Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deliana
Abstrak :
Primacy suatu kota maupun kawasan perkotaan tidak hanya disebabkan oleh satu sebab (monocausal), tetapi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor pemicu Kota Makassar sebagai kota primate selain faktor sejarah, juga kenyataan masih tetap berlakunya "The Law of the Primate City". Kota primate tidak hanya terjadi dalam skala nasional namun juga dalam skala regional/provinsi. Kota Makassar merupakan kota primate tidak hanya dari sisi dominasi jumlah penduduk tapi juga dari sisi pengaruh Kota Makassar terhadap kota-kota lainnya dan terhadap wilayah hinterlandnya. Hasil kajian dari sejarah perkembangan kota-kota di Sulawesi Selatan mendukung kenyataan bahwa Makassar sejak dahulu merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah Sulawesi Selatan. Dalam sistem perkotaan Provinsi Sulawesi Selatan terlihat bahwa kota yang memiliki hirarki tinggi tampak mengerucut di sekitar Kota Makassar. Kecenderungan tersebut mengindikasikan teradinya konurbasi pada kawasan Kota Makassar dan sekitarnya yang dikenal dengan Kawasan Mamminasata. Kota Makassar tidak dapat berdiri sendiri namun telah menjadi satu kesatuan dari sisi aktivitas ekonominya dengan kota-Kota di sekitarnya, yaitu Kota Maros (Kabupaten Maros), Kota Sungguminasa (Kabupaten Gowa), dan Kota Takalar (Kabupaten Takalar). Hasil pengukuran dan penilaian dengan menggunakan koefisien korelasi tunggal menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang mantap antara sistem perkotaan dengan fenomena kota besar dan kota kecil.
Primacy of a city or urban areas not only due to one reason (monocausal), but by several factors. Trigger factors of Makassar as a primate city in addition to historical factors, is the fact still remains the existence of "The Law of the Primate City". Primate city does not happen only in national scale but also in regional/provincial scale, Makassar as a primate city not only by domination of population but also by the influence of Makassar to other cities and to hinterland area. Study from development town history of South Sulawesi supports fact that since the first, Makassar still become growth center for the region of South Sulawesi. In system of cities of South Sulawesi province, cities that have a high hierarchy looks pursed around Makassar. The trend indicates occurrence of conurbations in Makassar city and surrounding region, known as Mamminasata. Makassar City can not stand alone but has became an integral part of the economic activity with neighboring towns, such as Maros, Sungguminasa (Gowa), and Takalar. Results of measurement and assesment using a single correlation coefficient showed that there was an established relationship between system of cities and the phenomenon of big cities and small towns.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33270
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hayati Sari
Abstrak :
Fokus dari disertasi ini adalah memodelkan interaksi antara guna lahan, transportasi, dan lingkungan dalam meningkatkan dan mengatur kualitas perkotaan. Salah satu konsep untuk menggabungkan ketiga aspek tersebut adalah Pembangunan Berorientasi Transit, yaitu konsep pengaturan pertumbuhan ruang pada koridor transit dengan ciri-ciri guna lahan campuran, kompak, kemudahan untuk berjalan kaki, dan pembangunan yang difokuskan di sekitar kawasan transit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun konsep pengaturan pembangunan perkotaan yang fokus pada konsep TOD ramah lingkungan. Penelitian ini mengusulkan tapak ekologis, emisi karbon, dan daya dukung ruang terbuka hijau sebagai indikator pembangunan perkotaan berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis guna lahan perkotaan dengan SIG, analisis transportasi, dan memprediksi skenario-skenario kebijakan pembangunan dengan menggunakan system dynamics. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pemuatan konsep pembangunan berorientasi transit menjadi penting, tidak hanya untuk merestrukturisasi pertumbuhan guna lahan perkotaan secara efektif, atau meningkatkan penggunaan moda transportasi publik, namun juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan.
The focus of this study is the modelling of interaction between land use, transportation, and environment in improving and managing urban quality. One of the concepts to integrate those three aspects is Transit Oriented Development (TOD). It is a concept of managing urban growth in transit corridor with the characteristics of mixed land use, compact, walking-distance, and development focused around public transit area. The purpose of this study is to build a concept for managing urban development with the focus of green TOD concept. This study proposes ecological footprint, carbon emission, and green open space carrying capacity as sustainable urban development indicators. The methods applied for this research consist of urban land use analysis using GIS, transport analysis, and forecasting the development scenarios using system dynamics. The simulation result reveals that the introduction of transit oriented development concept is of importance not only for restructuring urban land use growth effectively or regaining the modal share of public transport but also improving the urban environment quality.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriatna
Abstrak :
Perencanaan wilayah suatu daerah biasanya mengedepankan faktor ekonomi untuk pertumbuhan wilayahnya dibandingkan dengan faktor keseimbangan lingkungan termasuk keseimbangan ekosistem yang ada. Faktor bentang alam (lanskap) termasuk faktor yang kurang diperhatikan. Pengelolaan estuari tidak terlepas dari lanskap yang ada, sehingga diperlukan suatu lanskap yang berkelanjutan (sustainable landscape). Model lanskap yang berkelanjutan pada wilayah Estuari Cimandiri sangat diperlukan, dimana pada saat ini pada bagian utara Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri merupakan wilayah terbangun (pabrik, permukiman, gudang, lahan terbuka). Pada wilayah selatannya masih didominasi lahan pertanian. Tujuan umum dari riset ini yaitu membuat suatu model lanskap berkelanjutan pada wilayah estuari sebagai alternatif kebijakan, sedangkan tujuan khusus dalam riset ini: (1) mengkarakteristikan lanskap dan batas wilayah Estuari Cimandiri, (2) menilai hubungan Estuari Cimandiri dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya, dan (3) merumuskan model lanskap yang berkelanjutan pada wilayah Estuari Cimandiri. Pada riset ini variabel yang dipakai adalah batas estuari (salinitas perairan, fisik wilayah, batas administrasi, dan jarak muara sungai ke tempat tinggal masyarakat), karakteristik (tipologi) lanskap, dan sosial ekonomi masyarakat. Analisis menggunakan konsep analisis citra penginderaan jauh, analisis spasial, analisis dinamika spasial, analisis statistik, dan analisis deskripsi. Riset ini menghasilkan model lanskap berkelanjutan dengan peta zona wilayahnya yang potensial dibangun (terbangun) dan wilayah yang prioritas dikonservasi pada wilayah Estuari Cimandiri. ......Regional planning in one area usually prioritize economic factor compared to environmental factor, such as on its ecosystem balance. It can not be separated from the landscape characteristics. Estuarine management can not be separated from the existing landscape, so it require a sustainable landscape. Sustainable landscape model for Cimandiri Estuary is needed by northern part of the Cimandiri watershed where built up area (factories, warehouses, settlement, open space are very dominant), while the southern region is still dominated by agricultural land. The general purpose of the research is to create a model of sustainable landscape in the Cimandiri Estuary as an alternative policy. Special purpose in this research are: (1) to find analyze the characteristics of the landscape and boundary of Cimandiri Estuary, (2) to analyze the relationship between Cimandiri Estuary with social and economic conditions of its people, and (3) to create a formula model of sustainable landscapes in the region of Cimandiri Estuary. The variables used in this research are characteristic boundary (salinity waters, physical area, administration boundary, and distance from estuary to community residences), landscape characteristic (typology), and social and economic communities. The analysis used are the concept of remote sensing, spatial analysis, spatial dynamics, statistical analysis, and description analysis. This research created a model of sustainable landscapes with a map of potential built up area, and the priority area of conservation on the Cimandiri Estuaries.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library