Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Nurlatifah
Abstrak :
Karbon Aktif dikenal cukup luas penggunaannya baik untuk keperluan industri maupun rumah tangga. Di Indonesia sudah didirikan beberapa industri karbon aktif, namun untuk penggunaan penyerap merkuri, produk tersebut masih impor. Karbon Aktif untuk penyerap merkuri masih menggunakan bahan baku batu bara yang dikenakan proses impregnasi dengan sulfur. Untuk mengamati kemung- kinan pembuatan karbon aktif untuk penyerap merkuri dengan bahan baku selain batu bara, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan karbon aktif serbuk gergaji yang diimpregnasi dengan sulfur. Sulfur yang digunakan adalah 10 %, 20 %, 30 %, 40 % dan 50 % berat bahan baku. Produk di uji sifat fisik, kimia dan struktur permukaannya. Diperoleh hasil bahwa penambahan belerang 30 % menghasilkan luas permukaan tertinggi. Hasil uji daya scrap menurun dengan bertambahnya sulfur sedangkan perubahan permukaan di amati dengan scanning electron microscopy (SEM).
Active carbon has been commonly used for industries and household. The material of active carbon can be used for food and non-food industries as well. In Indonesia some variety of carbon active has been manufactured. Nonetheless for mercury removal substance it is still being imported up to date. Coat is the basic ingredien in the production of active carbon for mercury removal, and it is impregnated with sulfur. Element of sulfur as impregnating agent is used in the range of 10 %, 20 %, 30 %, 40 % to 50 % by weight respectively. Physical and chemical properties of the products were analyzed in this investigation. The result shows that the maximum surface area had been reached for sulfur impregnated with 30 % by weight. Adsorption rate will decrease if sulfur content is increase. The change of it's external surface were examined by scanning electron microscopy (SEM).
1999
JIRM-1-3-Des1999-10
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Deswan
Abstrak :
Perunggu Aluminium merupakan paduan tembaga yang banyak digunakan dalam bidang industri, kerena mempunyai sifat mekanik yang baik. Perunggu aluminium merupakan paduan dengan unsur utama Cu dan Al dan penambahan unsur lain yaitu besi (Fe). Penambahan unsur ini dimaksudkan untuk meningkatkan sifat mekanik yang dibutuhkgn. Selain itu sifat mekanik dapat ditingkatkan dengan perlakuan panas. Paduan perunggu aluminium pada penelitian ini mempunyai komposisi 85% Cu, 9% Al dan 2% Ni dengan penambahan Fe sebesar 2%, 4% dan 6%. Paduan tersebut mendapat perlakuan panas kondisi celup (oli dan air) dan proses tempering pada temperatur 200 C. 400 C dan 600 C. Kemudian dilakukan pengujian sifat mekanik dan pengamatan struktur mikro paduan hasil tuang. Dari hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa pada kondisi as cast menunjukan nilai kekuatan tarik dan kekerasan tertinggi dibandingkan pada kondisi lainnya seperti proses celup temper, sedangkan nilai regangan dan kekuatan impak rendah. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini antara lain pada daerah plastis, peningkatan dan penurunan nilai dari tegangan tarik dan regangan tidak sama pada kondisi perlakuan panas yang sama. Semakin tinggi temperatur temper akan terjadi peningkatan kekuatan tarik dan peningkatan keuletan (regangan), sedangkan ketangguhan (kekuatan impak) mengalami penurunan.
Alumunium bronce is an alloy of copper with wide industrial application, due to good mechanical properties. Bronce aluminium is an alloy made of Cu, Al and other element such as iron. Addition of element such as Fe is aimed to improve its mechanical properties, although mechanical properties can be improved by heat treatment. Alumunium bronce in this investigation have a composition of 85% Cu, 9% Al and 2% Ni by weight with additional of iron in the range of 2%, 4% and 6% by weight respectively. This material was subsequently heat-treated and quenches in water and oil following by tempering at 200 C, 400 C and 600 C" respectively. Thereafter were tested mechanically, and its microstructures were studied. The cast material shows high hardness and high tensile strength than that of the treated material. Nonetheless its impact strength and strain is the lowest. It is observed an in this investigation that the higher the tempering temperature the higher the tensile strength as well as it toughness, however its impact strength is decreasing.
1999
JIRM-1-3-Des1999-33
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muhammad Sairin Haning
Abstrak :
Perubahan struktur mikro daerah las baja karbon rendah menyebabkan terjadinya perubahan dan perbedaan sifat ketahanan korosi. Tingkat ketahanan korosi secara tidak langsung dipengaruhi oleh bentuk dan jenis pertakuan atau pengerjaan yang telah dialami sebelumnya. Untuk meningkatkan pengawasan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh korosi pada daerah sambungan las maka dilakukan penelitian tingkat ketahanan korosi pada daerah logam las (WM), daerah logam induk (BM) dan daerah terpengaruh panas (BM-HAZ, HAZ, WM-HAZ) dengan menggunakan bahan dari baja karbon rendah hasil canai panas yang telah mengalami proses pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketahanan korosi antara masing-masing daerah disekitar sambungan las. Tingkat ketahanan tertinggi terjadi pada daerah logam las (WM) spesimen WM.2 dan tingkat ketahanan korosi terendah terjadi pada daerah berbutir halus (HAZ) spesimen WM.3.
The change of microstructure in the welding joint region of low carbon steel more often to cause difference in corrosion resistance- Corrosion resistance indirectly is influenced by the heat treatment or fabrication procedure. Improving fabrication procedure is necessary to prevent deleterious effect of corrosion in the welding joint area. Therefore in this investigation corrosion resistance in the weld metal area (WM), heat affected zone area (HAZ) as well as base metal (BM) become prime concern. The materials used in this investigation come from hot rolled process. The result indicated the different corrosion resistance between WM, BM and HAZ in the weld joint area. Highest corrosion resistance was found in the WM area while low corrosion resistance is the HAZ area.
1999
JIRM-1-3-Des1999-70
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library