Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyaji Agung Pambudi
Abstrak :
Lahan pertanian menjadi salah satu sumberdaya alam potensial terutama lahan pertanian kering yang lebih mendominasi wilayah Indonesia, termasuk di kabupaten Pacitan. Namun, pemanfaatan lahan pertanian kering belum optimal dan dalam beberapa tahun terakhir justru menunjukkan penurunan produksi. Salah satu penyebab turunnya produksi pertanian adalah keberadaan tumbuhan pengganggu. Tumbuhan pengganggu memberikan dominasi dan kompetisi pemenuhan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk merancang pola pengendalian tumbuhan pengganggu di lahan kering yang tepat untuk mewujudkan pangan berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah mixed method dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Pengendalian tumbuhan pengganggu di Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Sudimoro cukup beragam meliputi pengendalian kimia, mekanik, dan gabungan. Keanekaragaman tumbuhan pengganggu pertanian padi gogo termasuk kategori sedang dengan H = 2,99 (33 jenis dari 14 suku) dan keanekaragaman tumbuhan pengganggu tanaman kedelai termasuk kategori tinggi dengan H = 3,14 (37 jenis dari 15 suku). Tumbuhan pengganggu yang paling mendominasi adalah Alternanthera sessilis (L.) R.Br. Ex DC. Pola pertanian yang diterapkan petani di kawasan ini adalah padi gogo-palawija-palawija dan padi gogo-palawija-bera. Keberadaan tumbuhan pengganggu menurunkan produksi pertanian melalui mekanisme dominasi dan kompetisi dengan tanaman budidaya. Rancangan pengendalian yang tepat adalah berbasis siklus hidup. ......Agricultural land is the potential of natural resources, especially dryland, including in Pacitan. However, dryland management is not optimal, and in recent years it showed a decline production. The growth of weeds among agricultural crops is a pest that can decrease agricultural production. Weed provide fulfillment of domination and competition for nutrients, water, sunlight, and space to grow. This research aims to design patterns for weed management in dryland to achieve sustainable food. The method used is a mixed method by observation, in-depth interview, and case study. Weed management in Ngadirojo and Sudimoro district include chemical control, mechanical, and mixed control. The diversity of weed in rice crop is H = 2,99 (33 species from 14 family) and in soybean crop is H = 3,14 (37 species from 15 family). Alternanthera sessilis (L.) R.Br. Ex DC. is the most dominating this area. Agricultural patterns are applied farmers in this area are upland rice-crops-crops and upland rice-crops-fallow. The existence of weed to decline the agricultural production through a domination and competition with crops. The design of appropriate controls is life cycle approach.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T52487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Abraham
Abstrak :
Penelitian mengenai eksplorasi senyawa aktif kapang endofit dari tumbuhan mangrove dan aplikasinya sebagai bioinsektisida telah dilakukan. Sebanyak 110 kapang endofit telah diperoleh dari akar, ranting, daun, dan serasah Rhizophora mucronata, Avicennia marina, dan Soneratia alba menggunakan enam jenis media dan lima jenis metode isolasi. Lima dari 110 isolat kapang endofit menunjukkan toksisitas tertinggi (menyebabkan mortalitas lebih dari 90% pada konsentrasi 80 ppm) terhadap larva Artemia salina. Kelima isolat kapang tersebut diidentifikasi berdasarkan data sequence daerah ITS rDNA dan pengamatan morfologi sebagai Emericella nidulans (BPPTCC 6035 dan BPPTCC 6038), Aspergillus flavus (BPPTCC 6036), A. tamarii (BPPTCC 6037), dan A.versicolor (BPPTCC 6039). Hasil pengujian aktivitas insektisida ekstrak etil asetat dari kultur filtrat biakan kelima strain kapang tersebut pada medium cair malt extract terhadap larva neonate dan instar III Spodoptera litura menunjukkan aktivitas sebagai racun lambung, racun kontak, attractant, racun saraf, dan menghambat perkembangan larva. Karakterisasi senyawa aktif dengan metode thin layer chromatography (TLC) yang dikombinasikan dengan beberapa reagen menunjukkan bahwa kelima ekstrak mengandung senyawa triterpenoid yang mengandung saponin; ekstrak yang dihasilkan oleh E. nidulans BPPTCC 6038 mengandung senyawa fenol; dan keempat ekstrak lain mengandung senyawa alkaloid. Formulasi dilakukan dengan menambahkan senyawa adjuvant berupa aseton sebagai pelarut, Tween 80 sebagai surfaktan, dan PEG 6000 sebagai sticker agent. Hasil pengujian aktivitas kelima formulasi terhadap larva neonate dan instar III S. litura menunjukkan bahwa seluruh formulasi memiliki aktivitas insektisida terhadap larva instar III S. litura lebih baik dibandingkan dengan kontrol positif, DeltametrinR (25 g/L). ......A study on the exploration of active compounds from mangrove endophytic fungi and their application as bioinsecticides was conducted. The isolation of mangrove endophytic fungi from roots, twigs, leaves, and leaf litter from Rhizophora mucronata, Avicennia marina, and Soneratia alba was conducted using a combination of six media with five isolation methods. Five of the 110 mangrove endophytic fungal isolates showed the highest toxicity (causing more than 90% larval mortality at 80 ppm) on Artemia salina larvae. Based on the DNA sequence data of the internal transcribed spacers (ITS) region of ribosomal DNA and morphological characteristics, these isolates were identified as Emericella nidulans (BPPTCC 6035 and BPPTCC 6038), Aspergillus flavus (BPPTCC 6036), A. tamarii (BPPTCC 6037), and A. versicolor (BPPTCC 6039). A bioassay on Spodoptera litura neonate and third instars larvae showed that five ethyl acetate of the five fungal filtrate extracts from malt extract broth medium exhibited attractant and insecticidal activities through stomach poisons, contact poisons, neurotoxins, and the inhibition of larval and pupal development. The chemical characterization of the five extracts using thin layer chromatography (TLC) combined with several reagents showed that the five extracts contained triterpenoid with saponin compounds, the extract from E. nidulans (BPPTCC 6038) contained phenolic compounds, and the four other extracts contained alkaloid compounds. Formulations were conducted by the addition of adjuvant: acetone as the solvent, Tween 80 as the surfactant, and PEG 6000 as the sticker agent. The insecticidal activity from five formulations on S. litura third instars larvae showed that the five formulations exhibited better insecticidal activity than DeltamethrinR (25 g/L) as the positive control.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
D2053
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harlina
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji aspek bioekologi dan potensi pemanfaatan berkelanjutan kupu-kupu G. androcles di Kawasan Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung TN Babul dan Taman Wisata Alam Nanggala III TWA Nanggala III , Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan April 2014 ndash; Maret 2015. Untuk mengetahui ciri habitat pakan digunakan metode analisis vegetasi. Aspek biologi G. androcles dipelajari dengan penangkaran semi alami. Data potensi pemanfaatan G. androcles secara berkelanjutan diperoleh dengan metode kuesioner dan dianalisis secara deskriptif - kualitatif dalam metode analisis SWOT. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan G. androcles tertinggi di area wisata Pattunuang 45 ekor , dan terendah di area wisata Bantimurung 16 ekor . Habitat pakan G. androcles didominasi oleh pohon Canangium odoratum INP 50,88 di Pattunuang, Cinnamomum sp. INP 33,8 di Bantimurung, Ficus racemosa INP 54,4 di Salu Tandung, dan Ardisia purpurea INP 50,4 di Puncak. Kupu-kupu G. androcles dijumpai pada bulan Juni - Nopember 2014 dengan curah hujan bulanan rendah 0 ndash; 160 mm , suhu udara 29 - 300C, kelembapan 54 - 65 , dan intensitas cahaya 33 ndash; 1180 lux. Kelimpahan G. androcles berkaitan dengan kondisi habitat dan ketersediaan tumbuhan pakannya. Graphium androcles meletakkan telur pada pucuk daun Uvaria rufa. Tumbuhan penghasil nektar adalah Hibiscus rosasinensis, Ixora sp., Lantana camara, Dendrobium phalaenopsis, Clorodendrum thomsonae, Cromolaena odorata, dan Eupatorium inufolia. Siklus hidup G. androcles dalam upaya penangkaran hingga mencapai tahap dewasa berkisar 46 ndash; 65 hari. Kegagalan tahap telur diakibatkan oleh serangan Camponotus sp. di alam, dan jamur saat di penangkaran. Serangan parasitoid Aloeides indiscritus dijumpai pada larva instar ketiga. Kegagalan pupa disebabkan oleh pembentukan yang tidak sempurna, dan serangan patogen sehingga pupa menghitam. Tingkat keberhasilan G. androcles dalam upaya penangkaran belum bisa termati hingga tahap kopulasi. Alur perdagangan G. androcles di kawasan TN Babul terdiri dari penangkap, pengrajin, pedagang, pengumpul, dan pembeli. Di kawasan TWA Nanggala III tidak ditemukan pengrajin. Kehadiran G. androcles berpotensi sebagai ajang promosi di area wisata Bantimurung. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan G. androcles di TN Babul berbeda dengan di TWA Nanggala III. Di kawasan TN Babul, faktor kekuatan-peluang lebih tinggi 4,78 dibandingkan dengan kelemahan-ancaman 2,15 , sehingga pengelolaannya dapat terlaksana. Di kawasan TWA Nanggala III, faktor kelemahan - ancaman mempunyai bobot yang lebih besar 3,48 dibandingkan dengan kekuatan - peluang 1,59 , sehingga dibutuhkan strategi khusus dalam pengelolaan secara berkelanjutan.Kata kunci: Bioekologi, habitat, kupu-kupu, tumbuhan inang, penangkaran, Graphium androcles.
ABSTRACT
This study examines the bioecological aspects and potential of sustainable ultilization of G. androcles in Bantimurung Bulusaraung National Park area Babul NP and Nanggala III Nature Park Nanggala III NP in South Sulawesi. The study was conducted on April 2014 March 2015. Vegetation analysis were performed to determine the characteristics habitat and food plants of G. androcles. Biological aspects of G. androcles were obtained through captive breeding. Data of the utilization potential of G. androcles were obtained by questionnaire method and analyzed in descriptive qualitative using SWOT analysis method. The results showed that the highest of G. androcles abundance was found at Pattunuang recreation area 45 individuals , and the lowest was at Bantimurung recreation area 16 individuals . The habitat and food plants of G. androcles was dominated by Canangium odoratum trees INP 50.88 in Pattunuang, Cinnamomum sp. INP 33.8 in Bantimurung, Ficus racemosa INP 54.4 in Salu Tandung and Ardisia purpurea INP 50.4 in Puncak area. Graphium androcles was found during at the dry season June November 2014 with low monthly rainfall 0 160 mm , air temperature 29 300C, humidity 54 65 , and light intensity 33 1180 lux. Graphium androcles lays its eggs on the leaves of Uvaria rufa Annonaceae . The nectar plants are Hibiscus rosasinensis, Ixora sp., Lantana camara, Dendrobium phalaenopsis, Clorodendrum thomsonae, Cromolaena odorata, and Eupatorium inufolia. The Life cycle of G. androcles in rearing experiment to reach adult stage ranges from 46 to 65 days. The failures of egg stages were caused by attacked by Camponotus sp. at nature and was fungi in captive breeding. The parasitoid attack of Aloeides indiscritus is found in third instar larvae. The failure of pupa is caused by imperfect formation, and pathogen attack so black pupa. The success rate of G. androcles at rearing experiment is still low and can not be reached until it copulates. The trading flow of G. androcles at Babul NP consists of catchers, craftsmen, merchants, and buyers. In the area of Nanggala III NP, no craftsmen were found. The presence of G. androcles has potential as a promotional and iconic event in Bantimurung recreation area. The results of SWOT analysis for the sustainable use of G. androcles at Babul NP differ with at Nanggala III NP. At the Babul NP area represents a higher probability strength factor 4,78 compared with threat weakness 2,15 , so that management can be accomplished. In the Nanggala III NP area, the weakness threat factor were greater weight 3,48 than the opportunity strength 1,59 , so different strategy will be needed for sustainable management. Keywords Bioecology, habitats, butterflies, hostplant, breeding experiment, Graphium androcles.
2017
D2330
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library