Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta: IRE Press, 2004
352 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diany Nurliana Taher
Abstrak :
Latar belakang: Keterbatasan mobilitas pada kelompok lanjut usia  berkaitan dengan rendahnya kualitas hidup, menurunnya akses ke layanan kesehatan, meningkatknya mortalitas, morbiditas, dan beban pembiayaan kesehatan. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi mobilitas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi mobilitas dan mendapatkan hubungan antara usia, jenis kelamin, status gizi, kadar vitamin D, sarkopenia dan penyakit penyerta dengan fungsi mobilitas pada pasien geriatri. Metode: penelitian cross-sectional ini dilakukan antara Desember 2022 sampai Januari 2023 di Poliklinik Geriatri RS Cipto Mangunkusumo Jakarta Indonesia. Pasien yang dapat berjalan mandiri dengan atau tanpa alat bantu diikutsertakan dalam penelitian. Fungsi mobilitas dinilai dengan Timed Up and Go (TUG) Test dan skor TUG dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, status gizi, kadar vitamin D, sarkopenia, dan komorbid. Hasil: Dari hasil analisis multivariat didapatkan bahwa kelompok usia lebih dari 80  tahun memiliki risiko penurunan fungsi mobilitas 1,9 kali lebih tinggi dengan IK 95% 1,139-3,118. Lansia perempuan berisiko 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki dengan IK 95% 1.014-1.931 dan lansia dengan malnutrisi berisiko 1,8 kali dengan IK 95% 1.256-2.478. Ditemukannya sarkopenia pada pasien menjadi risiko terbesar untuk penurunan fungsi mobilitas yaitu berisiko 2 kali lebih tinggi dengan IK 95% 1,547-2,606. Sedangkan kadar vitamin D dan CCI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fungsi mobilitas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, sarkopenia, dan malnutrisi dengan fungsi mobilitas pada pasien geriatri. ......Background: Limited mobility in elderly is related to low quality of life, reduced access to medical services, increased mortality, morbidity, and health care financial burden. Many factors can influence mobility function. Therefore, this study aims to know the factors associated with mobility function and obtain the relationship between age, sex, nutritional status, vitamin D levels, sarcopenia, and comorbidities with impaired mobility function in geriatric patients. ......Methods: This cross-sectional study was conducted between December 2022 to January 2023 in Geriatric Clinic of Cipto Mangunkusumo National Hospital in Jakarta Indonesia. All elderly patients visited the clinic who can walk with or without walking aids were included. We evaluated mobility function using Timed Up and Go Test (TUG), the TUG score was tested against age, sex, nutritional status, vitamin D levels, sarcopenia, and number of comorbidities to evaluate the association. Result: We found, from multivariate analysis, that the age over 80 years had a risk of decreased mobility function 1.9 times higher with CI 95% 1.139-3.118. Elderly females have risk 1.4 times higher than elderly male with CI 95% 1.014-1.931 and elderly with malnutrition have a risk of 1.8 times with CI 95% 1.256-2.478. Sarcopenia is the greatest risk factor for decreased mobility function, 2 times higher with 95% CI 1,547-2,606. However, vitamin D level and CCI were not associated with mobility function. Conclusions: There is a correlation between age, sex, sarcopenia, and malnutrition with functional mobility in geriatric patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridzqie Dibyantari
Abstrak :
Latar belakang: Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) bermanfaat dalam pelayanan pasien lanjut usia. Domain yang sering dinilai adalah status fungsional, disabilitas, status nutrisi, dan kognitif. Namun, pengerjaan P3G membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga dikembangkan bentuk singkat P3G, di antaranya Geriatric 8 (G8). Belum ada publikasi mengenai kesahihan, keandalan, dan performa diagnosis G8 pada populasi umum lansia di Indonesia. Tujuan: mengetahui kesahihan, keandalan, dan performa diagnostik G8. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Poli Geriatri RSCM. Dilakukan pemeriksaan G8 dan P3G terhadap pasien yang memenuhi kriteria seleksi subjek penelitian, kemudian dilakukan uji kesahihan dengan mencari koefisien korelasi dan analisis kappa. Pasien dengan gangguan pada satu domain P3G dikatakan gangguan P3G, yaitu ADL  19, IADL  7, MoCA-INA  25, MNA < 24, atau timed up and go  10 detik. Hasil: terdapat 80 orang subjek penelitian dengan rerata usia 73,68 tahun, Interrater dan intrarater concordance masing-masing adalah 1 dan 0,904 (p<0,005). Interclass corelation coefficient berkisar antara 0,77 (0,412 – 0,913) sampai dengan 1 (1 – 1). Didapatkan nilai Cronbach 0,697. Titik potong acuan yang digunakan 14,25 menunjukkan sensitivitas 70,27 (58,82 – 80,34), spesifisitas 83,33 (35,88 – 99,58), dengan AUC 0,846 (p<0,005), IK95% 0,667- 1,0) Simpulan: G8 cukup sahih dan memiliki keandalan yang baik sebagai instrumen penapisan pasien rawat. Titik potong G8 yang disarankan adalah 14,5 sehingga pasien dengan skor lebih rendah disarankan untuk menjalani pemeriksaan P3G lengkap. ......Background: Comprehensive geriatric assessment (CGA) has been proved to be beneficial for older adults care. Domains that usually assessed in CGA are functional status, disability, cognitive function, and nutrtion status. However, CGA takes more time to complete, hence shorter versions of CGA were developed, including Geriatric 8 (G8). G8 was developed to screen older adults with cancer who would benefit the complete CGA. There was no publication regarding validity, reliability, and diagnostic performance of G8 for general population of older adults in Indonesia. Objective: This study aimed to evaluate validity, reliability, and diagnostic performance of G8 in older adults. Methods: This is a cross-sectional study conducted in Geriatric Clinic of Cipto Mangunkusumo National Hospital. Both CGA and G8 were performed, concordance between these tests were analyzed to determine validity, reliability, and diagnostic performance of G8. Abnormal CGA is defined by at least one abnormal CGA domain is identified, i.e ADL  19, IADL  7, GDS  5, MoCA-INA  25, MNA < 24, or timed up and go  10. Commorbidities was assessed by CIRS-G. Results: We found strong inter-rater and intra-rater condordance (kappa=1 and kappa=0.904, p<0.005, respectively). Interclass Coefficient Corelation was ranged 0.77 (0.412 – 0.913) to 1 (1 – 1). We also found acceptable Cronbach of 0.697. For diagnostic performance, the sensitivity was 70.27 (58.82 – 80.34), specificity 83.33 (35.88 – 99.58), with AUC 0.846 (p<0.005), CI95% 0.667-1.0). Conclusion: G8 screening tool is valid and reliable to be used in older adults. G8 also demonstrated good diagnostic performance. We propose 14.5 as cut off point for older adults who need full form geriatric assessment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mely Mudjahidah
Abstrak :
Persentase penduduk usia lanjut di Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat dalam lima dekade terakhir. Pasien usia lanjut yang akan menjalani pembedahan mempunyai risiko mengalami komplikasi pascabedah. Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) dan klasifikasi ASA dapat digunakan untuk mengevaluasi kesehatan pasien geriatri. Program prehabilitasi yang direkomendasikan oleh berbagai guideline perioperatif untuk memperbaiki kesehatan fisik dan status fungsional preoperatif dapat meningkatkan pemulihan pascabedah dan luaran klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komponen P3G, status ASA dan prehabilitasi preoperatif terhadap komplikasi pascabedah 30 hari pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan artroplasti panggul dan lutut elektif dan untuk mengembangkan model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari berdasarkan faktor prediktor tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif yang menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan artroplasti panggul dan lutut elektif di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari 2017 – Oktober 2022. Performa pengembangan model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari dilakukan dengan menentukan nilai kalibrasi (uji Hosmer-Lemeshow) dan diskriminasi (Area Under the Curve [AUC]). Didapatkan 144 pasien yang telah memenuhi kriteria dan dapat dianalisis. Angka komplikasi pascabedah 30 hari sebesar 29,2%. Faktor yang dianalisis sebagai prediktor komplikasi di antaranya status depresi (HR=5,11; IK95% 2,549-10,244), status frailty (HR=2,44; IK95% 1,329-4,473), komorbiditas (HR=1,53; IK95% 0,786-2,982) serta prehabilitasi preoperatif (HR=1,77; IK95% 0,906-3,459). Model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari memiliki kualitas kalibrasi dan diskriminasi yang baik dan cukup kuat [AUC 0,690 (p<0,001; IK 95% 0,586-0,794)]. Status depresi, status frailty, komorbiditas dan prehabilitasi preoperatif berhubungan dengan komplikasi pascabedah 30 hari  pada pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan artroplasti panggul dan lutut elektif. Model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari memiliki kualitas kalibrasi dan diskriminasi yang baik dan cukup kuat. ......The percentage of the geriatric population in Indonesia has roughly doubled in the last five decades. Elderly patients who will undergo surgery are at risk of experiencing postoperative complications. The Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) and ASA Classification can be used to evaluate the health of geriatric patients. Prehabilitation programs that various preoperative guidelines suggest to improve physical health and preoperative functional status may increase the rate of postoperative recovery and clinical outcomes. This study aims at determining the relationship between the CGA components, ASA status, and preoperative prehabilitation on complications within 30 days after the surgery in elderly patients undergoing elective hip and knee arthroplasty, as well as developing a prediction model for 30-day postoperative complications. This research is a retrospective cohort study using secondary data from medical records and interviews with elderly patients who underwent elective hip and knee arthroplasty at Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2017 and October 2022. The performance of the 30-day postoperative complication predictor model was measured by determining the calibration (Hosmer-Lemeshow test) and discrimination (Area Under the Curve [AUCC]) value. 144 patients who met the criteria were analyzed. The 30-day postoperative complication rate was 29.9%. The factors analyzed as complication predictors including depression status (HR=5.11; 95%CI 2.549-10.244), frailty status (HR=2.44; 95%CI 1.329-4.473), comorbidity (HR=1.53; 95%CI 0.786-2.982) and preoperative prehabilitation (HR=1.77; 95%CI 0.906-3.459). The 30-day postoperative complication prediction model has good and strong enough calibration and discrimination qualities [AUC 0.690 (p<0.001; 95% CI 0.586-0.794)]. Depressive status, frailty status, comorbidity, and preoperative prehabilitation were significantly associated with 30-day postoperative complications in elderly patients undergoing elective hip and knee arthroplasty surgery. The 30-day postoperative complication prediction model has good and strong enough calibration and discrimination qualities.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library