Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhy Nugroho
"Di RSUD Dokter Soedarso, berdasarkan hasil wawancara, ditemukan kejadian penundaan pelayanan resep sebanyak 70-80% setiap bulannya. Penundaan pelayanan resep disebabkan habisnya persediaan obat di gudang penyimpanan. Dalam persiapan menjadi BLUD, pihak manajemen harus memperbaiki sistem pengadaan obat. Penelitian ini adalah analisis evaluasi ekonomi kuantitatif untuk menyusun model pengadaan obat antibiotik kelompok A nilai investasi. Selanjutnya dilakukan perhitungan total biaya persediaan obat kelompok A. Kemudian dilakukan penghitungan EOQ serta ROP dilanjutkan dengan dilakukan simulasi pengadaan dengan metode EOQ dan perhitungan biayanya. Dari biaya yang diperoleh dilakukan perbandingan untuk melihat efektifitas pengadaan terhadap konsekuensi ITOR, service level, cakupan obat terlayani, jumlah waktu pekerjaan dan jumlah dokumen yang dihasilkan. Pengadaan persediaan farmasi di RSUD Dokter Soedarso Pontianak belum dilakukan dengan optimal untuk mencapai hasil yang efektif dilihat dari sudut pandang biaya. Dengan adanya keterbatasan anggaran, sebaiknya dilakukan prioritas dalam pengadaan obat-obatan dengan menggunakan analisis ABC nilai investasi. Metode ini akan membantu pihak manajemen untuk lebih memfokuskan diri terhadap obat-obatan yang mempunyai nilai investasi tinggi. Pengadaan obat antibiotik kelompok A nilai investasi mempunyai efektifitas biaya yang lebih baik dibandingkan dengan cara RSUD Dokter Soedarso saat ini jika dilihat dari sudut pandang service level, cakupan obat terlayani, jumlah waktu pekerjaan dan jumlah dokumen yang dihasilkan (CER EOQ < CER RS). Sedangkan dilihat dari sudut pandang ITOR, sangat tergantung dengan jumlah pemesanan. Jumlah pemesanan lebih dari 350 vial metode EOQ lebih efektif sedangkan jumlah pemesanan kurang dari 350 vial, cara RSUD Dokter Soedarso lebih efektif.

At the RSUD Dokter Soedarso, based on interviews, it was found 70-80% delay per month in pharmacy services (drog provison for patients). The reason for the delays was stockout of prescription drugs in the pharmacy storage. In preparation to be BLUD, the management should improve the drug procurement system. This was a quantitative analysis of economic evaluation study to compare a procurement methode for class A ABC investing score analysis antibiotics. The calculation of EOQ and ROP was performed, followed by procurement simulations with EOQ method and cost calculations. Total cost were compared with each consequences, namely, ITOR, service level, drug coverage, worktime needed and documents generated. The procurement method at RSUD Dokter Soedarso has yet to be implemented in an optimal way to reach the desired effectiveness from cost point of view. With budget limitations, it is advised to prioritize the drugs procurement using ABC insvesting score analysis. This method will help the management to focus more on the drugs that have a high investment value. Procurement of class A ABC investing score analysis antibiotics drugs using EOQ method is more cost effective compared with RSUD Dokter Soedarso?s ways viewed from service level, drug coverage, amount of time and amount of documents (CER EOQ < CER Hospital). Whereas from ITOR consequences, the cost effectivenes depends on the amount of purchasing. EOQ method is likely more cost effective f the amounts of purchasing exceed 350 vials."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risdi Ikhsan
"Penelitian dilakukan untuk melihat clinical pathway dan perhitungan cost of treatment apendisitis di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Sumatera Barat tahun 2012. Cost of treatment adalah perhitungan terkait biaya langsung (mempergunakan Activity Based costing) dan tak langsung (dimodifikasi dengan metoda Simpel Distribusi), merupakan biaya perawatan atau tindakan layanan per diagnosa penyakit sesuai clinical pathwaynya. Casemix beserta komplikasi dan komorbiditasnya, berpengaruh terhadap besaran biaya layanan.
Hasilnya ; clinical pathway apendisitis dapat disusun sesuai kelompok DRG, terdapat 4 kelompok diagnosa : apendisitis murni, apendisitis murni + penyerta, apendisitis komplikasi , apendisitis komplikasi + penyerta. Hasil hitung menunjukkan biaya rawatan semakin meningkat sesuai dengan komplikasi dan komorbiditasnya. Biaya termahal adalah pada tahap operasi dan komponen biaya terbesar adalah obat dan alat kesehatan dalam satu kali perawatan apendisitis.

The study was conducted to confirm at clinical pathways and calculate the treatment cost of appendicitis by 2012 at the Dr. Adnaan WD Hospital, Payakumbuh city of West Sumatra. Treatment Cost consist of direct costs (using activity based costing) and indirect (modified by Simple Distribution method), which is the cost of treatment or service actions to diagnosis of the disease according with clinical pathway. Casemix is a mix of cases with complications and comorbidities, affect the amount of the service fee.
The result; clinical pathways of appendicitis can be formed according to DRG group based on its complications and comorbidities. There are 4 groups of diagnosis: pure appendicitis, pure + comorbid appendicitis, complication appendicitis, complication + comorbid appendicitis. The results showed us the cost of treatment are increasing according to its complication and comorbidities. Highest costs are in the operational phase, and the largest cost component is the cost of drugs and medical devices in one treatment appendicitis
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Dany
"Bagian Kepesertaan terpusat dikarenakan berlakunya BPJS Kesehatan sebagai Jaminan Sosial Kesehatan di Indonesia pada tahun 2014. Dalam rangka menjamin kepuasan pelanggan,BPJS Kesehatan selalu mensosialisasikan hak dan kewajiban peserta JKN untuk informasi sejelas-jelasnya. Sejak berlakunya JKN tahun 2014 BPJS Kesehatan menjadi titik utama dalam perjalanan bagi peserta. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui Analisis Persiapan Transisi Bagian Kepesertaan PT Askes ke BPJS Kesehatan pada Januari Tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain analitik.
Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu dilakukan penambahan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang sesuai dengan keahlian kerja yang dibutuhkan; peningkatan kualitas latar belakang pendidikan di bidang asuransi. Mensosialisasikan kepada peserta berkas yang harus dilengkapi sehingga proses kepesertaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, Dilakukan pembaruan dalam rencana anggaran dalam era BPJS agar dapat terlaksana dengan baik, sehingga secara persiapan transisi PT Askes ke BPJS sudah siap untuk beroperasi secara maksimal.

Membership Division to be important because effectuation Health BPJS as Social Security Health on Indonesia in 2014. In order insure satisfaction to membership, Health BPJS constantly socialize right and obligations member JKN to information clearly. Since the entry into force of JKN in 2014, Health BPJS be the main point for the trip membership. In this study, authors wanted to know Analysis Preparing of Transition Membership Division PT Askes to Health BPJS on January 2014. This study is a qualitative research design with analysis.
Results of the study suggest that necessary additional human resources that has the appropriate quality of work required expertise, improving the quality of educational background in the field of insurance, disseminate to member file must be equipped so that the membership process can be carried out effectively and efficiently, updates made in the budget plan on Health BPJS that can be done well, so in preparation for transition PT Askes to Health BPJS is ready to operate to the fullest.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eridany
"Bagian Kepesertaan terpusat dikarenakan berlakunya BPJS Kesehatan sebagai Jaminan Sosial Kesehatan di Indonesia pada tahun 2014. Dalam rangka menjamin kepuasan pelanggan,BPJS Kesehatan selalu mensosialisasikan hak dan kewajiban peserta JKN untuk informasi sejelas-jelasnya. Sejak berlakunya JKN tahun 2014 BPJS Kesehatan menjadi titik utama dalam perjalanan bagi peserta. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui Analisis Persiapan Transisi Bagian Kepesertaan PT Askes ke BPJS Kesehatan pada Januari Tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain analitik. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu dilakukan penambahan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang sesuai dengan keahlian kerja yang dibutuhkan; peningkatan kualitas latar belakang pendidikan di bidang asuransi;Mensosialisasikan kepada peserta berkas yang harus dilengkapi sehingga proses kepesertaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, Dilakukan pembaruan dalam rencana anggaran dalam era BPJS agar dapat terlaksana dengan baik, sehingga secara persiapan transisi PT Askes ke BPJS sudah siap untuk beroperasi secara maksimal.

Membership Division to be important because effectuation Health BPJS as Social Security Health on Indonesia in 2014. In order insure satisfaction to membership, Health BPJS constantly socialize right and obligations member JKN to information clearly. Since the entry into force of JKN in 2014, Health BPJS be the main point for the trip membership. In this study, authors wanted to know Analysis Preparing of Transition Membership Division PT Askes to Health BPJS on January 2014. This study is a qualitative research design with analysis. Results of the study suggest that necessary additional human resources that has the appropriate quality of work required expertise, improving the quality of educational background in the field of insurance, disseminate to member file must be equipped so that the membership process can be carried out effectively and efficiently, updates made in the budget plan on Health BPJS that can be done well, so in preparation for transition PT Askes to Health BPJS is ready to operate to the fullest. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Rosalina Afif
"ABSTRAK
Kamar operasi dapat dijadikan andalan pendapatan bagi rumah sakit bila dikelola dengan baik dan profesional. Kesulitan dalam pengelolaan kamar operasi, lebih banyak disebabkan karena kegiatan pelayanan di kamar operasi pada pelaksanaannya merupakan padua dan interaksi dari berbagai disiplin ilmu dan profesi
Kamar operasi di Rumah Sakit Bhakti Yudha dibentuk berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 terdiri atas dua shift yaitu jam 07.00-14.00 dan jam 13.00-20.00.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambarn tentang utilisasi kamar operasi dan variabel-variabel yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi yang diukur dengan melihat waktu pelaksanaan operasi terhadap kesesuaian jam kerja yang berlaku yang sesuai dengan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92.
Model penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan analisis deskripti dan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh tindakan operasi yang dilaksanakan oleh UPF Bedah Umum, Kebidanan dan Kandungan serta UPF Ortopedi selama bulan April-Mei 1997, sedangkan sampel penelitian adalah tindakan operasi yang dilaksanakan oleh ketiga UPF tersebut dengan berkas rekam medi yang diisi lengkap.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan operasi yang sesuai jam kerja yaitu pada jam 14.00-20.00 jauh lebih besar bila dibandingkan jam-jam yang lain dan pelaksanaan operasi [ada jam kerja 07.00-14.00 merupakan yang paling sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan yang lainnya. Bila dilihat jenis operasinya terlihat bahwa lebih dari 70% merupakan operasi elektif dan bila dilihat unit pelaksana operasi terlihat bahwa 62% operasi dilaksanakan oleh UPF Bedah Umum sedangkan bila dilihat status ketenagaan ahli bedah terlihat bahwa 85% operasi dilaksanakan oleh tenaga tamu. Dari uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat, kecuali pada lama pelaksanaan operasi. Dari hasil perhitungan dengan variabel terikat, kecuali pada lama pelaksanaan operasi. Dari hasil perhitungan tingkat utilisasi kamar operasi didapatkan hasil sebesar 15,2% yang bila dibandingkan dengan referensi yang ada, tingkat utilisasi ini masih sangat kurang.
Saran yang dikemukakan adalah dalam menyusun jadwal perencanaan operasi (operasi elektif) sebaiknya disesuaikan dengan jam kerja yang berlaku di kamar operasi, yang perlu ditunjang dengan pengangkatan ahli bedah umum sebagai tenaga tetap.

ABSTRACT
Operating room can be an important source of income for hospital given that it professionaly managed. The difficulty in managing operating room comes from the fact it requires the interaction of various proffessions.
The operating room of Bhakti Yudha Hospital, which was established under a decree "SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92, provides facilities and menpower required by an executing function unit to conduct surgery. BY decree the working hour of the operating room consist of two shift, the first shift is 07:00-14:00 and the second shift is 13:00-20:00.
The Purpose of this research is to describe utilization level the operating room and to identify the variables that influence the utilization level. The utilization level is measured by looking at the conformity between the implementation of aurgery and the time shift determined by the decree
The model used in this research is cross sectional using descriptive analysis and a retrospective approach. The population of the study is all surgeries conducted by the General Surgery, Obstetrics and Gynecology and Orthopedics between April to May 1997. The sample used is all surgery conducted by the three units with completed medical record.
This study shows that surgery task carried out betweeb 14:00-20:00 has the best time conformity, and the number of surgery tasks between 07:00-14:00 is the highest compare to other hours. More than 70% of all surgeries are elective surgery and 62% of all surgeries are carried out by the General Surgery. By the status of the surgeon, 85% surgery is conducted by visiting surgeon. Statistical test shows that ther is a siginificant correlation between the dependent and independent variables except for the operating duration. Utilization level of operating room is 15.2%, which is lower than the reference utilization level.
It is recommended that in planning operation the schedule should be in conformity with the time schedule of the operating room and shoul be supported by fulltime surgeon."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library