Kabupaten Cianjur wich was mountainous area or steep slopes, lands on those areas were sensitive to erosion, and high rainfall. The most influenced variables to the less ones for the distribution pattern of idle lands sequentially were the distance to the capital of kabupaten, population growth, constructions occupation, agriculture occupation, population density and state land tenurship.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Eliyasari
Abstrak :
ABSTRAK Konflik kehutanan umumnya dikarenakan adanya ketimpangan penguasaan atas tanah dan sumber daya alam, tumpang tindih, administrasi penggunaan tanah yang kurang baik, dan penegakan hukum yang lemah. Konflik penggunaan tanah dapat mengganggu tujuan pembangunan nasional. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk dan kemiskinan menyebabkan meningkatnya kebutuhan tanah yang menjadi faktor penyebab timbulnya konflik penggunaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan HTI Register 45 yang buruk sebagai aspek yang paling berpengaruh terhadap adanya potensi konflik. Buruknya pengelolaan akan mendorong masyarakat untuk menggunakan tanah-tanah perkebunan yang tidak digarap untuk kepentingan pribadinya. Ditinjau dari aspek sosial, HTI yang berpotensi konflik tinggi adalah masyarakat dengan kepadatan penduduk yang tinggi, tingkat kemiskinan yang tinggi dan penguasaan lahan pertanian yang sempit. Ditinjau dari aspek fisik, Kawasan yang berpotensi konflik adalah kawasan yang memiliki tanah yang belum digarap, memiliki aksesibilitas yang baik dan memiliki harga tanah yang tinggi.
ABSTRACT Forestry conflict are generally due to the inequality of control over land and natural resources, overlapping, chaotic administration of land use, and weak law enforcement. Land use conflicts in the plantation sector can interfere with development goals national. On the other hand, population growth and poverty lead to increased land requirements that become factors causing land use conflicts. The results showed HTI management register 45 bad as the most influential aspects against any potential conflict. Poor management will encourage people to use the estate lands are not cultivated for personal use. Judging from the social aspect, HTI high conflict potential is communities with a high population density, high levels of poverty and narrow agricultural land tenure. Judging from the physical aspect, which potentially conflict area is the area that has not been tilled land, has good accessibility and has a high land prices.
2015
T44939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Agni Mayatirtana
Abstrak :
Air adalah sumberdaya yang utama dalam mendukung kehidupan manusia, baik untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari maupun sebagai pendukung kegiatan manusia. Kabupaten Bojonegoro dengan luas 230.706 ha adalah wilayah dengan kondisi perbedaan curah hujan yang cukup jelas, pada saat musim kemarau dan musim hujan. Kejadian El-Nino menjadi salah satu faktor terjadinya kekeringan yang dapat dikategorikan menjadi kekeringan meteorologis yang berakibat pada ketersediaan air yang tidak mencukupi dan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya air tersebut, pemerintah membangun Bendung Gerak Bojonegoro untuk mengalirkan air Sungai Bengawan Solo ke areal persawahan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkatan kekeringan yang terjadi dari kondisi curah hujan selama 30 tahun menggunakan metode SPI (Standardized Precipitation Index) pada tahun El Nino (tahun 1991, 1997, 2002, 2009 dan 2015) yang dihubungkan dengan ketersediaan air Bendung Gerak Bojonegoro terhadap pola tanam tembakau. Maka didapatkan kondisi kekeringan di tahun terjadinya El Nino lebih cenderung menunjukkan peningkatan dan rata-rata mencapai puncaknya di bulan September. Sedangkan budidaya tembakau yang di optimalkan tahun 2002 dan 2009 dengan kondisi kekeringan yang terjadi, petani masih mengoptimalkan melalui pergeseran tanam di sepanjang aliran sungai. Sedangkan di tahun 2015 di saat kekeringan sangat tinggi, maka ketersediaan air yang berkurang membuat petani lebih cenderung memperhatikan waktu tanam guna mengurangi kendala ketersediaan air atau lebih memilih mengkosongkan sementara lahan yang ada (diberakan). ......Water is a key resource in support of human life, both for the fulfillment of their daily needs as well as a supporter of human activity. Bojonegoro with an area of 230 706 ha is the region with the condition of difference rainfall is quite clear, during the dry season and the rainy season. Genesis El-Nino became one of the factors of drought which can be categorized into a meteorological drought that resulted in inadequate water availability and to overcome the limitations of water resources, the government is building a dam to drain water Gerak Bojonegoro Solo River to the paddy fields. The purpose of this study was to determine the level of the drought that occurred from rainfall for 30 years using SPI (Standardized Precipitation Index) in the year of El Nino (1991, 1997, 2002, 2009 and 2015) associated with the availability of water weir Gerak Bojonegoro to pattern planting tobacco. Then obtained the drought conditions in the year of El Nino is more likely to show increased and the average peaked in September. While the cultivation of tobacco in optimizing in 2002 and 2009 with drought conditions, farmers still optimizing through shifting planting along streams and rivers. Whereas in 2015 in the time of drought is very high, the availability of water is reduced to make farmers more likely to pay attention to the time of planting to reduce water availability constraints or prefer mengkosongkan while the existing land (fallow).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Tiara Dayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan penggunaan tanah pada wilayah Daerah Aliran Sungai dapat mempengaruhi sistem ekologi, sistem hidrologi dan kualitas air. Oleh karena itu, studi perubahan penggunaan tanah diperlukan terutama di DAS Komering yang diindikasi penggunaan tanahnya berubah dalam periode tahun 2010-2016. Penggunaan tanah merupakan faktor utama yang menentukan tingkat kekrtitsan tanah, sehingga perubahan penggunaan tanah harus sesuai dengan kemampuan tanah sehingga kerusakan tanah dapat dikendalikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan penggunaan tanah tahun 2000-2016 dan menggeneralisasi kriteria tanah kritis berdasarkan faktor-faktor fisik dan sosial di DAS Komering seperti; perubahan penggunaan tanah, kedalaman efektif tanah, lereng, singkapan, dan produktivitas lahan. Penelitian ini menggunakan klasifikasi terbimbing supervised dengan algoritma dengan software ENVI 5.1 untuk mendeteksi perubahan penggunaan tanah di DAS Komering, Provinsi Sumatera Selatan, yang menggunakan data satelit multispektral yang diperoleh dari Landsat 7 dan Landsat 8 untuk tahun 2000 dan 2016. Penentuan tingkat kekritisan tanah dan kondisi penggunaan tanah melalui pendekatan spasial dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis GIS dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukan telah terjadi perubahan penggunaan tanah dari tahun 2000 sampai dengan 2016 di DAS Komering yaitu dengan bergesernaya pola penggunaan tanah dari skema D pada tahun 2000 ke skema G pada tahun 2016. Berdasarkan hasil analisa statisik terdapat tiga kelas kekritisan tanah yaitu; tidak kritis, potensial kritis, dan kritis dengan varibel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kekritisan tanah seperti; produktivitas lahan 20 , singkapan 60 , kedalaman efektif tanah 17 , dan kemiringan lereng 3 . Secara spasial wilayah tanah kritis mendominasi dibagian hulu DAS Komering dengan ketinggian 250-1000 mdpl, kemiringan lereng 8-40 , kedalaman efektif tanah 40 . Berdasarkan jenis penggunaan tanah, tanah kritis berada pada jenis penggunaan tanah pertanian terutama pertanian lahan kering.
ABSTRACT
Land use changes in a watershed can affect the ecological system, hydrological system and water quality. Therefore, studies of land use change is needed especially in Komering Watershed which indicated changed in the period 2010 2016. Land use is the main factor that determine level of critical land, so the land use changes should correspond with the capability through which degraded land can be controlled. This study aimed to calculate land use land cover changes from 2000 to 2016 and generalize critical land criterions using the physical and social factors that influence the degree of criticality land in watershed such as land use changes, solum, slopes, outcrop, and land productivity. This study applied supervised classification maximum likelihood algorithm in ENVI 5.1 imagine to detect land use changes observed in Komering watershed, South Sumatera province, using multispectral satellite data obtained from Landsat 7 and Landsat 8 for the years 2000 to 2016 respectively. Determination of the level of critical land and land use conditions are executed through a spatial approach by utilizing Geographic Information Systems GIS and statistical analysis. The results showed there had been a land use changed from 2000 to 2016 in DAS Komering because of changing land use patterns of the scheme D in 2000 to scheme G in 2016. Based on statistical analysis, there are 3 classes of land criticality not critical, critical potential, and critical with variable that contributes the most to the land criticality such as land productivity 20 , outcrop 60 , effective depth of the soil 17 , and slope 3 . Distribution of critical land areas dominated watershed upstream Ogan which is at an altitude of 250 1000 meters above sea level, slope 8 40 , effective soil depth 40 . Based on the type of land use, land use types that are in the critical agricultural land mainly dryland farming.
2017
T47157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library